Perempuan Bugis Makassar dalam Film Uang Panai' Maha(r)l: Analisis Wacana Kritis Sara Mills
CITRA BUANA HALIL, Dr. Wiwik Sushartami, M.A.
2019 | Tesis | MAGISTER KAJIAN BUDAYA DAN MEDIAPerempuan Bugis Makassar dituntut mallebi' (anggun) serta harus mangkalinga ada to matoa (patuh kepada orangt tua) demi menjaga siri' (harga diri) keluarganya. Dalam budaya pernikahan Bugis Makassar, seolah-olah menjadikan perempuan sebagai objek yang di beli dengan jumlah uang panai' atau ditukar dengan benda-benda bergerak dan tidak bergerak yang memiliki nilai prestis. Objek kajian penelitian ini adalah sebuah film yang berjudul Uang Panai' Maha(r)l yang mengangkat tema budaya lokal yakni tradisi pernikahan suku Bugis Makassar untuk melihat bagaimana posisi perempuan Bugis Makassar ditampilkan dalam film tersebut. Penelitian ini merupakan analisis film yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis wacana kritis Sara Mills. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui dan menjelaskan secara elaboratif dan analitis tentang bagaimana posisi perempuan Bugis Makassar dalam film dalam konteks budaya pernikahan Bugis Makassar. Peran dan posisi perempuan (subjek-objek) dapat di identifikasi setelah dilakukan analisis. Pertama, analisis tingkat teks berupa kata/kalimat pada teks (dialog film). Kedua, analisis tingkat wacana yang terdiri dari: karakter/peran, fragmentasi, fokalisasi, dan skemata. Ada beberapa scene dalam film yang menujukkan spesifikasi posisi perempuan Bugis Makassar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa film yang bertemakan budaya ini dimunculkan agar dapat mengubah citra perempuan yang mencoba keluar dari stereotip negatif (diam dan pasif) yang selama ini membelenggu dirinya. Perempuan Bugis Makassar (Risna) ditampilkan dalam film Uang Panai Maha(r)l sebagai sosok yang pemberani dan berinisiatif tinggi (subjek) dalam mengambil keputusan sekaligus dijadikan sebagai sosok yang tidak berdaya (objek) karena adanya kungkungan adat-istiadat yang masih berlaku.
Women of Makassar Bugis are demanded to be graceful (mallebi') and obedient to their parents (mangkalinga to' matoa') to maintain their family's nobility (siri'). In Bugis Makassar's wedding culture, women though as objects which can be bought by a large sum of money or exchanged with tangible objects that have prestige value. The object of this research study is a film entitled Uang Panai' Maha(r)l which raises the theme of local culture, namely the tradition of Bugis Makassar tribal marriage to see how the position of Bugis Makassar's women is featured in the film. This research is a film analysis that used a qualitative approach with Sara Mills critical discourse analysis method. This research aimed to explain elaboratively and analytically on how the position of Bugis Makassar women in the context of Bugis Makassar marriage culture. The role and position of women (subject-object) can be identified after analysis. First, analysis of text-level in the form of words/sentences in the text (film dialogue). Second, analysis of discourse-level consisting of character/role, fragmentation, focalization, and schemata. There are several scenes in the film that showed the specifications of the position of Bugis Makassar women. The results of this study indicate that film was raised cultural themed, so that, it could change the women's image who tried to get out of negative stereotypes (silent and passive) that had been shackling themselves. The Bugis Makassar woman (Risna) is shown in the film Uang Panai' Maha(r)l as a brave figure and high initiative (subject) in making decisions as well as being used as a powerless figure (object) because of the prevailing customs.
Kata Kunci : Bugis Makassar Women, Subjects-Object, Film Uang Panai' Maha(r)l, Critical Discourse Analysis, Feminist Stylistic, Sara Mills