Hakikat Manusia Pancasila Menurut Notonagoro Dalam Perspektif Eksistensialisme Soren Aabye Kierkegaard Dan Relevansinya Dengan Pembentukan Karakter Bangsa Indonesia

MILTON T. PARDOSI, Dr. Septiana Dwiputri Maharani; Dr. Misnal Munir

2020 | Disertasi | DOKTOR FILSAFAT

Ada kecenderungan perubahan cara pandang tentang hakikat manusia di Indonesia. Masyarakat Indonesia cenderung menjadi materialistis, idealistis, dogmatik, hedonisme dan individualistis. Maraknya tindakan melanggar hukum, terorisme, penolakan akan Pancasila sebagai ideologi dan falsafah Bangsa Indonesia menjadi bukti berubahnya cara pandang tentang hakikat manusia Indonesia berdasarkan Pancasila. Peneliti melihat perlunya mengkaji kembali hakikat manusia Pancasila menurut Notonagoro dalam perspektif eksistensialisme Soren Aabye Kierkegaard dan relevansinya dengan pembentukan karakter Bangsa Indonesia. Memahami hakikat manusia Pancasila menurut Notonagoro, memahami hakikat manusia Pancasila menurut Notonagoro dalam perspektif eksistensialisme Soren Aabye Kierkegaard dan memahami dan mengetahui relevansi hakikat manusia Pancasila dalam pembentukan karakter bangsa Indonesia menjadi tiga tujuan penelitian ini. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan model penelitian refleksi filosofis mengenai masalah aktual yang dikaitkan dengan pemikiran salah satu tokoh atau filsuf tertentu. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode hermeneutik filosofis yang terdiri dari: mendeskripsikan permasalahan yang dibahas, mencari filsafat tersembunyi dalam objek material penelitian, evaluasi kritis terhadap filsafat tersembunyi dengan melakukan refleksi kritis pada filsafat tersembunyi itu, penyusunan konsepsi filosofis tandingan yang akan memberi jawaban atas persoalan yang muncul, memberikan saran alternatif serta penyimpulan hasil penelitian. Adapun unsur-unsur metodis yang digunakan yaitu: Interpretasi, Kesinambungan Historis, Heuristika dan Deskripsi. Tiga kodrat monopluralis manusia Pancasila menurut Notonagoro yang setiap kodrat terdiri dari dua unsur dapat disarikan menjadi dua inti yaitu: otonom dan bertanggungjawab. Otonom berkaitan dengan unsur-unsur: tubuh, makhluk individu dan makhluk berdiri sendiri. Bertanggung jawab berkaitan dengan unsur-unsur: jiwa, makhluk sosial dan makhluk Tuhan. Monopluralis manusia Pancasila menurut Notonagoro dalam perspektif eksistensialisme Soren Aabye Kierkegaard yaitu manusia etis - religius. Ini merupakan modifikasi dari peneliti berdasarkan alternatif yang Soren Aabye Kierkegaard tawarkan sebagai lawan manusia estetis - etis. Unsur otonom bisa menggambarkan tahap estetis sementara unsur bertanggungjawab menggambarkan tahap etis dan tahap religius dalam pemikiran Soren Aabye Kierkegaard. Setiap unsur menjadi unsur yang etis - religius. Relevansi penelitian bagi pembentukan karakter bangsa Indonesia yaitu: manusia Pancasila yang etis - religius merupakan nilai praktis dari Pancasila. Internalisasi nilai-nilai Pancasila harus holistik menyentuh enam unsur manusia Pancasila dan melibatkan tiga ruang lingkup yaitu: mikro, meso dan makro. Prosesnya dilakukan secara berkesinambungan dengan model pengulangan (repeating) dan terintegrasi (integrating).

There is a tendency to change the perspective on the essence of human in Indonesia. Indonesian society tends to be materialistic, idealistic, dogmatic, hedonistic and individualistic. The rise of acts of violating the law, terrorism, rejection of Pancasila as the ideology and philosophy of Indonesian Nation are evidences of changing perspective on the essence of human in Indonesian based on Pancasila. Researcher saw the need to re-examine the essence of human of Pancasila according to Notonagoro in the perspective of existentialism of Soren Aabye Kierkegaard and its relevance in character development of Indonesian Nation. Understanding the essence of human of Pancasila according to Notonagoro, understanding the essence of human of Pancasila according to Notonagoro in the perspective of existentialism of Soren Aabye Kierkegaard and understanding the relevance of the essence of human of Pancasila in character development of the Indonesian Nation are the three objectives of this study. This research is literature research with a research model of philosophical reflection on the actual problem associated with the thinking of a particular figure or philosopher. The data obtained were analyzed using the philosophical hermeneutic method which consisted of: describing the problems being discussed, looking for hidden philosophies in the object material of research, critical evaluation of hidden philosophies by conducting critical reflections on the hidden philosophies, composing a counter philosophical conception that would provide answers to problems that appears, providing alternative suggestions and concludes the research results. The methodical elements used are: Interpretation, Historical Continuity, Heuristics and Descriptions. The three essences of monopluralist of human of Pancasila according to Notonagoro where each consists of two elements could be extracted into two nuclei, namely: autonomous and responsible. Autonomous relates to elements: body, individual being and independent being. Responsible relates to elements: soul, social being and God's creatures. Monopluralist of human of Pancasila according to Notonagoro in the perspective Soren Aabye Kierkegaard is ethic - religious. This is a modification of the researcher based on the alternative that Soren Aabye Kierkegaard offered as opposed to aesthetic - ethical human being. The autonomous element could describe the aesthetic stage of human while the responsible element describes the ethic and religious stages in Soren Aabye Kierkegaard's thought. Each element becomes ethic - religious element. The relevance of the research for character development of Indonesian nation, namely: human of Pancasila who is ethical - religious are the practical values of Pancasila. Internalizing the values of Pancasila must be holistic, touching the six human elements and involving three scopes, namely: micro, mezzo and macro. The internalization process is carried out using repeating and integrating models.

Kata Kunci : Kodrat, Monopluralis, Estetis, Etis, Religius