Laporkan Masalah

TINGKAT KEJADIAN HIPOFUNGSI OVARIUM DAN DELAYED PUBERTY PADA SAPI POTONG DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

IRFANA DEWI A, Dr. drh. Surya Agus Prihatno, M. P.

2019 | Skripsi | S1 KEDOKTERAN HEWAN

Hipofungsi ovarium merupakan gangguan reproduksi yang menyebabkan terhambatnya fungsi ovarium dan kerugian yang sangat besar pada peternakan. Delayed puberty merupakan keadaan dimana sapi belum mengalami dewasa kelamin (belum pernah estrus) meskipun usianya sudah mencapai > 2 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kejadian hipofungsi ovarium dan delayed puberty yang terjadi di Provinsi Sumatera Selatan sehingga diharapkan dapat dijadikan acuan untuk perbaikan strategi pengembangan usaha di bidang peternakan melalui peningkatan produktivitas sapi potong. Penelitian ini menggunakan 3266 ekor sapi potong betina milik peternak tradisional di beberapa kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan. Pemeriksaan secara fisik dan klinis dilakukan dengan metode palpasi per rektal. Data yang diperoleh mengenai hipofungsi ovarium dan delayed puberty dicatat dan dianalisis secara deskriptif. Hasil pemeriksaan didapatkan bahwa kejadian hipofungsi ovarium terjadi pada 1020 ekor (31,2%) dan delayed puberty terjadi pada 280 ekor (8,6%). Disimpulkan bahwa tingkat kejadian hipofungsi ovarium lebih banyak terjadi daripada kasus delayed puberty di Provinsi Sumatera Selatan.

Ovarian hypofunction is reproductive disorder that are causing inhibition of ovary function and related to massive economic loss in farm. Delayed puberty is condition when cattle have not experienced of puberty (had never been estrused) although the age has been reached more than two years old. The purpose of this study is to know rate incidence of ovarian hypofunction and delayed puberty occurs at Sumatera Selatan Province so that it is expected to be used as a reference for improving the livestock business development strategies through increased productivity of beef cattle. This research uses 3266 female beef cattles owned by traditional breeders in some district at Sumatera Selatan Province. Physical and clinical examinations were conducted using the per-rectal palpation method. The data about ovarian hypofunction and delayed puberty obtained were recorded and analyzed descriptively. The result showed the incidences of ovarian hypofunction occurred in 1020 (31,2%) and delayed puberty occurred in 280 (8,6%). It can be concluded that the rate incidences of ovarian hypofunction more often than delayed puberty cases in Sumatera Selatan Province.

Kata Kunci : hipofungsi ovarium, delayed puberty, Sumatera Selatan

  1. S1-2019-382764-abstract.pdf  
  2. S1-2019-382764-bibliography.pdf  
  3. S1-2019-382764-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2019-382764-title.pdf