Laporkan Masalah

KONSEP KEPEMIMPINAN KEYAE PESANTREN ANNUQAYAH GULUK-GULUK MADURA DALAM PERSPEKTIF ANALISIS WACANA MICHEL FOUCAULT

SALAMET, Dr. Arqom Kuswanjono; Dr. Ridwan Ahmad Sukri

2019 | Disertasi | DOKTOR FILSAFAT

Disertasi ini merupakan kajian filosofis yang berupaya untuk menemukan dan mengungkapkan konsep kepemimpinan keyae pesantren di Madura dengan mengambil studi di Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep. Penelitian ini menganalisis secara kritis kepemimpinan keyae Pesantren Annuqayah di Madura dalam perspektif analisis wacana Michel Foucault, sebagai upaya untuk memberikan kontribusi positif bagi penguatan keislaman masyarakat Madura dan keagamaan di Indonesia secara umum. Diskursus kepemimpinan keyae pesantren di Madura didukung oleh kultur masyarakat yang bersifat feodalistik, sehingga keyae menduduki kelas sosial tertinggi dan menjadi sumber utama keislaman serta standar moralitas masyarakat Madura. Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan, memahami, mengungkap konsep kepemimpinan keyae Pesantren Annuqayah di Madura secara filsafati, yaitu kondisi-kondisi yang mendasari lahirnya diskursus kepemimpinan keyae, bentuk dan operasional, diskontinu dan relasional, arkeologis dan geneologi kepemimpinan keyae pesantren di Madura yang bergerak dalam mekanisme sosial, dan kontribusinya terhadap keislaman masayrakat Madura. Kajian konsep kepemimpinan keyae Pesantren Annuqayah di Madura sebagai objek material dari disertasi ini dilakukan dalam perspektif analisis wacana Michel Foucault. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dokumentasi, observasi, dan wawancara mendalam. Sumber dari penelitian ini adalah keyae Pesantren Annuqayah, para alumni Pesantren Annuqayah, tokoh dan masyarakat. Metode pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan reduksi data, klasifikasi data, dan display data. Analisis data dilakukan dengan metode interpretasi, historis, verstehen dan heuristik. Berdasarkan hasil penelitian disertasi ini, konsep kepemimpinan keyae yang berlaku di Pesantren Annuqayah Madura adalah kepemimpinan yang didasari oleh otoritas tradisional yang ketokohan dan pengakuan masyarakat diwariskan berdasarkan silsilah keluarga (genetis), otoritas rasional (tingkat intelektualitas keagamaan), serta otoritas moral yang ditunjukkan oleh perilaku keseharian, meskipun tetap saja harus melalui serangkaian imtihan sosial dan intelektual (social and intellectual test). Hakikat kepemimpinan keyae Pesantren Annuqayah di Madura dalam alur analisis wacana Michel Foucault adalah kepemimpinan otoritatif yang dihasilkan dari suatu proses kompleks, yaitu dari formasi diskursif keyae, pernyataan dan rezim kebenaran keyae, episteme dan arsip keyae, relasi kuasa dan produksi keyae, sehingga menimbulkan legitimasi tersendiri sebagai pihak yang memiliki otoritas untuk menyampaikan pernyataan-pernyataan di masyarakat. Kontribusi kepemimpinan keyae Pesantren terhadap keislaman masyarakat Madura, di antaranya; 1) keyae sebagai pemimpin agama yang diyakini memiliki kemampuan dan otoritas untuk menafsirkan teks-teks keagamaan di masyarakat. 2) Keyae dipandang sebagai standar kesalehan yang menjadi ukuran kebaikan seseorang secara personal dan sosial. 3) keyae dijadikan rujukan untuk segenap persoalan hidup. 4) keyae dipandang sebagai standar kebenaran untuk diskursusdiskursus keagamaan dan bahkan dalam bidang lainnya, karena keyae dianggap sebagai orang yang memiliki akses langsung untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dari Tuhan. 5) Keyae dipandang sebagai sumber berkah, masyarakat percaya bahwa sikap tunduk dan patuh pada keyae bisa memberikan keberkahan. 6) keyae memiliki peran signifikan dalam merawat keislaman masyarakat, mengarahkan mereka untuk tetap berada pada koridor interpretasi yang dianggap benar dan selaras dengan ajaran-ajaran agama.

This dissertation is a philosophical study to uncover the leadership of keyae (a religious leader) in pesantren (traditional islamic boarding school) in Madura, especially in Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep as a case study. This study critically analyzes the leadership of the keyae by using discourse analysis of Michel Foucault's perperctive, as an effort to make a positive contribution to strengthen Islamicity of Maduranese and religiousity of Indonesian in general. The leadership discourse of the keyae in Madura is supported by cultures of Maduranese that are feudalistic so that the Keyae has the highest social class and becomes the main source of Islamicity and moral standards for the Maduranese community. This study aims to discover, understand, and uncover the leadership of the keyae philosophically: basic factors, forms and operations, discontinuities and relations, and archeology and genealogy of the leadership of the keyae who has roles in social mechanism and contributes to development of Islam in Madura. Studying the leadership of the keyae as a material object of this research was conducted based on the Foucault's discourse analysis. The data in this study were collected by documentation, observation and in-depth interview. Its data sources were the keyae of Pesantren Annuqayah, its alumni and some social figures. The data in this study were processed by reducing, classifying and displaying the data. Next, the data were analyzed by historic and heuristic interpretation method. Philosophically this study is also provided by ontological, epistemological and axiological study to the leadership of the keyae in Madura. The leadership the keyae is an authoritative leadership based on traditional authority whose figure and community recognition are inherited based on family tree (genetic), rational authority (religious intellectual levels) and moral authority in daily activity, although the keyae should experience social and intellectual test. The leadership according to the discourse analysis is a result of a complex process: discursive formations of the keyae, statements and truth regimes of the keyae, episteme and archives of the keyae, power relations and productions of the keyae, that make the keyae have legitimation as a person who has authority to deliver some statements to a society. The keyae has authority to deliver a truth that should be accepted by the society. Contributions of the keyae to the development of Islam in Madura are that: (1) the keyae is a religious leader believed to be able to interpret religious texts for the society; (2) the keyae is viewed as a standard of religious piety either personally or socially; (3) the keyae is referred to solve problems of life; (4) the keyae is considered as a truth standard either in religious issues or others because the keyae is seen as a person who has access to get knowledge from God.; (5) the keyae is believed as source of blessings; and (6) the keyae has significant roles to maintain Islam in the society and to guide the society for appropriate interpretations in line with Islamic teachings.

Kata Kunci : Kepemimpinan, Keyae, Analisis Wacana, Otoritas, Leadership, Discourse Analysis, Authority

  1. S3-2019-389792-Abstract.pdf  
  2. S3-2019-389792-Bibliography.pdf  
  3. S3-2019-389792-Tableofcontent.pdf  
  4. S3-2019-389792-Title.pdf