Laporkan Masalah

Ontologi Harmoni Dalam Pathet Pergelaran Wayang Klasik: Relevansinya Bagi Dasar Kerangka Pemikiran Penguatan Kohesivitas Sosial Di Indonesia

RENO WIKANDARU, Prof. Dr. Lasiyo, M.A., M.M; Prof. Dr. Suminto A. Sayuti

2019 | Disertasi | DOKTOR FILSAFAT

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pemahaman tentang harmoni di masyarakat. Persoalan harmoni menarik untuk dikaji karena memiliki kaitan dengan persoalan norma ontologis transendental dalam kajian ontologi. Peneliti di dalam menganalisis ontologi harmoni tersebut menjadikan pathet pergelaran wayang sebagai objek material karena pathet berperan penting di dalam pergelaran wayang sebagai norma transendental yang mengatasi segala unsur di dalam pelaksanaan pergelaran wayang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan dan menguraikan pengertian dan makna pathet dalam pergelaran wayang; menemukan dan menganalisis secara kritis ontologi harmoni dalam pathet pergelaran wayang; serta menemukan dan menguraikan relevansi ontologi harmoni dalam pathet pergelaran wayang bagi dasar kerangka pemikiran penguatan kohesivitas sosial di Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian pustaka. Objek material di dalam penelitian ini adalah pathet pergelaran wayang yang dianalisis dari sudut pandang ontologi sebagai objek formal. Unsur metodis pengkajian yang digunakan adalah interpretasi, induksi dan deduksi, koherensi intern, holistika, kesinambungan historis, idealisasi, komparasi, heuristika, bahasa inklusif atau analogal, dan deskripsi. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1). Pathet memiliki kedudukan penting di dalam pelaksanaan pergelaran wayang. Pathet adalah pembabakan di dalam pertunjukan wayang yang dapat dilihat dari pembagian struktur pergelaran wayang menjadi tiga bagian: pathet nem, pathet sanga, dan pathet manyura. Pathet memiliki beberapa fungsi dan makna, yaitu pathet merupakan representasi tatanan atau struktur pertunjukan wayang; pathet adalah acuan ruang bunyi di dalam karawitan pakeliran; pathet adalah pembangun suasana atau atmosfer pertunjukan wayang; dan pathet adalah pedoman dalang di dalam membangun estetika pertunjukan wayang. Pathet di samping memiliki fungsi juga memiliki makna filosofis. Pertama, pathet sebagai manifestasi estetika di dalam pertunjukan wayang. Kedua, pathet sebagai simbolisasi tahap-tahap di dalam kehidupan manusia. Ketiga, pathet sebagai representasi siklus kosmik. Penyelidikan tentang pathet dari perspektif ontologi menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut. Pathet adalah representasi dari konsep harmoni di dalam pertunjukan wayang, dan rasa adalah prinsip pertama harmoni di dalam pathet pergelaran wayang. Rasa berdimensi spiritual sehingga ontologi harmoni bercorak spiritualistik. Dinamika harmoni bergerak dengan hukum empan papan, menuju pada tujuan akhir dari realitas, yaitu kesempurnaan hidup. Ontologi harmoni dalam pathet pergelaran wayang menunjukkan pemikiran monistik-spiritualistik. Kajian tentang ontologi harmoni di dalam pathet pergelaran wayang ini relevan bagi dasar kerangka pemikiran penguatan kohesivitas sosial di Indonesia. Ditempatkannya rasa pada posisi yang utama di dalam relasi sosial adalah hal yang relevan dan kontributif di dalam membangun atau memperkuat kohesivitas sosial di antara masyarakat Indonesia yang majemuk.

This research is based on an understanding of harmony in society. The issue of harmony is interesting because it is related with the issue of transcendental ontological norms in ontology. The analyzing of the ontology of harmony was conducted by placing the wayang performance's pathet as material objects because pathet plays an important role in wayang performances as transcendental norms that overcome all the elements in the wayang performance. The purpose of this study is to find and describe the understanding and meaning of pathet in wayang performances; finding and critically analyzing the ontology of harmony in wayang performance's pathet; and elaborate on the relevance of the ontology of harmony in the wayang performance's pathet for the basic framework for strengthening social cohesiveness in Indonesia. This research is a library research. The material object in this study is the pathet in wayang performance, while the formal object is ontology. The methodical elements used in this study were interpretation, induction and deduction, internal coherence, holism, historical continuity, idealization, comparison, heuristics, inclusive or analogous language, and description. The results of this study are as follows: 1). Pathet has an important position in the implementation of wayang performances. Pathet in wayang performances is devided into three parts which can be seen from the structure of wayang performances: pathet nem, pathet sanga, and pathet manyura. Pathet has several functions and meanings, i.e. pathet is a representation of the structure of wayang performances; Pathet is a reference to the sound space in musical instruments called gamelan; Pathet is the atmosphere builder or atmosphere of wayang shows; and pathet is a puppeteer's or dalang's guide to build the aesthetics of wayang performance. Pathet in addition to has a function also has a philosophical meaning. First, pathet is an aesthetic manifestation in wayang perfomance. Second, pathet is a symbol of the stages in human life. Third, pathet is a representation of the cosmic cycle. The inquiry of pathet from the perspective of ontology yields the following conclusions. Pathet is a representation of the concept of harmony in the wayang performance, and rasa is the first principle of harmony in the wayang performance's pathet. Rasa has a spiritual dimension so that the ontology of harmony is spiritually patterned. The dynamics of the harmony moves with the law of empan papan, towards the ultimate goal of reality, namely the perfection of life. Ontology of harmony in the wayang performance shows a monistic-spiritualistic thinking. The study of the ontology of harmony in wayang performance's pathet is relevant to the basic framework for strengthening social cohesiveness in Indonesia. Placing rasa in a primary position in social relations is relevant and contributory in building or strengthening social cohesiveness among the diverse of Indonesian society.

Kata Kunci : wayang, pathet, ontology, harmony, rasa, social cohesiveness

  1. S3-2019-405231-Abstract.pdf  
  2. S3-2019-405231-Bibliography.pdf  
  3. S3-2019-405231-Tableofcontent.pdf  
  4. S3-2019-405231-Title.pdf