Laporkan Masalah

KONSTRUKSI PERLAWANAN PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DALAM FILM (Analisis Isi Kualitatif dalam film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak (2017))

BELA FATAYA AZMI, Nyarwi Ahmad, M. Si., Ph.D.

2020 | Tesis | MAGISTER ILMU KOMUNIKASI

Perfilman Indonesia tidak lepas dari konstruksi kekerasan seksual dalam cerita yang diproduksinya. Kekerasan seksual pada mulanya lebih banyak digunakan sebagai pemanis film dengan mempertontonkan tubuh perempua. Konstruksi kekerasan seksual kemudian bergeser menjadi sebuah kejahatan serius meskipun, perempuan dalam film masih digambarkan sebagai obyek yang lemah dan kalah. Di tahun 2017, Marlina (Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak (2017) hadir sebagai perempuan korban kekerasan seksual yang berbeda. Penelitian mencoba melihat dobrakan konstruksi perlawanan korban kekerasan seksual yang ditampilkan dalam film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak (2017). Film akan dibedah menggunakan analisis isi kualitatif menggunakan kategori yang diturunkan dari teori tubuh dan seksualitas Foucault (1979), serta bentuk perlawanan James C. Scott (2000), yaitu, perlawanan sehari-hari (penghindaran/mengelak dan berpura-pura patuh) dan perlawanan langsung (perlawanan langsung dan perlawanan terlembaga). Dengan menggunakan teori Scott (2000) esensi perlawanan dapat dilihat lebih kontekstual, dengan tidak melepaskan aspek kultural Sumba yang menjadi setting cerita. Hasil penelitian menemukan film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak (2017) mengonstruksikan perlawanan perempuan yang berbeda, di mana, Marlina dikonstruksikan memiliki kesadaran atas kuasa tubuh dan seksualitas, serta mampu merencanakan aksi-aksi perlawanan dalam menghadapi kekerasan seksual, baik perlawanan sehari-hari maupun perlawanan langsung. Marlina dikonstruksikan melakukan ketiga upaya perlawanan dalam kategori penelitian, bahkan menggabungkan bentuk-bentuk perlawanannya, yang diawali dari kesadaran atas kuasa tubuh dan seksualitas dirinya, melakukan upaya perlawanan sembunyi-sembunyi yang bersifat kultural, serta menggunakan lembaga formal (polisi) sebagai perlawanan langsung. Konstruksi pembunuhan (memenggal kepala) yang dilakukan Marlina juga menggambarkan bentuk perlawanan sehari-hari yang khas Sumba, berbeda dengan perlawanan dalam realitas sosial masyarakat Indonesia pada umumnya. Hal ini seusai dengan tesis Scott (2000) yang menyebutkan bahwa bentuk perlawanan sehari-hari sangat terkait dengan konteks budaya yang bersifat khas.

Indonesian cinema is inseparable from the construction of sexual violence in the stories that they produces. Sexual violence was initially used as a sweetener of films by showing a women's body. The construction of sexual violence then shifts into a serious crime, although, women in the film are still portrayed as a weak and defeated objects. In 2017, Marlina (Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak (2017) was present as a different woman victim of sexual violence. This study aim to see how the construction of women's resistance was broken down by victims of sexual violence shown in the film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak (2017). Film will dissected using qualitative content analysis with derived categories from body and sexuality theory of Foucault (1979), as well as forms of resistance by James C. Scott (2000), i.e. everyday form resistance (avoidance/evasive and pretending to be submissive) and direct resistance (direct resistance and institutionalized resistance). Scott's theory (2000) will make the essence of resistance can be seen more contextual, by not releasing the cultural aspects of Sumba as the setting story. The result of the study found that the film construct different women's resistance, in which, Marlina is constructed as a women who have awareness of bodily power and sexuality, and able to plan resistance actions in the face of sexual violence, both everyday form resistance and direct resistance. Marlina was constructed to carry out all three efforts in the research category, even combining her forms of resistance, which began with awareness of her bodily power and sexuality, undertook clandestine cultural resistance efforts, and used formal institutions (the police) as direct resistance. The construction of the murder (beheading) by Marlina alsi illustrates the form of everyday form resistance that is typical of the Sumba tradition, different from resistance in the social reality of Indonesian society. This is in accordance with Scott's thesis (2000) which states that the form of everyday resistance is related to the specific cultural context.

Kata Kunci : Konstruksi Realitas Media, Perlawanan Perempuan, Kekerasan Seksual, Film

  1. S2-2020-422351-abstract.pdf  
  2. S2-2020-422351-bibliography.pdf  
  3. S2-2020-422351-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2020-422351-title.pdf