Laporkan Masalah

DINAMIKA KARAKTERISTIK TINGKAT KEKOTAAN DI WILAYAH METROPOLITAN SOLO RAYA TAHUN 1990-2015

RITA NOVIANI, Dr. Lutfi Muta'ali, M.T.

2019 | Disertasi | DOKTOR ILMU GEOGRAFI

Metropolitan Solo Raya merupakan salah satu metropolitan terbesar di Jawa Tengah. Solo Raya sebagai pusat pemerintahan nasional, pusat bisnis, perdagangan dan jasa, pusat pendidikan dan kebudayaan dan pusat pariwisata menjadi salah satu faktor penarik yang menyebabkan penduduk memiliki minat yang relatif tinggi untuk bertempat tinggal di wilayah metropolitan tersebut. Tujuan penelitian: (1) menjelaskan karakteristik, pola, dan proses perkembangan tingkat kekotaan di wilayah metropolitan Solo Raya, (2). menjelaskan faktorfaktor yang menentukan dinamika tingkat kekotaan di wilayah metropolitan Solo Raya, (3). menyusun prioritas pengembangan wilayah metropolitan Solo Raya. Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif, dengan menggunakan data Potensi Desa (PODES) Tahun 1990-2015, dengan unit analisis adalah desa yang berjumlah 1.565 desa serta didukung oleh responden kunci berjumlah 25 orang yang ditentukan secara purposive sampling. Indikator penelitian meliputi: jumlah penduduk, kepadatan penduduk, pertumbuhan penduduk, lahan terbangun, penduduk nonpertanian, fasilitas sosial ekonomi dan indeks sentralitas. Teknik analisis yang digunakan adalah tabulasi silang, analisis faktor, Analisis Hierarki Proses (AHP), dan analisis spasial. Hasil penelitian menunjukkan perubahan tingkat kekotaan di wilayah metropolitan Solo Raya. Tipe desa mula mengalami tren menurun yakni 59% pada tahun 1990 dan 40% pada tahun 2015, dan mengalami peningkatan pada tipe desa pada tahun 1990 (35%) dan tahun 2015 (47%), tipe calon kota pada tahun 1990 (4,4%) dan tahun 2015 (9,8%), tipe kota pada tahun 1990 (1,3%) dan pada tahun 2015 (1,8%), dan tipe kota lanjut pada tahun 1990 (0,2%) menjadi 1% pada tahun 2015. Pola keruangan Solo Raya secara umum terbentuk secara acak yang mengarah kepada bentuk koridor, sekitar Kota Surakarta dan dekat dengan kegiatan ekonomi atau pusat pertumbuhan. Proses perkembangan tingkat kekotaan ke arah timur, barat dan utara lebih lambat dibanding kearah selatan Kabupaten Sukoharjo dan Klaten, yang dipengaruhi oleh jarak pusat perkotaan, kondisi lanskap yang datar, adanya jaringan jalan provinsi (Kabupaten KlatenKota Yogyakarta). Faktor penentu perkembangan tingkat kekotaan dengan faktor pembentuk faktor utama yakni penduduk (94,59%). Prioritas pengembangan wilayah yakni sebagai kota perdagangan (29,4%), kota pariwisata dan budaya (21,9%), kota jasa (18,6%), kota industri (17,3%), dan pertanian (12,8%). Penelitian ini memberikan implikasi secara teoritis dan mendukung penelitian sebelumnya bahwa kawasan Solo Raya terbentuk oleh adanya hubungan fungsional antar wilayah (integrasi spasial), konektivitas transportasi, kedekatan geografis sebagai tahap awal perkembangan metropolitan yang dibentuk oleh faktor penduduk dan pola yang cenderung melebar dan tidak memusat. Prioritas pengembangan wilayah akan berdampak positif yakni terciptanya perekonomian wilayah (growth, equity dan welfare). Implikasi praktis sebagai masukan penting kepada pemerintah daerah dan khususnya BKAD sebagai badan yang mengkoordinasi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan antara kota dan kabupaten di Solo Raya untuk dapat meningkatkan pengelolaan wilayah perkotaan di daerah periphery Kota Surakarta dalam mengatasi masalah perkotaan lintas batas administrasi.

Greater Solo is one of the biggest metropolitans are in Central Java. It is the center of governance, commerce and trade as well as education and cultural hub which become the main factor to attract the interest of people to live there. The aim of this research: (1) describing the characteristics, pattern and development process of urban level in the Greater Solo area, (2) describing factors that determine urban level dynamic within the Greater Solo area, (3) organizing priorities in development in the Greater Solo area. This research utilizes descriptive-quantitative approach by using the Village Potential or Potensi Desa (PODES) data spanning from 1995-2015, with units of analysis consisting of 1.565 villages and supported by 25 key respondents which was determined through purposive sampling. Research indicators comprise of; number of inhabitants, population density, population growth, building complex, non-agriculture population, centrality index of socio-economic facilities. The analysis techniques are cross tabulation, factor analysis, analytic hierarchy process, and spatial analysis. The research results in the changing of urban level in the Greater Solo area. Type of new village starts to decrease in terms of trend with 59% in 1990 to 40% in 2015 and it increases in the type of initial village from 35% in 1990 to 47% in 2015, prospective cities in 1990 (4,4%) and in 2015 (9,8%), city in 1990 (1,3%) and in 2015 (1,8%), and advanced city in 1990 (0,2%) becomes 1% in 2015. In general, the spatial pattern of Greater Solo area is arbitrarily established towards a corridor shape, in proximity with Surakarta city and near the economic activities or center of commerce. The development process of urban level in the east, west and north are slower than their southern counterparts in Sukoharjo and Klaten regencies due to proximity with city center, flat landscape condition and provincial highway network (Klaten regency-Yogyakarta city). The determining factor in the development of urban level with the main forming factor is the population (94,59%). The priority of regional development will give a positive impact in manifesting economic areas (growth, equity, and welfare). The practical implication as the most important input for the regional government and BKAD (Inter-village Coordination Agency) as the main agency to coordinate planning, implementation and controlling development between city and regency in Greater Solo area to increase management in the periphery area of Surakarta city when dealing with problems concerning administrative border of inter-city area.

Kata Kunci : Dinamika, Karakteristik tingkat kekotaan, Pola, Proses, AHP

  1. S3-2019-353187-abstract.pdf  
  2. S3-2019-353187-bibliography.pdf  
  3. S3-2019-353187-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2019-353187-title.pdf