Relasi Eksploitatif dan Konstruksi Kesetiaan Palsu (False Loyalty) dalam Pertanian Tembakau di Gunung Sumpena
Alwan Brilian Dewanta, Dr. Pujo Semedi Hargo Yuwono, M.A.
2020 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYADi Indonesia, pertanian tembakau menjadi salah satu sektor yang cukup penting bagi masyarakat yang hidup dan tinggal di kawasan lereng Gunung Sumbing terutama sebagai salah satu penopang ekonomi. Komoditas tembakau yang dianggap memberi kesejahteraan bagi masyarakat ternyata berjalan dengan berbagai persoalan terutama pada rantai produksi yang kompleks. Kompleksitas tersebut ternyata disebabkan oleh berbagai kelas aktor yang bekerja menggunakan mekanisme eksploitatif untuk melakukan perampasan pada nilai tembakau petani. Alih-alih berpikir untuk mengubahnya, relasi eksploitasi ini justru dianggap sebagai sesuatu hal yang lumrah sehingga petani tetap membudidayakan jenis tanaman tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan mengenai alasan petani dalam mempertahankan jenis tanaman tembakau melalui perspektif dinamika kelas sosial. Pengumpulan data dalam penelitian etnografis ini dilakukan menggunakan metode wawancara mendalam dengan petani, observasi lapangan, partisipasi kegiatan pertanian, dan studi pustaka. Penelitian dilaksanakan dalam dua periode yakni bulan Februari � Maret dan Agustus � September pada tahun 2018. Lokasi penelitian dilaksanakan di Dusun Gunung Sumpena, Desa Tegalrejo, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Berdasarkan pertanyaan yang telah diajukan, penelitian ini menunjukkan bahwa kesetiaan petani pada jenis tanaman tembakau disebabkan oleh kesadaran palsu yang memerangkap mereka dalam wujud relasi yang eksploitatif. Kesetiaan ini kemudian direproduksi dan dipelihara melalui (1) dongeng dan mitos, (2) pulung, (3) ngalap berkah dan relasi dengan pemuka agama, (4) sikap hidup mewah, dan (5) relasi ngawula kepada juragan. Pemeliharaan ini menunjukkan bahwa kesetiaan petani pada tanaman tembakau merupakan kesetiaan yang palsu.
In Indonesia, tobacco farming remains to be one of the crucial sectors for the farmers who live and settle in the slope of Mountain Sumbing district, particularly as one of the economic supports. Tobacco commodities which are perceived to provide welfare for the community actually implemented through a variety of problems, particularly in complex production chains. The complexity apparently provoked by various classes of actors who work using exploitative mechanisms to seize the value of tobacco farmers. Rather than aiming for change, this exploitation relation is legitimated so that the farmers continue to cultivate these types of plants. This research was conducted to examine the question regarding farmers� reasons to maintain tobacco farming through the perspective of social class dynamics. Data collection in ethnographic research was obtained using in-depth interviews with farmers, field observations, participation in agricultural activities, and literature studies. The research was conducted in two periods; February - March and August - September in 2018, which situated in Gunung Sumpena Hamlet, Tegalrejo Village, Bulu District, Temanggung Regency, Central Java. Based on the questions that have been proposed, the result shows that farmers' loyalty in relation to tobacco plants is caused by the false consciousness that traps them in the form of exploitative relations. This concept of loyalty is then reproduced and nurtured through: (1) fairy tales and myths, (2) pulung, (3) ngalap berkah in relation to religious leaders, (4) farmers� attitudes towards luxurious life, and (5) the relation of ngawula to juragan. This preservation shows that the loyalty of farmers in relation to tobacco plants is defined as a false loyalty.
Kata Kunci : tembakau, relasi eksploitatif, dinamika kelas, kesadaran palsu, kesetiaan palsu