Laporkan Masalah

Representasi Feminisme dalam Kebudayaan Bali (Analisis Semiotika pada Film Sekala Niskala Karya Kamila Andini)

WIWID SEPTIYARDI, Novi Kurnia, M.Si., M.A., Ph.D.

2020 | Tesis | MAGISTER ILMU KOMUNIKASI

Film sebagai media massa mempunyai kemampuan untuk menghadirkan rangkaian cerita yang didukung visualisasi dan suara dalam menyampaikan pesan. Film Sekala Niskala karya Kamila Andini, bercerita tentang seorang anak perempuan (Tantri) yang dihadapkan pada kematian saudara kembarnya (Tantra). Melalui film ini, karakter perempuan digambarkan sebagai subjek narasi yang aktif dan membawa pesan feminisme. Topik feminisme menarik perhatian peneliti karena selama ini perempuan sering digambarkan hanya sebagai objek narasi yang pasif bahkan objek erotis utama dalam film. Kajian dalam tulisan ini merupakan kajian tentang film yang bertujuan untuk mengetahui unsur feminisme dalam kebudayan Bali yang di representasikan pada film Sekala Niskala. Dalam penelitian ini, model Roland Barthes dipilih karena mampu menjangkau tidak hanya pada level teks, maupun simbol namun juga menggunakan satu terma lagi dalam pembacaan tanda, yaitu mitos. Dalam mengkaji tanda menggunakan mitologi Barthes tidak lagi diharuskan membedah penanda dan petanda pada level linguistik secara terpisah. Melainkan cukup mengetahui makna denotatif secara global, karena dari tanda denotatif inilah mitos akan dibicarakan.

Films as mass media have the ability to present a series of stories supported by visualization and sound in conveying messages. The film Sekala Niskala by Kamila Andini tells the story of a girl (Tantri) who is faced with the death of her twin sister (Tantra). Through this film, female characters are depicted as active narrative subjects and carry a message of feminism. The topic of feminism has attracted the attention of researchers because so far, women are often portrayed as passive narrative objects, even as the main erotic objects in films. The study in this paper is a study of film which aims to determine the feminist element in Balinese culture which is represented in the film Sekala Niskala. In this study, the Roland Barthes model was chosen because it was able to reach not only at the level of text, as well as symbols, but also used one more term in sign reading, namely myth. In studying signs using mythology, Barthes is no longer required to dissect markers and markers at the linguistic level separately. But it is sufficient to know the denotative meaning globally, because it is from this denotative sign that myths will be discussed.

Kata Kunci : Semiotika, Film, Feminisme

  1. S2-2020-419078-abstract.pdf  
  2. S2-2020-419078-bibliography.pdf  
  3. S2-2020-419078-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2020-419078-title.pdf