Fasilitas Perawatan Hospis bagi Geriatri dengan Pendekatan Ecotherapy
D IKA KUSUMASTUTI, Dr. Dyah Titisari Widyastuti, S.T., MUDD.
2020 | Skripsi | S1 ARSITEKTURDari tahun 2013 hingga tahun 2018, jumlah penderita penyakit kronis sebagai penyakit tidak menular di Indonesia mengalami peningkatan. Akibatnya, pada tahun 2016 hingga tahun 2018, BPJS Kesehatan RI mengalami defisit keuangan sebesar kurang lebih 16,5 Triliun Rupiah, dengan jumlah penderita terbanyak merupakan penderita penyakit jantung, kanker, dan stroke. Provinsi Jawa Tengah menjadi provinsi dengan jumlah penderita penyakit kanker terbanyak di Indonesia, dengan estimasi jumlah penderita sebanyak 69 ribu jiwa di tahun 2013. Di satu sisi, perkembangan perawatan paliatif di Indonesia masih belum maksimal akibat adanya keterbatasan akan dana dan kebijakan. Pada tahun 2007, jumlah rumah sakit di Indonesia yang mampu memberikan perawatan paliatif masih terbatas di lima ibukota provinsi, yaitu Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, dan Makassar, sedangkan perawatan hospis sebagai bagian dari perawatan paliatif untuk saat ini belum mulai diterapkan di Indonesia. Padahal, metode perawatan ini penting dalam membantu meningkatkan kualitas hidup pasien beserta keluarga pasien, baik aspek fisik, mental, psikologis, sosial, dan spiritual. Untuk saat ini pula, Kota Semarang sebagai Ibukota Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah penderita penyakit kanker terbanyak sedang mulai menerapkan perawatan paliatif. Pendekatan ecotherapy dipilih dalam fasilitas ini dengan pertimbangan unsur alam terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan mental maupun fisik seseorang lewat adanya aktivitas yang melibatkan unsur alam. Tujuan dari pendekatan ecotherapy ini dirasa sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai dari perawatan paliatif maupun perawatan hospis itu sendiri. Diharapkan dengan adanya fasilitas perawatan hospis dengan aktivitas penggunanya melibatkan unsur alam, baik pasien penderita penyakit kronis maupun keluarga, memiliki kualitas hidup yang lebih baik, dari segi fisik, mental, psikologis, sosial, dan spiritual.
From 2013 until 2018, a number of sufferers of chronic diseases as non-communicable disease in Indonesia has increased. As a result from 2016 to 2018, Indonesia Health BPJS experienced a financial deficit of approximately 16.5 Trillion Rupiah. Central Java becomes the province with the highest number of cancer patients in Indonesia, with an estimated number of sufferers is 69 thousand in 2013. On the other hand, the development of palliative care in Indonesia is still lacking due to limited funds and policies. In 2007, the number of hospital in Indonesia capable of providing palliative care was still limited in five provincial capitals, such as Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, and Makassar, while hospice care as part of palliative care has not been implemented in Indonesia. In fact, this treatment method is important in helping to improve the quality life of patients and their families, in terms of physical, mental, psychological, social, and spiritual needs. For the time being, Semarang as the capital city of Central Java with the highest number of cancer patients is starting to apply palliative care. Ecotherapy method was chosen to be implemented in this facility for natural element was proven to be able to improve ones mental and physical well-being through activities involving natural elements. The purpose of ecotherapy is in line with the goals that palliative and hospice care want to achieve. At the end, it is hoped that this hospice facility with its user activities involving natural elements could enhance the quality of life of both patients and their families, in terms of physical, mental, psychological, social, and spiritual needs.
Kata Kunci : kronis, paliatif, hospis, ecotherapy