Historisitas dan Dinamika Pluralitas Agama dan Demokrasi Agonistik di Masyarakat Desa Balun Lamongan

SOKEMD ARJUNAROI M, Dr. Lambang Trijono, M.A.

2020 | Tesis | MAGISTER SOSIOLOGI

Reformasi tahun 1998 telah membuka ruang pada pluralitas dan demokrasi. Dan perkembangannya banyak memengaruhi ruang relasional dalam pluralitas agama pada lingkup nasional maupun lokal. Berbagai polemik pluralitas agama yang muncul pascareformasi memperlihatkan bahwa diskursus mengenai relasi antarkomunitas agama menarik dan penting untuk dikaji. Sayangnya, kajian-kajian tersebut sering terjebak pada perspektif teologis maupun filosofis yang berhenti pada pencarian ideologi atau doktrin mana yang mampu membentuk kerukunan masyarakat. Diskursus pluralitas agama harusnya memperhatikan komunitas agama sebagai artikulasi politik yang membangun relasional dalam ruang demokrasi. Sehingga studi ini dapat memunculkan dinamika pluralitas agama di masyarakat. Diskursus pluralitas agama tersebut menjadi permasalahan dalam penelitian ini dengan melihat pluralitas agama antara Islam, Kristen, dan Hindu di masyarakat Desa Balun, Lamongan, Jawa Timur. Untuk memahami permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan perspektif demokrasi agonistik yang dikembangkan oleh Ernesto Laclau dan Chantal Mouffe. Dan penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis wacana dari pendekatan post-strukturalisme. Temuan penelitian ini menunjukkan tiga hal dalam diskursus pluralitas agama. Pertama, bahwa historisitas menjadi legitimasi atas pluralitas agama yang terbentuk hari ini di Indonesia. Dalam konteks di masyarakat Balun, historisitas pluralitas agama terbentuk pasca konflik G30S 1965. Kedua, dinamika pluralitas agama di Balun bersifat konstruktif karena adanya hegemoni budaya malu intoleransi. Ketiga, demokrasi agonistik memformulasikan relasi agonisme dalam pluralitas agama ketika kepentingan aktivitas keagamaan masing-masing komunitas menjadi kepentingan umum. Diharapkan penelitian ini dapat berkontribusi memperkaya perspektif dalam diskursus pluralitas agama. Penelitian ini juga mempromosikan konsepsi demokrasi agonistik sebagai perspektif untuk menganalisa diskursus pluralitas agama di berbagai daerah lainnya di Indonesia.

The Reformation 1998 opened up space for plurality and democracy. And its development has a lot to influence the relational space in the religion plurality at the national and local levels. Some polemics of religion plurality that emerged after the reformation showed that the discourse on the relationship between religious communities is interesting and important to be studied. Unfortunately, these studies are often trapped in theological and philosophical perspectives, which stop at the searching for which ideology or doctrine can shape social harmony. The discourse of religion plurality should pay attention to religious communities as a political articulation that builds relationship in a democratic space. So that this study can bring up the dynamics of religion plurality in the society. The discourse of religion plurality becomes a problem in this study by looking at the plurality of religions between Islam, Christianity and Hinduism in the society of Balun Village, Lamongan, East Java. To understand these problems, this study uses an agonistic democracy perspective developed by Ernesto Laclau and Chantal Mouffe. And this research uses qualitative methods with discourse analysis from the post-structuralism approach. The findings of this study indicate three points in the discourse of religion plurality. The first, that historicity becomes legitimacy for the religion plurality that are formed today in Indonesia. In the context of the Balun village, the historicity of religion plurality was formed after the social conflict G30S 1965. The second, the dynamics of religion plurality in Balun are constructive because of the cultural hegemony of shame of intolerance. The third, agonistic democracy formulates the agonism relationship in the religion plurality when the interests of the religious activities of each community become the public interest. I do hope that this research can contribute to enriching perspectives in the discourse of religion plurality. This research promotes the conception of agonistic democracy as a perspective for analyzing discourses of religion plurality for various other regions in Indonesia.

Kata Kunci : Agama, Agonisme, Demokrasi, Pluralisme, Wacana, Religion, Agonism, Mouffe, Laclau, Democracy, Discourse