Laporkan Masalah

MODAL SOSIAL: KOMPOSISI UTAMA DALAM RANTAI PASOK IKAN DI TANJUNG TIRAM, SUMATERA UTARA

JATI REDI NUGROHO, Dr. Pujo Semedi, M.A

2020 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYA

Bekerja mengandalkan laut memang dikenal sarat resiko dan kerugian tanpa terkecuali sentra penghasilan ikan di Tanjung Tiram, Sumatera Utara. Nelayan buruh acap kali dinilai sebagai satu-satunya pihak yang menduduki kerugian dan tauke' atau juragan sebagai satu-satunya penikmat keuntungan. Baik nelayan buruh dan tauke' hidup berdampingan dengan berbekal modal mereka masing-masing dan menjalin hubungan yang saling berkesinambungan. Nelayan dengan peran sebagai supplier sedangkan tauke' sebagai distributor. Sadar dibayangi ketidakpastian hasil tangkapan dan resiko kerugian pada akhirnya menciptakan hubungan yang lebih berfokus pada peminimalisiran resiko dengan tetap berbekal modal sosial masing-masing. Peran tauke' sebagai distributor utama dan juga merangkap sebagai pemberi modal menjadi menarik untuk diteliti, karena tauke' seolah memiliki porsi kerja yang lebih banyak dan dinilai selalu mendapat untung. Penelitian ini mengajukan dua pertanyaan: Bagaimana pengaruh modal sosial terhadap distribusi yang dilakukan oleh tauke'? Mengapa proses distribusi ikan dimediasi oleh tauke'? Kedua pertanyaan tersebut dijawab dengan penelitian selama satu bulan di Tanjung Tiram. Menggunakan metode penelitian observasi partisipatoris dan wawancara semi-terstruktur kepada nelayan dan tauke sebagai informan utama, dan pedagang, maupun keluarga nelayan hingga dinas terkait sebagai informan tambahan. Penelitian ini pada akhirnya memperlihatkan alasan nelayan menjadikan tauke' sebagai media untuk melakukan distribusi ikan sebagai pilihan rasional karena tauke' memiliki modal dan jaringan dalam distribusi. Selain itu, sistem distribusi menjadi lebih berfokus pada peminimalisiran resiko dibanding dengan meraup keuntungan semata yang juga berdampak pada stabilisasi pasar.

Working to rely on the sea is known to be full of risks and losses without exception the fish producing center in Tanjung Tiram, North Sumatra. Workers 'fishermen are often rated as the only party occupying losses and tauke' or skipper as the only connoisseurs of profits. Both laborers and tauke fishermen live side by side with their respective capital and establish sustainable relationships. Fishermen with the role of suppliers while tauke 'as distributors. Consciously overshadowed by the uncertainty of the catch and the risk of loss ultimately creates a relationship that is more focused on minimizing risk while still armed with their respective social capital. The role of tauke 'as the main distributor and also as a capital provider is interesting to study, because tauke' seems to have a greater portion of work and is judged to always be profitable. This study raises two questions: How does social capital influence the distribution of tauke? Why is the fish distribution process mediated by tauke? Both questions were answered with one month's research in Tanjung Tiram. Using participatory observation research methods and semi-structured interviews with fishermen and tauke as the main informants, and traders, as well as fishermen families to related agencies as additional informants. This research finally shows the reason why fishermen make tauke 'as a medium for fish distribution as a rational choice where tauke' has capital and network in distribution. In addition, the distribution system has become more focused on minimizing risk rather than simply making a profit which also has an impact on market stabilization.

Kata Kunci : modal sosial, tauke', nelayan, resiprositas, keseimbangan

  1. S1-2020-399494-abstract.pdf  
  2. S1-2020-399494-bibliography.pdf  
  3. S1-2020-399494-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2020-399494-title.pdf