PUSAT JAMU SEBAGAI WISATA KHAS SUKOHARJO DENGAN PENDEKATAN EKOLOGIS

SATRIYO JATI PAMUNGKAS, Dr.Eng.Ir. Ahmad Sarwadi, M.Eng.

2019 | Skripsi | S1 ARSITEKTUR

Kota Sukoharjo adalah kota yang sedang berkembang baik dari segi ekonomi maupun pariwisata. Dalam segi ekonomi Sukoharjo telah memiliki suatu kawasan yang berkembang sangat pesat dan bahkan seakan sudah membentuk kota sendiri yang disebut Solo Baru. Dalam segi pariwisata Sukoharjo juga terus mengembangkan potensi salah satunya adalah dinobatkannya Kabupaten Sukoharjo sebagai Kota Jamu pada tahun 2015. Jamu adalah sebutan obat herbal tradisonal dari Indonesia.Alasan penobatan ini karena banyaknya industri Jamu di Sukoharjo dan juga dari lambang Kabupatennya sendiri yang berupa penjual jamu gendong dan petani dengan cangkul. Desa Nguter adalah sentral produksi jamu tradisional dan jamu kemasan di Sukoharjo dimana terdapat juga pasar khusus menjual tentang jamu. Desa Nguter juga dijuluki sebagai kampung jamu di Sukoharjo. Walaupun begitu industri jamu kurang berkembang dan hanya dikenal sebagai kawasan dengan sentral penjual jamu.Potensi wisata dari Kampung Jamu dapat dilihat selain dari produksi jamu juga dilihat dari kawasan yang masih asri dengan view Gunung Gandul dan Sungai Bengawan Solo. Pusat Jamu diharapkan mampu menjadi perintis dari wisata Kampung jamu daan sebagai sentral informasi mengenai jamu di Kabupaten Sukoharjo. Pusat Jamu selain menjadi wisata untuk mengenal jamu-jamu di Sukoharjo namun juga sebagai sentral penelitian dan pengembangan jamu agar tetap terjaga kualitasnya di pasaran dan juga layanan kesehatan masyarakat berbasis jamu tradisional Pusat jamu dengan pendekatan ekologis berarti pusat jamu ini walaupun berfungsi juga sebagai bangunan wisata tetap mampu mempertahankan keasrian lingkungan sekitar Kampung Jamu dan tidak merugikan masyarakat yang tinggal didekanya dengan prinsip-prinsip ekologi seperti pengelolaan air dan pemilihan material. Kata kunci : Pusat Jamu, Kampung Jamu, ekologis

Sukoharjo City is a developing city both in terms of economy and tourism. In terms of economics Sukoharjo already has an area that is developing very rapidly and even as if it has formed its own city called Solo Baru. In terms of tourism, Sukoharjo also continues to develop its potential, one of which is to be named Sukoharjo Regency as Jamu City in 2015. Jamu is a traditional herbal medicine from Indonesia. The reason for this coronation is because of the large number of Jamu industries in Sukoharjo and also from the Regency symbol itself in the form of Jamu sellers and farmers with hoes. Nguter Village is the central production of traditional Jamu in Sukoharjo where there is also a special market only selling Jamu. Nguter Village was also called as a Kampung Jamu (Jamu village) in Sukoharjo. Even so, the herbal medicine industry is less developed and is only known as the area with a central seller of Jamu. Potential tourism from Kampung Jamu can be seen apart from the production of herbs also seen from the area that is still beautiful with views of Mount Gandul and Bengawan Solo River. Pusat Jamu (Jamu Center) is expected to be a pioneer of tourism in the village of herbal medicine as a central information on Jamu in Sukoharjo Regency. The Jamu Center is not only a tourist to get to know Jamu in Sukoharjo, but also as a center for herbal research and development so that its quality is maintained in the market and also traditional medical services based on traditional herbal medicine. Pusat Jamu with an ecological approach means that the center of this herbal medicine even though it functions as a tourist building is still able to maintain the beauty of the environment around Kampung Jamu and does not harm the people living on it with ecological principles such as water management and material selection. Keywords : Pusat Jamu, Kampung Jamu, ecology, Herbs Centre

Kata Kunci : Kata kunci : Pusat Jamu, Kampung Jamu, ekologis