Laporkan Masalah

Pernyataan Kala Bahasa Sunda

MAHMUD FASYA, Dr. Tatang Hariri, M.A.; Dr. Aris Munandar, M.Hum.

2020 | Disertasi | S3 Linguistik

Pada dasarnya pernyataan kala dalam suatu bahasa berkaitan dengan ungkapan waktu yang dinyatakan secara lingual tentang apakah sebuah kejadian, kegiatan, atau keadaan berlangsung pada waktu lampau, kini, atau mendatang dan dapat juga digunakan untuk menunjukkan apakah sebuah kejadian telah selesai atau belum. Di dalam penelitian ini didiskusikan dan diuji secara mendalam (i) bentuk dan jenis pernyataan kala dalam bahasa Sunda; (ii) pernyataan kala absolut dan relatif dalam bahasa Sunda; (iii) aneka makna pernyataan kala dalam bahasa Sunda sebagai cerminan gejala kebudayaan yang muncul berdasarkan pernyataan kala tersebut. Di dalam penelitian ini diklasifikasi dan dianalisis pernyataan waktu secara struktrural melalui teknik pengujian berupa substitusi, permutasi, parafrasa, dan ekspansi. Setelah itu, dilakukan penafsiran nilai-nilai kearifan lokal tentang konsep waktu dalam masyarakat Sunda dan penyimpulan atau perampatan tentang implikasi kebudayaan dari nilai-nilai tersebut. Di dalam penelitian ini terungkap bahwa pernyataan kala bahasa Sunda hadir dalam bentuk kata, frasa, dan klausa. Kata terdiri atas kata monomorfemik dan polimorfemik. Dalam bentuk frasa, ada pernyataan kala eksosentrik dan endosentrik. Sementara itu, pernyataan kala berbentuk klausa terdiri atas klausa berkata penghubung dan tak berkata penghubung. Dalam bahasa Sunda juga terdapat pernyataan kala absolut dan relatif yang diungkapkan secara leksikal melalui kata, frasa, dan klausa. Pernyataan kala, pada konteks ini, menempatkan waktu situasi pembicaraannya pada saat tertentu, yakni pada masa lampau, kini, atau mendatang. Di dalam bahasa Sunda konsep pernyataan kala direalisasikan juga pada fitur lain. Bahasa Sunda memiliki fitur pernyataan kala berdasarkan keadaan alam, berdasarkan waktu ibadah, berdasarkan hari, berdasarkan musim, berdasarkan keadaan masyarakat, berdasarkan persawahan, dan berdasarkan waktu bertanam di ladang. Pola pernyataan kala tersebut menunjukkan bahwa orang Sunda selalu berusaha untuk menjaga harmoni antara manusia dan manusia, manusia dan alam, serta manusia dan Tuhannya. Dalam kacamata kebudayaan, masyarakat Sunda menunjukkan kreativitas tinggi dalam mengaitkan berbagai hal untuk direferensikan sebagai rujukan waktu. Konsep waktu tidak hanya dikonstruksikan melalui konstruksi lingual formal (kata, dan frasa) semata, tetapi juga melibatkan fenomena keseharian yang ditemui dan dilakukan. Hal ini menjadi petunjuk yang penting untuk memahami bagaimana waktu dipersepsikan oleh masyarakat Sunda.

In general, temporal or tense is an indication to identify whether an event, an activity, or a state was in past, is in present, or will be in future, or to examine whether an event is (or not) accomplished. The present study discusses and examines (i) form and type of temporal term in Sundanese, (ii) possible meaning of Sundanese temporal terms, and (iii) cultural reflection of Sundanese temporal terms. This study classifies and analyzes temporal term in structural viewpoint by using techniques namely substitution, permutation, paraphrase, and expansion. Afterward, the interpretation of local wisdom contained in Sundanese temporal terms is taken into account. This is used to conclude the cultural implication of the terms. This study reveals that Sundanese temporal terms are in the forms of word, phrase, and clause. Word has two classes, monomorphemic and polymorphemic. The phrase has exocentric and endocentric form. Lastly, in the form of the clause, there is interconnection lexeme and (non)interconnection lexeme. In Sundanese there are also absolute and relative statements when expressed lexically through words, phrases, and clauses. The statement of time, in this context, places the time of the situation of the conversation at a certain time, that is, past, present, or future. Sundanese also realizes its temporal terms in a different feature. Sundanese has differentiated temporal terms in relation to natural-state, prayer time, day, weather, social-state, paddy-field context, and planting schedules. The reflected patterns show that the people of Sundanese always attempt to maintain the harmony of people to people, people to nature, and people to the supreme power (God). In terms of culture, Sundanese people show high creativity in linking various things to be referenced as a time reference. The concept of time is not only constructed through formal lingual construction (words and phrases), but also involves everyday phenomena encountered and carried out. This is an important clue to understanding how time is perceived by the Sundanese people.

Kata Kunci : pernyataan kala, bahasa Sunda, konsep waktu, kearifan lokal, bahasa dan budaya

  1. S3-2020-306744-abstract.pdf  
  2. S3-2020-306744-bibliography.pdf  
  3. S3-2020-306744-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2020-306744-title.pdf