Laporkan Masalah

KETERKAITAN PERKEMBANGAN KOTA WONOSARI DENGAN PERKEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

ULUL ASHAR K, Retno Widodo Dwi Pramono, S.T., M.Sc., Ph.D.

2020 | Tesis | MAGISTER PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Kota pada hakekatnya merupakan daerah terkonsentrasinya penduduk, fasilitas, dan ilmu pengetahuan. Karena keunggulannya ini, kota memiliki fungsi dan peran sebagai penggerak wilayah dimana kota tersebut berada. Namun sering kali terjadi bahwa justru perkembangan suatu kota menyebabkan dominasi pengusasan sumber daya wilayah. Dominasi ini berpotensi mematikan peran kota-kota dibawahnya untuk menjadi fasilitator perkembangan wilayah belakangnya. Kota sekunder sebagai penghubung antara kota besar dan pedesaan mempunyai peran penting dalam mengurangi dominasi kota besar. Namun demikian, kota menengah dan kecil di Indonesia belum mendapat peran yang baik dalam mendorong pertumbuhan wilayah. Salah satu contoh kota kota sekunder yang berkembang pesat adalah Kota Wonosari yang merupakan ibukota Kabupaten Gunungkidul. Letaknya yang jauh dari pusat Kota Jogja dan tidak terdampak aglomerasi KPY, mampu tumbuh dan berkembang dengan sumber daya wilayah sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perkembangan Kota Wonosari, hinterland yang terbentuk dan keterkaitan perkembangan Kota Wonosari dengan perkembangan wilayah Kabupaten Gunungkidul. Penelitian ini dilakukan di Kota Wonosari sebagai ibukota Kabupaten Gunungkidul. Penelitian menggunakan pendekatan deduktif kuantitatif-kualitatif (mixed method). Data yang digunakan berupa data primer dan sekunder yang memuat variabel perkembangan kota (jumlah penduduk, PDRB perkapita, jumlah fasilitas, tingkat pendidikan dan konektivitas) dan variabel perkembangan wilayah (PDRB perkapita, IPM dan luas lahan terbangun). Metode analisis menggunakan analisis deskriptif kuantitatif, dan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kota Wonosari mengalami perkembangan dari aspek peningkatan lahan terbangun, peningkatan angka Nett Migration Ratio (NMR), ekonomi dan peningkatan sarana prasarana. Perkembangan ini berdampak pada peran Kota Wonosari yang semakin kuat. Hal ini dapat dilihat dari hinterland yang terbentuk dari keberadaan fasilitas pendidikan, kesehatan dan ekonomi di Kota Wonosari sudah efektif dalam melayani penduduk Kota Wonosari dan penduduk Kabupaten Gunungkidul bahkan penduduk beberapa kecamatan perbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul. Kota Wonosari sebagai pusat pertumbuhan pada level kabupaten sudah sesuai fungsinya sebagai penggerak pertumbuhan di Kabupaten Gunungkidul. Pengaruh perkembangan Kota Wonosari mempunyai pengaruh kuat dan menyebar (spread effect) terhadap wilayah Kabupaten Gunungkidul. Berdasarkan analisis regresi didapat empat variabel perkembangan kota yang mempengaruhi perkembangan wilayah yaitu jumlah penduduk, ekonomi, jumlah fasilitas yang tersedia, dan tingkat pendidikan.

The city is essentially an area of concentration of population, facilities, and science. The city has a function and role as the driving force of the region where the city located. However, it often happens that precisely the development of a city causes the domination of the control of regional resources. This dominance has potential to kill the role of towns below it become facilitators of development of the regions behind it. Secondary cities as a link between big cities and rural areas have an essential role in reducing the dominance of big cities. However, medium and small towns in Indonesia have not yet played a good position in encouraging regional growth. One example of a rapidly growing secondary city is Wonosari City, the capital of Gunungkidul Regency. It is located far from the center of Jogja and is not affected by KPY agglomeration, able to grow and develop with its regional resources. This study aims to explain the development of Wonosari City, the hinterland formed, and the relationship between the growth of Wonosari City and the development of Gunungkidul Regency. This research had taken in Wonosari City as the capital of the Gunungkidul Regency. The research method used in this research was the quantitative-qualitative deductive approach (mixed-method). The data that were used are primary and secondary data, which contain the variables of city development (population, GRDP per capita, number of facilities, level of education and connectivity), and regional development variables (GRDP per capita, HDI, and area of land developed). The analytical method used was quantitative descriptive analysis and regression analysis. The results showed that Wononsari city had experienced developments from aspects of increased built-up land, increased Nett Migration Ratio (NMR), economy, and improved infrastructure. This development has an impact on the role of Wonosari City, which is getting stronger. It can be seen from the hinterland formed by the facilities existence of educational, health, and economic in Wonosari City that has been effective in serving residents of Wonosari City, residents of Gunungkidul Regency, and even residents of several border districts with Gunungkidul Regency. Wonosari City, as a growth center at the district level, by its function as a growth driver in Gunungkidul Regency. The influence of the Wonosari city development has a strong and spread effect on the area in Gunungkidul Regency. Based on the regression analysis, four-city development variables affect regional development, namely population, economy, number of facilities available, and education level.

Kata Kunci : perkembangan kota, keterkaitan kota dan wilayah, pusat pertumbuhan

  1. S2-2020-419441-abstract.pdf  
  2. S2-2020-419441-title.pdf