Laporkan Masalah

Desain Masterplan Sistem Interkoneksi Jawa-Bali-Nusa Tenggara Barat-Nusa Tenggara Timur Mempertimbangkan Pembangkit EBT : Desain Masterplan Sistem Pembangkitan Jawa-Bali dan Sistem Interkoneksi Jawa-Bali- Nusa Tenggara Barat-Nusa Tenggara Timur Mempertimbangkan Pembangkit EBT

AMIRA HANUN, Sarjiya, S.T., M.T., Ph.D. ; Lesnanto Multa Putranto, S.T., M.Eng., Ph.D., IPM.

2020 | Skripsi | S1 TEKNIK ELEKTRO

Pertumbuhan beban listrik di Sistem Jawa-Bali dan Nusa Tenggara setiap tahun menuntut untuk adanya perencanaan pembangkit yang matang. Sampai saat ini mayoritas kebutuhan tenaga listrik di sistem tersebut dipenuhi dengan pembangkit thermal seperti PLTU di Sistem Jawa-Bali dan PLTD di Nusa Tenggara. Jenis pembangkit tersebut tentunya menjadi salah satu faktor serius dalam pencemaran udara karena sisa pembakaran yang ada. Disamping itu, pemerintah menargetkan adanya bauran EBT pada tahun 2025 dan 2050 berturut-turut sebesar 23% dan 31% yang menuntut keseriusan investasi pembangkit listrik guna mengurangi pencemaran lingkungan. Agar tercapainya target tersebut perlu mengoptimalkan potensi energi yang ada di wilayah timur yaitu NTB dan NTT seperti hidro, biomassa, surya, bayu, dan panas bumi. Dengan adanya perencanaan pembangkit yang terinterkoneksi antara ketiga sistem tersebut diharapkan dapat meningkatkan keandalan, elektrifikasi, dan bauran energi di ketiga wilayah tersebut. Obyek penelitian ini berfokus pada sistem Jawa-Bali dengan perencanaan pembanngkit dimulai pada tahun 2026 hingga 2050 menggunakan skenario BAU, target EBT, CO2 limit dan interkoneksi dengan wilayah NTB serta NTT . Simulasi dilakukan dengan menggunakan bantuan tools OSeMOSYS dalam optimasi dengan MoManI sebagai interface nya. Metode yang digunakan untuk perencanaan ini adalah MILP untuk skenario regional balance sistem Jawa-Bali sedangkan untuk skema interkoneksi metode yang digunakan adalah LP. Hasil simulasi menunjukkan skema interkoneksi untuk sistem Jawa-Bali NTB dan NTT tak optimal untuk dilakukan hal tersebut dikarenakan biaya pengembangan akan lebih mahal karena jarak antar sistem yang terbilang jauh sehingga menyebabkan rugi-rugi transmisi yang besar. selain itu, biaya yang digunakan untuk membangun saluran transmisi juga terbilang lebih besar dibandingkan dengan penurunan biaya pembangunan serta biaya produksi pembangkit.

The growth of electricity demand in the Java-Bali and Nusa Tenggara systems every year are require to careful planning of power plants. Until now, the majority of electricity demand in the system are fulfilled by thermal power plants such as PLTU in the Java-Bali System and PLTD in Nusa Tenggara. This type of power plant is certainly a main factor in air pollution due to the remaining combustion. In addition, the government is targeting an EBT mix in 2025 and 2050 of 23% and 31%, respectively, needs to take serious on investment in power plants to reduce environmental pollution. In order to achieve this target, it is necessary to optimize renewable energy potential in the eastern region, especially NTB and NTT, such as hydro, biomass, solar, wind, and geothermal. With the planning of an interconnected power plants between the three systems, it is hoped that it can improve the reliability and energy mix of the three regions. The object of this research are focuses on the Java-Bali system with development planning starting in 2026 to 2050 using three scenarios such a BAU scenario, EBT targets, CO2 limits and interconnection Java-Bali system with NTB and NTT areas. Simulation are carried out using the help of OSeMOSYS tools in optimization with MoManI as interface. The method used for this planning is MILP for the Java-Bali system regional balance scenario, while for the interconnection scheme the method used is LP. The simulation results show that the interconnection scheme for the Java-Bali NTB and NTT systems is not optimal for this because the development costs will be more expensive because the distance between the systems is quite far, causing large transmission losses. In addition, the costs used to build the transmission line are also somewhat larger than the reduction in construction costs and the cost of producing power plants.

Kata Kunci : perencanaan pengembangan pembangkit, keandalan, EBT, interkoneksi, OSeMOSYS

  1. S1-2020-399874-abstract.pdf  
  2. S1-2020-399874-bibliography.pdf  
  3. S1-2020-399874-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2020-399874-title.pdf