Brazil's Recovery from Debt Crisis and Development of Ethanol Industry through the Lens of Dependency Theory
ALYSSA NEIVA S I, Prof Dr. Mohtar Mas'oed
2020 | Skripsi | S1 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONALDuring its time of financial crisis, Brazil had accumulated much foreign debt to finance its development during the military rule era in 1960s. These debts were made up of loans to build infrastructure such as factories and roads to improve economic development based on import-substitute industrialization. Hence, coupled with the oil shock in 1970, Brazil found itself needing to curb high inflation and high foreign debt at the same time during 1980s. This research would address how the Brazilian government paved the way towards low foreign debt and lowering inflation until the end of the 20th century. By approaching the issue through dependency theory and process tracing method, it is hoped that a favourable explanation could be found. In order to do so, the history of Brazil's economy, the policies and decisions made during the regime of President Henrique Cardoso, the cooperation between the government and the IMF (International Monetary Fund), and the dynamics of Brazil's sugarcane-based ethanol industry are discussed in the following chapters. Based on analysis made on those topics, this research argues that Brazil managed to begin their debt repayment and inflation decrease by following both paths of independence and dependence. The path of independence can be illustrated by the state's decision to remove expensive oil imports by developing the domestic ethanol industry for automotive fuel. Conversely, Brazil also resorted to a certain kind of dependence on foreign institutions to reach their economic goals. This was done by agreeing to IMF conditions in exchange for loans, in which the state had to exercise privatization and liberalization of state-owned companies to ensure compliance and attract foreign investors. In the end, this study hopefully adds to numerous others of its kind that provides lessons from the past and possible solutions in case a similar financial crisis occurs in the future to states with a political and natural resource demographic similar to Brazil.
Ketika zaman krisis finansial, Brazil telah mengakumulasi sejumlah besar hutang luar negeri untuk membiayai pembangunan pada era kepemimpinan militer pada tahun 1960. Hutang ini terdiri dari pinjaman luar negeri untuk membangun infrastruktur, seperti pabrik-pabrik dan jalan raya, untuk meningkatkan pembangunan ekonomi berbasis industrialisasi pengganti impor (import-substitute industrialization). Sehingga, ditambah dengan krisis minyak pada tahun 1970, Brazil dihadapkan pada kenyataan bahwa ia harus mengatasi inflasi tinggi dan hutang luar negeri yang meroket dalam waktu yang sama sekitar tahun 1980. Riset ini akan mengulas bagaimana Brazil memulai perjalanannya menurunkan hutang luar negeri dan tingkat inflasinya hingga akhir abad 20. Dengan menggunakan pendekatan teori dependensi dan process tracing, suatu penjelasan yang memuaskan diharapkan akan dapat ditemukan. Dalam rangka mencapai hal tersebut, sejarah ekonomi Brazil, kebijakan dan keputusan-keputusan yang dilaksanakan pada masa pemerintahan Presiden Henrique Cardoso, kerjasama antara pemerintah Brazil dan IMF (International Monetary Fund), serta sepak terjang industri etanol berbasis tebu milik Brazil akan dibahas dalam bab-bab berikut. Berdasarkan analisis topik-topik tersebut, riset ini berargumen bahwa Brazil memulai upayanya menurunkan hutang luar negeri dan tingkat inflasi dengan mengikuti dua jalur yaitu independen dan dependensi. Independen atau kemandirian Brazil dapat terlihat melalui keputusan pemerintah Brazil untuk menghentikan impor minyak yang mahal pada 1980 dan melakukan penghematan dengan membangun industri bahan bakar alternatif yaitu etanol berbasis tebu. Sebaliknya, Brazil juga mengimplementasikan sebuah bentuk dependensi pada institusi asing untuk meraih target ekonominya. Hal ini dilakukan dengan menyetujui syarat-syarat yang diberikan IMF agar Brazil dapat memperoleh pinjaman, di mana Brazil harus mengadakan privatisasi dan liberalisasi sejumlah badan usaha milik negara untuk menjamin kepatuhan pada IMF dan menarik investor asing. Alhasil, diharapkan riset ini dapat menambah temuannya ke riset-riset sejenis yang memberi pelajaran dari masa lalu dan potensi solusi atas persoalan krisis finansial di masa depan. yang menimpa negara-negara dengan demografi politik dan sumber daya alam yang mirip dengan Brazil.
Kata Kunci : Brazil, debt crisis, ethanol industry, IMF, dependency theory