HEIMAT DALAM HUTAN JERMAN YANG DICERITERAKAN: Kelekatan dan Subjektivitas Lingkungan dalam Praktik Penggunaan Hutan di Freiburg, Jerman

FAHMI RIZKI FAHROJI, Dr. Pujo Semedi Hargo Yuwono, M. A.

2020 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYA

Menempatkan hutan sebagai jiwa bagi orang Jerman, skripsi ini mengandaikan hubungan personal manusia dengan hutan, dan menyepakati kelekatan tersebut sebagai ciri identitas bangsa dari subjektivitas lingkungan terbentuk. Diuji menggunakan konsep Heimat, kelekatan manusia dengan hutan diidentifikasi pada dua faktor; kewilayahan (territoriality) dan ikatan emosional (sense of belonging). Pada faktor kewilayahan, Heimat menstimulasikan koneksi antara individu dan tindakan-tindakan keseharian dalam praktik penggunaan hutan di Freiburg. Praktik keseharian ini menjadi peran penting dalam memenuhi keamanan berperilaku pada ruang yang disebut space of satisfaction, yang juga menjadi letak subjektivitas lingkungan terbentuk. Sementara itu, faktor emosionalitas mengejawantahkan hutan yang syarat akan makna, di mana individu meresapinya secara personal, acap kali terjadi akibat koneksi yang mendalam, reproduksi memori, dan kecintaan pada hutan dan bangsanya atas distopia krisis lingkungan. Dalam penelitian ini, narasi Heimat dalam hutan Jerman diceriterakan menggunakan metode penelitian etnografi yang dilakukan di lokus lapangan WaldHaus, Freiburg. Perawatan hutan di WaldHaus telah berkontribusi pada pembentukan tindakan-tindakan dan hubungan manusia dengan hutan pada fungsi sosio-kultural dan ekologis. Gagasan mengenai hutan Jerman dan ciri identitasnya, secara langsung dan tidak langsung dinyatakan masyarakat Freiburg melalui persepsi lingkungan (ketenangan, sense of home, kebebasan dan energi) dan aktivitas-aktivitas keseharian (rekreasi, relaksasi, escaping from city dan berpartisipasi pada salah satu program) di WaldHaus. Kendati demikian, setidaknya, studi kelekatan antara manusia dengan hutan ini ingin menjawab pertanyaan mengapa ceritera tentang hutan melekat pada masyarakat Freiburg dan diasosiasikan sebagai bagian dari jiwa Jerman serta bagaimana makna tersebut diartikulasikan pada tindakan-tindakannya secara sosial.

Positioning the forest as a soul for the Germans, this thesis presupposes human personal relations with the forest, and it agrees that attachment is a characteristic of the nation's identity from the environmental subjectivity is formed. Examining within the concept of Heimat, human attachment to the forest is identified on two factors; territoriality and emotional ties (sense of belonging). On territoriality factor, Heimat stimulates connections between individuals and daily actions in the practice of forest use in Freiburg. This daily practice becomes an important role in fulfilling the behavioral security in a space called space of satisfaction, which is also where the subjectivity of the environment is formed. Meanwhile, the emotional factor manifests the meaningful forest, in which the individuals absorb it personally, often due to deep connections, memory reproduction, and love of the forest and its people for the dystopia of the environmental crisis. In this study, the Heimat narration in German forest has been told using ethnographic research methods that conducted at the WaldHaus, Freiburg. Functionally, socio-cultural and ecological aspects have contributed to the formation of human actions and relations for nursing the forest at WaldHaus. The idea of German forests and their identity characteristics, directly and indirectly expressed by the Freiburg society through environmental perceptions (calm, sense of home, freedom and energy) and daily activities (recreation, relaxation, escaping from the city and participating in one of the programs) at WaldHaus. However, at least, this study of attachment between humans and forest wants to answer the question why the story of the forest is embedded in the Freiburg society and is associated as part of the German soul and how that meaning is articulated in its actions socially.

Kata Kunci : Heimat, Hutan Jerman, kelekatan, praktik penggunaan hutan, Subjektivitas.