Laporkan Masalah

RECYCLING LEARNING CENTER TPA JATIBARANG DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR RESPONSIF

AFIFAH BINTANG U A, Dr. Eng. Agus Hariyadi, S.T., M.Sc.,

2020 | Skripsi | S1 ARSITEKTUR

Indonesia sebagai peringkat 2 penghasil limbah plasik terbesar di dunia, memiliki sejumlah problematika pengolahan sampah. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai cara pengolahan sampah yang bijak membuat Indonesia kini darurat akan sampah. Kumpul- angkut-buang masih menjadi budaya masyarakat Indonesia terhadap cara menyikapi sampah. Akibatnya semua jenis sampah, baik sampah organik berupa sisa makanan, plastik, pakaian, hingga alat-alat elektronik terkumpul menjadi satu dan berakhir di TPA tanpa pemilahan dan pengolahan sebelumnya. Budaya ini berlangsung selama bertahun-tahun hingga tumpukan sampah di TPA menjulang tinggi dan menjadi sumber masalah bagi daerah setempat. Banyaknya sampah rumah tangga yang tidak diolah sebelumnya membuat Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) kewalahan dalam melayani ratusan ton sampah yang datang setiap harinya. Hal ini membuat persentase sampah yang diolah dengan baik oleh TPA hanya sebagian kecil dari keseluruhan sampah yang dihasilkan. Usaha penanggulangan sampah akan berjalan efektif apabila setiap individu masyarakat sebagai penghasil utama sampah memiliki pengetahuan mengenai pengolahan sampah yang bijak. Masyarakat perlu edukasi akan pengolahan sampah untuk menjadi barang dengan nilai guna lebih, sehingga meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan khususnya pada dimensi pengolahan sampah. Arsitektur responsif dipilih menjadi teori pendekatan dalam perancangan Recycling Learning Center. Dalam arsitektur responsif bangunan atau elemen bangunan mampu beradapatasi dengan segala perubahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya, sehingga arsitektur dapat bersifat kinetik. Dengan ini arsitektur dapat menjadi sarana belajar dan pusat perhatian.

Indonesia as the second largest producer of plastic waste in the world, has a number of waste management problems. The lack of public knowledge about how to treat waste wisely makes Indonesia an emergency for waste now. As a result, all types of waste, both organic waste in the form of food scraps, plastics, clothing, to electronic equipment collected into one and ended up at the landfill without sorting and processing. This culture lasted for years until the piles of garbage in the landfill towered and became a source of problems for the local area. The large amount of household waste that is not treated makes the Recycling Center overwhelmed in serving hundreds of tons of garbage that comes every day. This makes the percentage of waste treated properly by the Recycling Center only a small portion of the total waste produced. Waste management efforts will be effective if every individual community as the main producer of waste has knowledge of wise waste management. The public needs to be educated about waste management, thereby increasing public awareness of the environment, especially in the dimension of waste management. Responsive architecture was chosen as the theoretical approach in the design of the Recycling Learning Center. In responsive architecture, buildings or building elements are able to adapt to all changes that occur in the surrounding environment. With this approach buildings can become the center of attention and learning tools.

Kata Kunci : Learning Center, Sampah, Arsitektur Responsif

  1. S1-2020-399788-abstract.pdf  
  2. S1-2020-399788-bibliography.pdf  
  3. S1-2020-399788-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2020-399788-title.pdf