Laporkan Masalah

Adopsi Prinsip Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dalam Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat di Kecamatan Sei Menggaris, Kabupaten Nunukan

NOFIAN AGATHA, Prof. Dr. R. Rijanta, M. Sc.

2020 | Skripsi | S1 PEMBANGUNAN WILAYAH

Sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) hadir sebagai salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam menjamin keberlanjutan sekaligus memenuhi tuntutan kekhawatiran global terhadap kinerja sosial dan lingkungan yang buruk dalam sektor industri kelapa sawit. Namun, karena informalitas dan praktek produksi yang buruk oleh produsen skala kecil, mengakibatkan banyak petani kelapa sawit di Indonesia memiliki hambatan untuk terlibat dalam skema sertifikasi, yang pada gilirannya dapat mengancam marginalisasi petani dalam pasar domestik maupun global. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi sejauh mana kesenjangan antara praktek saat ini dengan standar keberlanjutan yang telah ditetapkan dan (2) mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi standar keberlanjutan oleh petani. Penelitian ini menggunakan perpaduan antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data primer dikumpulkan di Kecamatan Sei Menggaris, dengan unit analisis petani swadaya dan petani plasma dengan sampel yang berjumlah 170 petani. Metode pengambilan sampel menggunakan accidental sampling, di mana data dikumpulkan dengan kuesioner, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Pengolahan data menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya perbedaan pada tingkat adopsi standar keberlanjutan ISPO antara petani swadaya dan petani plasma. Terdapat 85,3 petani swadaya yang tergolong memiliki tingkat adopsi sedang dan 14,7 persen petani swadaya yang memiliki tingkat adopsi tinggi, sedangkan petani plasma yang memiliki tingkat adopsi sedang sebesar 53,3 persen dan tingkat adopsi tinggi sebesar 42,7 persen. Indikator yang masih sulit diterapkan oleh petani swadaya adalah indikator tidak adanya sengketa tanah, sedangkan bagi petani plasma adalah indikator kepemilikan transportasi. Pemenuhan kebutuhan pupuk dan penyediaan regu pengendalian kebakaran merupakan indikator yang masih belum dapat dipenuhi oleh kedua unit analisis. Faktor yang memiliki pengaruh terhadap tingkat adopsi petani adalah intensitas keikutsertaan penyuluhan.

The Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) certification was established as one of the Indonesian government's intervention in ensuring sustainability while at the same time to fulfill global demand for the poor social and environmental performance in the palm oil industry sector. However, due to informality and poor production practices by small-scale producers, resulting in many oil palm smallholders in Indonesia have hindrances to be involved in the certification scheme, which in turn can threaten the marginalization of farmers in the domestic and global markets. This study aims to (1) identify the gap between current practices and predetermined standard practices and (2) identify factors that influence the level of adoption of sustainability standards of smallholder. This study uses combination of quantitative and qualitative approaches. Primary data were collected in Sei Menggaris District. Independent and scheme smallholders are the unit analysis of this study. Sample were collected within 170 farmers. The sampling method uses accidental sampling, where data is collected by questionnaire, interview, observation, and documentation. Data processing was done using descriptive analysis and multiple regression analysis. The results showed that there were differences in the adoption rate of the ISPO sustainability standard between independent smallholders and scheme smallholders. There are 85.3 percent independent smallholders who have a moderate adoption rate and 14.7 percent who have a high adoption rate, while there are 53.3 percent scheme smallholders who have a moderate adoption rate and 42.7 percent who have a high adoption rate. Indicators that are still difficult to apply by independent smallholders are the absence of land disputes, while for scheme smallholders, indicators that still difficult to apply is transportation ownership. Fulfilling fertilizer needs and providing fire control teams are indicators that the two analysis units still cannot fulfill. The factor that has a significant effect on the level of farmer adoption is the intensity of extension participation.

Kata Kunci : adopsi inovasi, kelapa sawit berkelanjutan, keberlanjutan, skema sertifikasi, ISPO, keterlibatan petani

  1. S1-2020-390156-abstract.pdf  
  2. S1-2020-390156-bibliography.pdf  
  3. S1-2020-390156-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2020-390156-title.pdf