Laporkan Masalah

PENGARUH KONSTRUKSI SOSIAL MASYARAKAT JEPANG TERHADAP KEBIJAKAN WOMENOMICS

SALMA SALSABILA A, Wahyu Handayani S.S., M.A.

2020 | Tugas Akhir | D3 BAHASA JEPANG

Tugas akhir ini memaparkan pengaruh konstruksi sosial masyarakat Jepang kepada berjalannya program kerja Womenomics dengan menyajikan data, berita, dan analisis. Konstruksi sosial masyarakat yang ada membentuk kesenjangan gender, sehingga Jepang berada dalam ancaman kemerosotan jumlah populasi yang menyebabkan stagnansi ekonomi. Hal tersebut terjadi karena kesenjangan gender dalam ranah kerja menjadikan pekerja perempuan didiskriminasi, diperlakukan tidak adil, dan kesulitan untuk menyeimbangkan antara pekerjaan dan urusan rumah tangga. Di tengah krisis kekurangan tenaga kerja dan desakan dari pihak internasional untuk mengatasi kesenjangan gender, Perdana Menteri Shinzo Abe mencetuskan Womenomics yang dikampanyekan dapat memberdayakan pekerja perempuan, dengan slogan Jepang di mana semua perempuan bisa bersinar. Womenomics menarik perempuan agar kembali bekerja dengan menawarkan program kerja berupa fasilitas-fasilitas yang memungkinkan perempuan untuk bekerja dengan optimal sambil mengurus rumah tangga. Akan tetapi, konstruksi sosial masyarakat Jepang lebih berpengaruh besar dalam pelaksanaanya, sehingga Womenomics seolah hanya ditujukan demi kepentingan ekonomi saja tanpa mewujudkan kampanye pemberdayaan perempuan. Perempuan diharapkan untuk bekerja keras demi mendongkrak ekonomi negara, sembari tetap mengurus anak dan menjalankan urusan rumah tangga tanpa mendapatkan fasilitas dan perlakuan yang layak. Maka, Womenomics masih dalam proses yang panjang dalam menjadikan Jepang tempat di mana semua perempuan bisa bersinar.

This final paper explains how the Japanese social construct impacts Womenomics by providing data, news, and analysis. The Japanese patriarchal social construct formed a gender disparity, and because of that, Japan is on the brink of a population decline. Such phenomenon will leads Japan to a lasting economic stagnation. The gender disparity which then institutionalized in workplaces makes working women discriminated against, treated poorly in the workplace, and are unable to have a work-life balance. Amidst the labour shortages and the pressure from international organizations to solve the lasting gender gap in Japan, Prime Minister Shinzo Abe formed a series of policies, and one of them known as Womenomics. Womenomics campaigned as a system that can empower working women, with Japan where all women can shine as the slogan. Womenomics attract women to join the workforce by proposing facilities that will make it possible for women to work efficiently while still being able to build a family. However, Japanese social construct has a big role in impacting the implementation of Womenomics. Thus, Womenomics implemented as if it is solely purposed to help the countrys economy without actually empowering working women. Women are expected to work hard for the sake of the economy while also keep doing the house chores and child-rearing, without proper treatment and facilities to support them. Womenomics, therefore, is still in a long process to make Japan a place where all women can shine.

Kata Kunci : Konstruksi Sosial, Kesenjangan Gender, Womenomics, Pemberdayaan Wanita, Pekerjaan

  1. D3-2020-415441-abstract.pdf  
  2. D3-2020-415441-bibliography.pdf  
  3. D3-2020-415441-tableofcontent.pdf  
  4. D3-2020-415441-title.pdf