Dampak Ekonomi Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Perspektif Pasien di RS Condong Catur

NELLATUL KHAHER, Dr. apt. Anna Wahyuni Widayanti, M.P.H

2020 | Skripsi | S1 FARMASI

Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis penyebab kematian cukup tinggi di dunia, bersifat menetap dan membutuhkan perawatan dalam periode waktu yang lama sehingga membawa dampak ekonomi cukup besar. Program JKN melalui BPJS berupaya menjamin pemeliharaan kesehatan pasien penyakit kronis di Indonesia, dimana biaya yang ditanggung hanya biaya medis langsung. Ada biaya yang dikeluarkan pasien diluar tanggungan BPJS seperti biaya terapi atas kehendak pasien sendiri atau resep dari dokter. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui total biaya karena penyakit diabetes mellitus tipe II berdasarkan perspektif pasien serta faktor yang memengaruhinya. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan penelitian cross-sectional. Pengumpulan data dilakukan menggunakan lembar pengumpul data yang diwawancarakan kepada pasien. Penelitian ini dilakukan di RS Condong Catur pada bulan Februari-Maret 2020. Teknik sampling yang dilakukan adalah convenience sampling dengan jumlah sampel 35 pasien dimana terdapat total 118 kasus rawat jalan yang dilakukan pasien dalam 3 bulan terakhir. Data dianalisis secara deskriptif untuk memberikan estimasi biaya dan dilakukan uji beda untuk melihat faktor yang memengaruhi biaya pasien diabetes mellitus. Hasil analisis menunjukkan bahwa biaya medis langsung pasien DM tipe II per episode rawat jalan sebesar Rp. 13.079 ± 52.862, biaya non medis langsung Rp. 11.964 ± 18.388, biaya tidak langsung Rp. 75.834 ± 83.852 dan total biaya Rp. 106.107 ± 87.620. Biaya yang memiliki kontribusi paling tinggi terhadap total biaya adalah biaya tidak langsung. Faktor penyakit penyerta berpengaruh signifikan terhadap biaya medis langsung, sedangkan faktor jenis kelamin, pekerjaan, status bekerja dan penghasilan pasien berpengaruh signifikan terhadap biaya tidak langsung. Dari 35 responden, 17 orang (48,57%) tidak bersedia cost sharing dan 18 orang (51,43%) lainnya bersedia dengan kontribusi sebesar 10% sebanyak 18 orang (100%); 20% sebanyak 8 orang (44,44%); 30%, 40%, dan 50% sebanyak 7 orang (38,89%); 60%, 70%, 80%, 90%, dan 100% sebanyak 6 orang (33,33%).

Diabetes mellitus is a permanent chronic disease contributing to high-rate of death, and require a long-term health care which brings high economic impact. National Social Security System (JKN) held through Social Security Organizing Agency (BPJS) seeks to ensure the health care of patients with chronic diseases in Indonesia, by covering direct medical costs. Besides direct medical cost covered by BPJS, patients should provide extra costs for therapy at the will of the patient or doctor's prescription. The aim of the research was to determine the total cost charged to patients of type II diabetes mellitus and its contributing factors using patient's perspectives. The study was an observational research using cross-sectional research design. Data collection method was data collection sheet which was used in interviews with patients. The research was conducted in Condong Catur Hospital in February-March 2020. The sampling method was convenience sampling resulted in 35 patients as research samples with a total of 118 outpatient episodes in recent 3 months. Descriptive analysis was conducted on data to determine cost estimation and statistical discrimination test was conducted to observe the contributing factors to total cost of diabetes mellitus patients. The results of the analysis show that direct medical costs of type II DM patients per outpatient episode are Rp. 13.079 ± 52.862, direct non-medical costs are Rp. 11.964 ± 18.388, indirect costs are Rp. 75.834 ± 83.852, and total cost is Rp. 106.107 ± 87.620. Costs having the highest contribution to total costs are indirect costs. Co-morbid factors have a significant effect on direct medical costs, while gender, occupation, employment status and income have a significant effect on indirect costs. From 35 respondents, 17 respondents (48.57%) are not willing to do cost sharing while 18 respondents (51.43%) are willing to share as much as 10% in 18 respondents (100%); 20% in 8 respondents (44.44%); 30%, 40%, and 50% in 7 respondents (38.89%); 60%, 70%, 80%, 90%, and 100% in 6 respondents (33.33%).

Kata Kunci : cost of illness, farmakoekonomi, penyakit kronis