Sekuele Neurologis Pasca Abses Serebri Dan Rekurensi Abses Serebri Serta Efek Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak
ANANTA FITTONIA B, Prof. DR. dr. Elisabeth S. Herini, SpAK; dr. Retno Sutomo, PhD, SpAK
2019 | Tesis-Spesialis | ILMU KESEHATAN ANAKAbses serebri merupakan kumpulan bahan supuratif pada parenkim otak yang disebabkan bakteri piogenik. Penyakit ini jarang terjadi pada anak dan sebagian besar berhubungan dengan penyakit jantung bawaan sianotik. Angka mortalitas dari abses serebri di dunia cukup tinggi, mencapai 40%. Abses serebri dapat terjadi pada semua umur, dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan sebesar 2:1. Pengamatan jangka panjang dilakukan untuk mengetahui gejala sisa yang timbul sehingga kelainan ireversibel dapat dicegah sejak dini. Kami melakukan pemantauan selama 26 bulan terhadap anak yang sebelumnya mengalami ensefalitis bacterial dan berlanjut menjadi abses serebri. Berdasarkan pemantauan yang dilakukan, didapatkan adanya kejang berulang sebanyak 2 kali pada 1 dan 20 bulan pasca abses serebri. Hasil EEG saat ensefalitis didapatkan dalam batas normal. Evaluasi EEG saat mengalami abses serebri didapatkan adanya gelombang epileptiform diffuse, yang mendukung bangkitan umum. Tidak didapatkan adanya rekurensi abses serebri berdasarkan evaluasi CT scan kepala dengan kontras yang dilakukan. Keterlambatan perkembangan didapatkan pada seluruh aspek baik motorik kasar, motoric halus, bahasa dan personal-sosial. Adanya gangguan postur dan gerakan menyebabkan anak saat ini mengalami palsi serebral. Pemeriksaan Brain Evoked Response Auditory (BERA) dalam batas normal. Tatalaksana rumatan yang diberikan berupa fenobarbital dan piracetam selama 3 tahun dan saat ini anak bebas kejang selama 20 bulan. Tidak didapatkan adanya efek samping pengobatan selama pengamatan yang dilakukan.
Cerebral abscess is a collection of suppurative material in the brain parenchyma due to pyogenic bacteria. This disease is rare in children and mostly associated with cyanotic congenital heart disease. Mortality rates from cerebral abscesses in the world are quite high, reaching approximately 40%. Cerebral abscesses can occur at any age, with a ratio between male and female of 2:1. Long-term observations are made to determine the sequelae that arise so that irreversible abnormalities can be prevented. We conducted 26 months of monitoring of children who previously had bacterial encephalitis and progressed to cerebral abscesses. Based on the monitoring, it was found that twice there were recurrent seizures at 1 and 20 months after cerebral abscess. Electroencephalogram (EEG) results when experiencing encephalitis were within normal limits. EEG evaluation during the cerebral abscesses revealed diffuse epileptiform waves, which support generalized seizures. There was no recurrence of cerebral abscesses based on head computerized tomography (CT) scans evaluation with contrast. Developmental delays were found in all aspects of both gross motor and fine motor skills, language and personal-social. Postural and movement disorders cause the child to now experience cerebral palsy. Examination of Brain Evoked Response Auditory (BERA) was within normal limits. The child received phenobarbital and piracetam as a maintenance treatment for 3 years. Currently, the child has been free of seizures for 20 months. There were no side effects of treatment during the observation.
Kata Kunci : Abses serebri, sekuele neurologis, palsi serebral