Laporkan Masalah

PERGULATAN BATIN MENJADI PEREMPUAN MAPALA: STUDI KASUS ORGANISASI PENCINTA ALAM KAPALASASTRA UGM

Majesti Amina, Dr. Suzie Handayani, M.A.

2020 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYA

Mapala adalah kegiatan yang diidentikkan dengan sifat maskulin. Perempuan yang diasosiasikan feminin terjebak dalam pengkotak-kotakan gender ketika perempuan memilih melakukan kegiatan yang dianggap maskulin. Karena hal itu perempuan Mapala menghadapi berbagai stereotip, baik itu positif maupun negatif, dari lingkungan pertemanan Mapala, non-Mapala dan bahkan lingkungan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam beragam pergulatan batin perempuan Mapala dalam menghadapi dan bertindak atas stereotip yang ditujukan kepadanya sebagai perempuan yang tergabung dalam organisasi Mapala. Penelitian ini menerapkan metode penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam kepada 4 informan terpilih, observasi langsung kegiatan lapangan dan non-lapangan KAPALASASTRA UGM, dan kajian pustaka. Hasil penelitian mengungkap beberapa isu utama yang berakar pada permasalahan: 1) Sosialisasi gender yang masih terkotak-kotak; 2) Pemahaman kesetaraan gender yang keliru; 3) Stereotip pemberdayaan yang menindas; 4) Persepsi 'cantik ideal' yang membutakan. Perlakuan yang sama tidak menjamin terwujudnya kesejahteraan yang sama bagi setiap individu. Kesetaraan gender dapat terwujud jika adanya kesamaan kesempatan. Perempuan Mapala terjebak pada stereotip-stereotip, sementara setiap individu memiliki kecenderungan minat yang berbeda. Perempuan dituntut berdaya sedemikian rupa namun merasa tertindas. Beberapa dapat membuat pilihannya sendiri, namun beberapa masih bergelut mencari keadilan.

Mapala (known similar with student mountaineering club) is an activity that is identified with masculine traits. Women who are associated with feminine are trapped in a gender compartmentalization whenever they choose to do activities that are considered categorized as masculine. Because of this, Mapala's women face various stereotypes, both positive and negative, that can be from colleague in the Mapala's social environment, friends who are not in Mapala, and even in family's environment. This research aims to dig deeper into the various inner struggles of Mapala's women in facing and acting on the stereotypes addressed to them as women who are members of the Mapala organization. This study applies qualitative research methods by conducting in-depth interviews with 4 selected informants, direct observation of KAPALASASTRA UGM's outdoor and non-outdoor activities, and literature review. The results of the study revealed several main issues rooted in the problem of: 1) Gender socialization that is still compartmented; 2) Incorrect understanding of gender equality; 3) Oppressive empowerment stereotypes; 4) 'Ideal beauty' perception which is blinding. The same treatment does not guarantee the realization of the same welfare for each individual. Gender equality can be realized if there are equal opportunities. Mapala's women are trapped in stereotypes, while each individual has a tendency for different interests. Women are required to be empowered in such a way but feel oppressed. Some can make their own choices, but some are still struggling to find justice.

Kata Kunci : Mapala, Gender, Perempuan Mapala

  1. S1-2020-378458-abstract.pdf  
  2. S1-2020-378458-bibliography.pdf  
  3. S1-2020-378458-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2020-378458-title.pdf