Laporkan Masalah

TRAUMA PERANG TELUK II DAN UPAYA REKONSILIASI DALAM NOVEL SAATU BAGHDAD KARYA SYAHAD AL-RAWIY: PERSPEKTIF HALBWACHS, CARUTH, DAN LACAPRA

AROFAH, Muh. Arif Rokhman, M.A., Ph.D.

2020 | Tesis | MAGISTER SASTRA

Saatu Baghdad (2016) merupakan novel karya Syahad al-Rawiy yang memotret peristiwa kelam perang Teluk II yang melibatkan Irak, Kuwait, Amerika Serikat dan negara-negara koalisi AS yang dimulai sejak tahun 1990. Secara garis besar, novel ini dibagi menjadi dua fragmen, yaitu masa lalu (masa kanak-kanak) dan masa depan. Novel ini menarasikan subjek Aku yang menjadi korban perang di masa kanak-kanak, kemudian mengalami sanksi embargo yang diratifikasi dunia internasional hingga masa remajanya, serta diawal kedewasaannya, subjek Aku harus dihadapkan pada perang lanjutan atau disebut perang Teluk III. Di masa depan, subjek Aku mengalami kebangkitan memori kelam masa lalunya, yaitu ketika subjek menemukan sebuah catatan kecil yang dituliskannya bersama sahabat-sahabatnya ketika di Baghdad. Adapun masalah penelitian ini berkaitan dengan bagaimana pengarang merekonstruksikan memori dan trauma yang menyebabkan guncangan psikologis di dalam novel SB, serta kedua bagaimana subjek melakukan upaya rekonsiliasi terhadap memori dan trauma yang menimpanya. Adapun teori yang dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah konsep memori Halbwachs, trauma Caruth, dan upaya rekonsiliasi yang dikemukakan LaCapra. Penelitian ini dilakukan melalui metode sebagai berikut, (1) menentukan novel Saatu Baghdad (2016) sebagai objek material, (2) pembacaan berulang-ulang dan pemahaman secara keseluruhan, lalu menentukan objek formal yang dominan, (3) pengumpulan data, (4) analisis data, dan (5) pengambilan kesimpulan. Hasilnya menunjukkan bahwa peristiwa perang Teluk II ini sebagai memori traumatis secara personal yang menjadi memori kolektif masyarakat Baghdad, Irak. Ingatan traumatis diilustrasikan melalui peristiwa di bungker perlindungan ketika terjadi Operasi Badai Gurun pada Januari tahun 1991, sanksi embargo yang membuat kehidupan subjek Aku dan korban lainnya semakin buruk dan mencekam, serta yang ketiga adalah perang lanjutan yang lebih mengerikan yang melibatkan Irak dan Amerika Serikat. Peristiwa tersebut dikenang sebagai memori traumatis dan menyebakan terjadinya trauma terhadap subjek Aku dan subjek yang lain, seperti kilas balik, phobia atau ketakutan berlebihan terhadap segala hal yang berhubungan dengan perang, baik musik, lagu maupun puisi-puisi patriotik, perasaan kecewa dan putus asa, serta dorongan diaspora. Adapun untuk meredam memori dan trauma yang berkecamuk, agar subjek kembali hidup sebagai manusia normal pada umumnya, subjek melakukan upaya rekonsiliasi, yang dibagi menjadi dua, yaitu upaya menjauhkan dan melepaskan masa lalu serta bertestimoni. Upaya menjauhkan dan melepaskan masa lalu dilakukan dengan cara berdiaspora dan bersinkronisasi dengan dunia baru. Adapun bertestimoni dilakukan dengan menulis novel dan menemukan pasangan yang tepat bagi kehidupan mereka di negara yang baru.

Saatu Baghdad (2016) is a novel by Syahad al-Rawiy that captures the dark events of the Gulf II war involving Iraq, Kuwait, the United States, and the US coalition countries which began in 1990. Broadly speaking, This novel is divided into two fragments, namely the past (childhood) and the future. This novel narrates the subject of me who became a victim of the war in childhood, then experienced an embargo sanction ratified internationally until adolescence, and at the beginning of his maturity, the subject "I" must be faced with a continuing war or called the Gulf War III. In the future, the subject "I" will experience a resurrection of her dark past, when the subject will find a small note that she wrote with her friends while in Baghdad. The problem of this research is related to how the author reconstructed memory and trauma that caused psychological shocks in the SB novel, and secondly how the subject made a reconciliation effort towards memory and trauma that befell it. The theories used in this study are the concept of Halbwachs memory, Caruth trauma, and reconciliation efforts put forward by LaCapra. This research was conducted through the following methods, (1) determining the novel Saatu Baghdad (2016) as a material object, (2) repeated readings and overall understanding, then determining the dominant formal objects, (3) gathering data, (4) data analysis, and (5) conclusions. The results show that the Gulf War II event was a personal traumatic memory that became a collective memory of the people of Baghdad, Iraq. The traumatic memory is illustrated by the events in the protection bunker when Operation Desert Storm occurred in January 1991, embargo sanctions that made the lives of a subject "I" and other victims worse and tense, and the third was a more horrific follow-up war involving Iraq and the United States. The event is remembered as a traumatic memory and causes trauma to the subjects, such as flashbacks, phobias, or excessive fear of all things related to the war, both music, songs, patriotic poems, feelings of disappointment and despair, and encouragement of the diaspora. As for reducing memory and trauma that raged, so that the subject returned to life as a normal human being in general, the subject made an effort of reconciliation, which was divided into two, namely efforts to distance and release the past and to have a period. Efforts to distance and release the past are carried out by doing diaspora and synchronizing with the new world. The festival is done by writing a novel and finding the right partner for their lives in a new country. Keywords: Baghdad, Iraq, memory, Gulf War, reconciliation, trauma.

Kata Kunci : Baghdad, Irak, memori, perang Teluk, rekonsiliasi, trauma.

  1. S2-2020-434507-abstract.pdf