Laporkan Masalah

Mengembalikan Martabat Walang Sangit: Studi Etnoekologi Pangan Berbahan Walang Sangit Di Desa Sindukarto, Eromoko, Wonogiri

Fety Hikmatul Umami, Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra, M.A.,M.Phil.

2020 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYA

Keberadaan walang sangit sebagai hama perusak tanaman padi cukup meresahkan masyarakat petani karena mengganggu keseimbangan proses tanam hingga panen padi dan menurunkan produktivitas padi. Masyarakat petani yang dirugikan oleh walang sangit tentu mencari solusi agar hasil panen padinya lebih maksimal. Tindakan yang dilakukan petani Sindukarto untuk mengurangi populasi hama yaitu melakukan penangkapan walang sangit untuk diolah menjadi makanan. Kondisi ini menunjukkan adanya pengaruh lingkungan terhadap budaya pangan masyarakat. Proses mengubah walang sangit menjadi makanan merupakan kearifan lokal masyarakat (local wisdom) masyarakat dalam memanfaatkan walang sangit yang merugikan petani menjadi alternatif pangan yang mengenyangkan perut. Adapun pertanyaan penelitian yang diajukan yaitu Bagaimana cara masyarakat Sindukarto berburu, mengolah, menyajikan dan mengonsumsi walang sangit? dan bagaimana pandangan warga Sindukarto terhadap hama walang sangit yang dikonsumsi menjadi makanan lokal?. Berdasarkan pertanyaan penelitian tersebut tujuan penelitian ini adalah 1) Mendeskripsikan pengendalian hama walang sangit di Desa Sindukarto; 2) Memaparkan proses pengolahan, dan penyajian walang sangit; 3) Menjelaskan alasan masyarakat Sindukarto mengonsumsi walang sangit; dan 4) Mengeksplorasi pandangan masyarakat Sindukarto terhadap keberadaan walang sangit yang ada di lingkungan sekitar. Fokus penelitian ini adalah bagaimana petani mengubah walang sangit yang merugikan pertanian padi mereka menjadi suatu yang dapat dikonsumsi. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnoekologi untuk melihat sejauh mana kearifan lokal masyarakat dapat membantu mengatasi suatu masalah yang ada di lingkungan sekitar dan menjadi keberagaman pangan lokal di Desa Sindukarto. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur, observasi partisipatif, dan wawancara. Sedangkan analisis data yang dipilih yaitu analisis domain dan analisis taksonomik. Analisis taksonomik yang digunakan dalam penelitian etnografi dibagi menjadi dua poin, yaitu melakukan analisis permukaan terhadap sebanyak mungkin domain atau analisis mendalam terhadap domain tertentu (Spradley, 1997:139). Masyarakat Sindukarto memilih untuk berburu walang sangit sebagai inisiatif untuk mengurangi populasi hama yang menyerang tanaman padi. Walang sangit yang telah ditangkap dan dikumpulkan kemudian diolah dan dikonsumsi menjadi pangan lokal. Perburuan terhadap hama walang sangit menjadi langkah responsif terhadap keberadaan walang sangit yang mengancam produktivitas tanaman padi sebagai bahan utama dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Sindukarto. Selain menguntungkan petani karena dapat mengurangi populasi hama dan meningkatkan produktivitas padi, konsumsi walang sangit juga menjadi alternatif dalam menentukan variasi makanan yang sehari-hari dikonsumsi.

The existence of rice bug as a pest destroying rice plants is quite disturbing for the farming community because it disrupts the balance of the planting process to the rice harvest and reduces rice productivity. Farmers who are disadvantaged by pests and bugs are looking for a solution so that the rice yield is more optimal. The action taken by the farmers to reduce the pest population is to catch stinky bugs to be processed into food. This condition indicates the influence of the environment on people's food culture. The process of transforming pest into food cannot be separated from the local wisdom of the local people of the community. The research question posed is How do the people hunt, process, present and consume stinky food? and what is the view of the citizens of on the pest of stinky rice that is consumed as local food?. The focus of this study is how farmers change the pest that is detrimental to their rice farming into something that can be consumed. This study uses an ecological approach to see the extent to which the local wisdom of the community can help overcome a problem that exists in the surrounding environment. The data collection techniques used in this study are the study of literature, participatory observation, and interviews. While the data analysis chosen is domain analysis and taxonomic analysis. Taxonomic analysis used in ethnographic research is divided into two points, namely conducting surface analysis of as many domains as possible or in-depth analysis of specific domains. The problem of consuming rice bugs can be seen as local creativity in dealing with pests without tools and materials that damage the environment. The community chose to hunt stinking bugs as an initiative to reduce the population of pests that attack rice plants.Rice bugs which has been captured and collected is then processed and consumed into local food. The hunt for pests and bugs is a responsive step to the existence of pests and bugs that threaten the productivity of rice plants as the main ingredient in meeting the food needs of the people. In addition to benefiting farmers because it can reduce pest populations and increase rice productivity, the consumption of rice pest is also an alternative in determining the variety of food consumed daily. Keywords: rice bugs, edible insect, food, ecology

Kata Kunci : walang sangit, makanan, etnoekologi

  1. S1-2020-378454-abstract.pdf  
  2. S1-2020-378454-bibliography.pdf  
  3. S1-2020-378454-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2020-378454-title.pdf