Perubahan dan Adaptasi Sosial Masyarakat Terdampak Alih Fungsi Lahan Pembangunan Yogyakarta International Airport (YIA) di Lahan Relokasi Desa Palihan, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo
DHEA ANGIE SAPUTRI, Eka Zuni Lusi Astuti, S.Sos, M.A.
2020 | Skripsi | S1 PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAANPembangunan YIA di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, DIY menggusur permukiman dan lahan pertanian masyarakat. Pembangunan ini mengkonversi lahan seluas kurang lebih 581,7 hektar. Pada luasan lahan tersebut terdapat penduduk yang tergusur sebanyak 2700 orang yang terbagi menjadi 518 KK (Kepala Keluarga) dan tersebar di lima desa yakni Desa Palihan, Desa Glagah, Desa Sindutan, Desa Kebonrejo dan Desa Jangkaran. Akibatnya masyarakat harus direlokasi, baik secara mandiri atau mengikuti reloksi yang difiasilitasi pemerintah. Relokasi masyarakat ke lokasi yang baru mengakibatkan berubahnya komposisi penduduk dan interaksi masyarakat. Selain itu kondisi lingkungan fisik tempat tinggal setelah direlokasi sangat berbeda dengan lingkungan di tempat tempat tinggal yang lama. Sementara itu, sebagian besar masyarakat di lima desa terdampak pembangunan YIA kehilangan lahan pertaniannya. Meskipun masyarakat terdampak alih fungsi lahan mendapatkan sejumlah dana ganti rugi dan YIA membuka banyak lowongan pekerjaan untuk setiap bidang operasionalnya, hal tersebut tidak serta-merta membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih mudah dari sebelumnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena menghasilkan data deskriptif dari fenomena-fenomena yang terjadi pada objek penelitian. Sejumlah delapan informan ditentukan menggunakan teknik purposive, yakni masyarakat di tempat relokasi Desa Palihan yang mampu memberikan informasi untuk menjawab pertanyaan penelitian dan pihak dari Dinas Sosial Kabupaten Kulon Progo untuk melengkapi informasi yang diperoleh. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi, wawancara dan analisis dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat terdampak pembangunan YIA di lahan relokasi Desa Palihan mengalami perubahan pada pola perilaku dan interaksi sosial. Pelaksanaan relokasi masyarakat kurang menerapkan prinsip-prinsip relokasi yang dicetuskan oleh Kementerian Pekerjaan Umum. Relokasi tersebut menyebabkan bubarnya kelompok dan organisasi tingkat pedukuhan, vakumnya kegiatan-kegiatan rutin masyarakat dan berkurangnya aktivitas produktif masyarakat karena sempitnya pekarangan rumah bahkan tidak ada sama sekali. Sementara itu alih fungsi lahan menyebabkan hilangnya sumber mata pencaharian para petani. Adaptasi atau penyesuaian yang dilakukan oleh mayarakat tersebut adalah mulai menjalankan kembali kegiatan-kegiatan rutin masyarakat setelah kondisi stabil, saling berinteraksi dengan masyarakat yang sebelumnya kontra bandara, memanfaatkan sumber daya yang dimiliki yakni dana ganti rugi untuk bertahan hidup dan sebagian kecil masyarakat memanfaatkannya untuk alih pekerjaan. Sementara itu penyesuaian diri dengan keadaan lingkungan tempat tinggal yang baru terlihat dari sebagian masyarakat terdampak di tempat relokasi memanfaatkan lahan yang tersisa pada kaveling mereka untuk bercocok tanam meskipun hanya sederhana.
The project of YIA in Temon Subdistrict, Kulon Progo Regency, DIY displaced residents' settlements and agricultural land. This development has converted to an lahan of approximately 581.7 hectares. In the land there are displaced as many as 2700 people divided into 518 families and spread in five villages that are Palihan, Glagah, Sindutan, Kebonrejo and Jangkaran. As a result, residents must be relocated, either independently or follow a relocation facilitated by the government. Community relocation to the new location made changes in the composition of the population and community interaction. In addition, the condition of the physical environment of the residence after being relocated is very different from the environment in the old place of residence. Meanwhile, most people in the five villages affected by YIA development lost their agricultural land. Although the people received a number of compensation funds and YIA opened many job vacancies for each of its operational, this did not necessarily make people's lives easier than before. This study uses a qualitative method because it produces descriptive data from the phenomena that occur in the research object. Eight informants were determined by using a purposive technique, they were residents at the Palihan Village relocation site who were able to provide information to answer research questions and also those from the Dinas Sosial Kabupaten Kulon Progo to complete the information obtained. Data collection is done through observations, interviews and documentation analysis techniques. The results of this study indicate that the communities affected by YIA development at the relocation site in Palihan Village had changes in behavior patterns and social interaction. The implementation of relocation did not apply the principles of relocation that was coined by the Ministry of Public Works. The relocation led to the dissolution of groups and organizations in pedukuhan level, the vacuum of routine community activities and reduced productive activities of the community due to the narrow yard of the house or even none at all. Meanwhile land conversion has led to loss of farmers' livelihoods. Adaptation that done by the community is running back the routine activities of the community after their conditions is stable, interact with people who were contra airport, utilizing the resources they have, that are compensation funds for survival and a little part of the community used them for job transfers. Meanwhile, adaptation to the condition of the residential environment could be seen from some of the affected communities in the relocation site utilized the remaining land in their plots for farming even though it was only simple.
Kata Kunci : alih fungsi lahan,relokasi,perubahan sosial,adaptasi