Laporkan Masalah

STRATEGI PENGHIDUPAN PEMUKIM DI KAWASAN PERMUKIMAN LIAR (SQUATTER) KOTA BANJARMASIN

ARIF RAHMAN NUGROHO, Prof. Dr. Su Ritohardoyo, MA.

2019 | Disertasi | DOKTOR ILMU GEOGRAFI

Dampak permukiman liar (squatter) terhadap wilayah perkotaan merupakan hal yang perlu diteliti untuk menentukan kebijakan penanganan dan penataanya. Tujuan penelitian di kawasan permukiman liar (squatter) ini adalah 1). menganalisis penghidupan pemukim; 2). memahami faktor yang mempengaruhi pertimbangan utama penghuni untuk memutuskan tetap bermukim; 3). mengkaji strategi penghidupan pemukim. Metode penelitian yang digunakan metode survey. Unit analisis adalah rumah tangga pemukim. Jenis data yang dipergunakan data primer dan sekunder, data primer diperoleh melalui distribusi responden sebanyak 190 sampel dari 19.604 populasi. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling (sampel bertujuan atau sengaja). Alasan penggunaan teknik sampling ini, antara lain mengarahkan agar sampel benar - benar mewakili populasi yang diteliti, hal - hal yang dicari dapat dipilih, sehingga mudah dipahami maknanya dan sampel yang dipilih cukup representatif karena secara cermat mengambil orang atau obyek penelitian secara selektif dan mempunyai ciri - ciri yang spesifik dari populasi penelitian. Analisis yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dan kualitatif terhadap data - data hasil pengamatan, hasil kuesioner, dan wawancara mendalam. Kontribusi teori adalah menginvestigasi perilaku sosial - ekonomi pemukim sesuai dengan teori penghidupan, teori strategi penghidupan, teori mobilitas tempat tinggal, dan teori preferensi bermukim. Selain teori, secara praktis penelitian ini untuk penanganan dan penataan permukiman liar (squatter). Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini bagi pemerintah, untuk menentukan kebijakan yang dapat mendukung penanganan dan penataan permukiman liar (squatter) berbasis masyarakat dengan pengalokasian anggaran yang dimiliki secara efektif dan efisien Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat variasi perbedaan penguasaan aset (livelihood resources) oleh rumah tangga pemukim pada setiap bagian sub DAS Sungai Martapura Kota Banjarmasin yang tergantung dari nilai setiap modal (modal manusia, modal alam, modal sosial, modal finansial, dan modal fisik) yang dimiliki rumah tangga pemukim. Nilai aset penghidupan yang paling tinggi (nilai total modal 22,16) di temukan pada kawasan permukiman liar (squatter) bagian hulu Sungai Martapura Kota Banjarmasin, permukiman yang terletak di tepian sungai sedangkan yang paling rendah (nilai total modal 15,31) terdapat pada kawasan permukiman liar (squatter) bagian tengah sungai Martapura Kota Banjarmasin, permukiman yang terletak di atas daratan. Modal alam (natural capital) memiliki nilai paling rendah (nilai sebesar 0,00) sedangkan modal sosial (social capital) paling tinggi (nilai sebesar 8,00); Pertimbangan utama penghuni untuk tetap bermukim di kawasan permukiman liar (squatter), dipengaruhi oleh faktor aksesbilitas, fasilitas, lingkungan sosial-budaya. Lingkungan sosial-budaya mempunyai pengaruh yang paling kuat (sangat signifikan) dikarenakan adanya rasa lebih puas, aman, nyaman, dan terjamin yang dirasakan penghuni apabila bisa hidup dekat dengan kerabat, saudara, dan orang tua (ayah atau ibu) walau dengan segala keterbatasan - keterbatasan yang ada. Strategi penghidupan yang paling banyak dilakukan pemukim adalah strategi survival (0,724 atau 72,4 %), disusul strategi konsolidasi (0,139 atau 13,9 %) dan terakhir strategi akumulasi (0,137 atau 13,7 %). Strategi survival yang dilakukan rumah tangga pemukim di tipologi kawasan permukiman liar (squatter) ditekankan pertama pada kegiatan menambah pemasukan rumah tangga dengan cara pola nafkah ganda dan melibatkan banyak anggota rumah tangga untuk ikut bekerja, selanjutnya tindakan yang sifatnya membatasi dengan cara mengurangi jenis (kualitas dan kuantitas) makanan dan membeli barang - barang murah, terakhir bergantung pada jaringan sosial dengan jalan mengutang di warung kelontong dan meminta bantuan tetangga.

The impact of squatter settlements on urban areas is something that needs to be investigated to determine management and management policies. The purpose of this research in the squatter area is 1). analyze settler livelihoods; 2). understand the factors that influence the main consideration of residents to decide to remain in residence; 3). study settler livelihood strategies. The research method used survey method. The unit of analysis is the settler household. Types of data used primary and secondary data, primary data obtained through the distribution of respondents as many as 190 samples from 19,604 populations. Sampling uses purposive sampling (purposive or intentional sampling). The reasons for using this sampling technique include directing that the sample truly represents the population under study, the things sought can be chosen, so that its meaning is easily understood and the sample chosen is quite representative because it carefully picks people or research objects selectively and has characteristics - specific characteristics of the study population. The analysis used is descriptive quantitative and qualitative data observations, questionnaire results, and in-depth interviews. The contribution of the theory is to investigate the socio-economic behavior of settlers in accordance with the theory of livelihoods, the theory of livelihood strategies, the theory of mobility of residence, and the theory of settler preferences. In addition to theory, this research is practically for handling and structuring squatter settlements. The benefits that can be obtained from this research for the government, to determine policies that can support the handling and structuring of community-based squatter by allocating the budget that is owned effectively and efficiently. The results showed that there were variations in the ownership of assets (livelihood resources) by settler households in each sub-watershed of the Sungai Martapura sub-watershed of the City of Banjarmasin, which depends on the value of each capital (human capital, natural capital, social capital, financial capital, and physical capital) that owned by settler households. The highest value of livelihood assets (total capital value 22.16) is found in the squatter area upstream of the Martapura River in Banjarmasin City, settlements located on the banks of the river while the lowest (total capital value of 15.31) is found in squatter area in the middle of the Martapura river, Banjarmasin City, a settlement located on land. Natural capital has the lowest value (value of 0.00) while social capital has the highest value (value of 8.00); The main consideration of residents to remain in squatter areas is influenced by accessibility, facilities, socio-cultural environment. The socio-cultural environment has the strongest influence (very significant) due to a sense of more satisfaction, security, comfort, and security that is felt by residents if they can live close to relatives, siblings, and parents (father or mother) despite all the limitations - existing limitations. The most common livelihood strategy for settlers is the survival strategy (0.724 or 72.4%), followed by the consolidation strategy (0.139 or 13.9%) and finally the accumulation strategy (0.137 or 13.7%). The survival strategy adopted by settler households in the typology of squatter areas is first emphasized on the activity of increasing household income by means of a double income pattern and involving many household members to work, then the restrictive measures by reducing type (quality and quantity) food and buy cheap goods, finally relying on social networks by way of borrowing at a grocery shop and asking for help from neighbors.

Kata Kunci : kawasan permukiman liar (squatter), penghidupan, strategi penghidupan

  1. S3-2019-374976-abstract.pdf  
  2. S3-2019-374976-bibliography.pdf  
  3. S3-2019-374976-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2019-374976-title.pdf