Kepesertaan dan Pemaknaan Buruh Gendong di Pasar Beringharjo pada Jaminan Sosial Ketenagakerjaan

ANASTASIA C S K, Drs. Suparjan, M.Si.

2020 | Skripsi | S1 PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN

Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Jaminan sosial bagi pekerja di Indonesia diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan ini bersifat universal artinya seluruh pekerja baik dari sektor formal maupun informal dapat menjadi pesertanya. Namun, hingga tahun 2019 masih banyak pekerja sektor informal yang tidak menjadi peserta jaminan sosial ketenagakerjaan. Sehingga, BPJS Ketenagakerjaan berusaha untuk menarik kepesertaan mereka melalui berbagai program salah satunya Program Pasar Sadar Jaminan Sosial. Program tersebut juga diresmikan di Pasar Beringharjo yang menjadi tempat kerja buruh gendong. Setelah program tersebut berjalan, banyak buruh gendong yang menjadi peserta, namun tidak lama jumlah kepesertaan mereka justru menurun. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini berupaya untuk mengungkap penyebab dibalik menurunnya jumlah kepesertaan buruh gendong di Pasar Beringharjo pada BPJS Ketenagakerjaan. Perspektif teori yang digunakan dalam menganalisis penelitian ini adalah dengan teori interaksionisme simbolik Herbert Blumer. Menurutnya bentuk respon yang dihasilkan manusia tidak hanya disebabkan oleh kehadiran stimulus. Namun, terdapat suatu proses interpretasi atau pemberian makna kepada stimulus yang ditujukkan kepada manusia sebelum menentukan respon. Stimulus diberikan oleh BPJS Ketenagakerjaan berupa kegiatan Program Pasar Sadar Jaminan Sosial, selanjutnya akan diinterpretasikan oleh buruh gendong. Respon yang dihasilkan adalah buruh gendong memilih untuk bertahan menjadi peserta atau tidak menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Penelitian berjenis kualitatif deskriptif ini berupaya untuk mengungkap penurunan jumlah kepesertaan buruh gendong pada BPJS Ketenagakerjaan dengan berfokus pada pemaknaan dan kesadaran buruh gendong pada jaminan sosial ketenagakerjaan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dokumentasi serta studi pustaka kemudian obyektivitas data diperoleh dengan teknik triangulasi. Adapun hasil penelitian diperoleh bahwa menurunnya jumlah kepesertaan buruh gendong di Pasar Beringharjo disebabkan oleh pemaknaan jaminan sosial yang masih dangkal. Pemaknaan tersebut dipengaruhi oleh intensitas interaksi buruh gendong dan BPJS Ketenagakerjaan yang rendah. Selain itu, disebabkan pula oleh perbedaan latar belakang buruh gendong seperti tingkat pendidikan, usia, perbedaan lamanya bekerja, dan keadaan ekonomi yang telah menciptakan opini terkait konsep jaminan sosial yang beragam. Jaminan sosial ketenagakerjaan masih sulit diterima karena sebagian buruh gendong tidak mengikuti sosialisasi, penerimaan terhadap sosialisasi dan hal baru sulit dilakukan, tidak memiliki kekhawatiran akan terjadinya kecelakaan kerja, tidak mampu membedakan antara jaminan kesehatan dan ketenagakerjaan serta kondisi ekonomi yang membuat mereka merasa keberatan untuk membayar premi. Selain itu, kesadaran buruh gendong pada jaminan sosial juga masih rendah. Hal ini terjadi akibat tiga faktor yang sering dijumpai di lapangan, yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku individu buruh gendong dan faktor ekonomi. Ketiga faktor tersebut membuat buruh gendong enggan menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Social security is a form of social protection to ensure that all people can fulfill their basic needs for a decent life. Social security for workers in Indonesia is organized by BPJS Ketenagakerjaan. This guarantee is universal, meaning that all workers from the formal and informal sectors can become participants. However, until 2019 there were still many informal sector workers who were not participants in social security for workers. Thus, BPJS Ketenagakerjaan seeks to attract their participation through various programs, one of which is the Program Pasar Sadar Jaminan Sosial Ketenagakerjaan. The program was also inaugurated at Beringharjo Market, which is a workplace for women porter. After the program started, many women porter took part, but soon their participation declined. Based on this, this study seeks to uncover the causes behind the decline in the number of women porter in Beringharjo Market on the BPJS Ketenagakerjaan. The theoretical perspective used in analyzing this research is Herbert Blumer's symbolic interactionism theory. According to him, the response form produced by humans is not only caused by the presence of stimulus. However, there is a process of interpretation or giving meaning to the stimulus that is shown to humans before determining the response. The stimulus provided by the BPJS Ketenagakerjaan in the form of Program Pasar Sadar Jaminan Sosial Ketenagakerjaan activities, will then be interpreted by women porter. The response generated was that the women porter chose to remain a participant or not be a participant in the BPJS Ketenagakerjaan. This qualitative descriptive research seeks to reveal the decline in the number of women porter in the BPJS Ketenagakerjaan by focusing on the meaning and awareness of women porter on social security for workers. Data collection methods used were interviews, observation, documentation and literature study then the objectivity of the data obtained by triangulation techniques. The results of the study found that the decline in the number of women porter in Beringharjo Market was caused by the interpretation of social security that was still shallow. The interpretation is influenced by the low intensity of the interaction between the women porter and BPJS Ketenagakerjaan. In addition, it is also caused by differences in the background of the women porter such as the level of education, age, differences in length of work, and economic conditions that have created opinions related to diverse social security concepts. Social security for workers is still difficult to accept because some workers do not participate in the socialization, acceptance of socialization and new things are difficult to do, do not have fears of workplace accidents, are unable to distinguish between health and employment insurance and economic conditions that make them object to paying premiums. In addition, women porter's awareness of social security is also still low. This happens due to three factors that are often found in the field, namely environmental factors, individual women porter's behavior factors and economic factors. These three factors make the women porter reluctant to become BPJS Ketenagakerjaan participants.

Kata Kunci : jaminan sosial ketenagakerjaan, pemaknaan, kesadaran sosial, buruh gendong