Laporkan Masalah

Makna Menjadi "Orang Patut" dalam Budaya Melayu Riau: Perspektif Filsafat Manusia dan Relevansinya bagi Pembinaan Jati Diri Bangsa

IRWANDRA, Dr. Misnal Munir + Dr. Heri Santoso

2019 | Disertasi | DOKTOR FILSAFAT

Penelitian ini bertujuan untuk menelaah dan merumuskan secara konseptual-filosofis tentang hakikat manusia, serta menemukan dan menjelaskan makna mejadi "Orang Patut" dalam ranah budaya Melayu Riau dengan menggunakan sudut pandang filsafat manusia sebagai kerangka penelitian. Jawaban yang diperoleh dari tujuan ini diharapkan akan memberikan arah dan orientasi bagi pembinaan dan penguatan karakter, utamanya di lingkungan masyarakat Melayu Riau dan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Metode yang digunakan kualitatif di bidang filsafat, yang dalam hal ini filsafat manusia dijadikan sebagai objek formal dan budaya Melayu Riau sebagai objek material. Penelitian ini bertumpu pada kajian dan analisis kepustakaan sebagai bahan atau sumber data. Hermeneutik filosofis Gadamer digunakan sebagai cara dalam mencari, mengurai dan menemukan hakikat manusia dan makna menjadi "Orang Patut" dalam khazanah budaya Melayu Riau dengan ditopang oleh unsur metodis berupa interpretasi, holistika, heuristika, dan idealisasi. Penelusuran dan pendalaman terhadap berbagai sumber atau bahan data ditemukan bahwa (1) konsep dan hakikat manusia dalam khazanah budaya Melayu merupakan perhimpunan jiwa dan tubuh yang terekam dalam momen yang disebut dengan Semangat Melayu, suatu semangat untuk harmoni. Fenomena ini dalam realitasnya dipengaruhi secara maksimum-minimum oleh dua peradaban (kepercayaan lama dan keyakinan baru, yaitu agama Islam) yang berkelindan dan meresapi kehidupan masyarakat Melayu, dan menghadirkan pemuncakan budaya yang disebut dengan fresh culture. Kondisi yang demikian, melahirkan suatu locus pengetahuan yang didasarkan pada hati-budi sebagai media dalam segenap dinamika dan memperhubungkan antar dan lintas entitas dalam jalinan jaringan kesemestaan. Hati mempertautkan dan budi menjernihkan, sehingga (2) konsep manusia Melayu berada dalam arus "tengahan" dalam mencerap dan memaknai kehidupan. Arus "tengahan" merupakan suatu pandangan dan kondisi yang menempatkan insan-cita Melayu sebagai orang yang duduk bersifat tegak menyifat, suatu kondisi kesadaran kosmis yang berorientasi pada keseimbangan yang menyelaraskan kehidupan dalam jalinan jaringan kesemestaan. Kondisi inilah yang disebut dengan makna menjadi "Orang Patut" dalam terang hati-budi Melayu. (3) Pemahaman terhadap makna menjadi "Orang Patut" secara konseptual memiliki relevansi dan memberikan kontribusi positif-konstruktif bagi pembinaan jati diri, dan sekaligus pula melengkapkan jati bangsa yang pada dasarnya memang dirakit dalam situasi ke-bhineka-an budaya bangsa. Kata Kunci : "Orang Patut," Filsafat Manusia, Jati Diri, Fresh Culture, Semangat Melayu.

This research is aimed at conceptually and philosophically studying and formulating the nature of human as well as finding and explaining the meaning of becoming "Orang Patut" in Riau Malay culture by utilizing the perspective of philosophy of man as the study framework. The answer of the study is supposed to give a direction and orientation to build and enhance the character, particularly in Malay Riau community in nation life as well. The method used by the research is qualitative philosophy by which the Malay culture is placed as the material object and human philosophy as formal object. This research focuses on the library study and analysis of data resources. Gadamer hermeneutics philosophy is employed as a way of searching, exploring and finding human nature and the meaning of becoming "Orang Patut" in Malay culture treasure by using interpretation, holistics, heuristics, and idealization as element of methods. The exploration and examination of various resources and data finds out that (1) the concept and nature of human in Malay culture treasure is a collection of soul and body recorded in one condition called herein as Semangat Melayu moment, a spirit of harmony. It is maximally-minimally influenced by two civilizations (old and new beliefs, i.e. Islam) which intertwines and nuances Malay people life and in turn accumulates something called fresh culture. This condition generates a locus of knowledge based on hati-budi connecting inter-entity and intra-entity in universe. Hati is connecting and budi is clarifying, so that (2) the concept of Malay human is on "tengahan" stream in understanding and sensing life. The "tengahan" is a notion and condition that place Malays as duduk bersifat tegak menyifat, a cosmic awareness oriented to a balance of life harmony in universe network. This condition is called becoming "Orang Patut" in clear Malay hati-budi. (3) The understanding of becoming "Orang Patut" conceptually has relevance and contributes positively-constructively to identity building as well as to complete national identity which is assembled in nations unity-in-diversity. Keywords: "Orang Patut," Philosophy of Man, Self-Identity, Fresh Culture, Semangat Melayu

Kata Kunci : "Orang Patut," Filsafat Manusia, Jati Diri, Fresh Culture, Semangat Melayu.

  1. S3-2019-356831-Abstract.pdf  
  2. S3-2019-356831-bibliography.pdf  
  3. S3-2019-356831-Tableofcontents.pdf  
  4. S3-2019-356831-title.pdf