Laporkan Masalah

Narasi Kambing Hitam Terhadap Kelompok LGBTQ pada Film 120 Battements par Minute (2017) Karya Robin Campillo

ROSIDIN ALI SYABANA, Dr. Wening Udasmoro, S.S, M, Hum., DEA

2019 | Skripsi | S1 SASTRA PRANCIS

Gerakan-gerakan politik inklusif untuk kelompok LGBTQ semakin berkembang pesat karena berkembangnya ide-ide dan wacana tentang ruang inklusif kelompok minoritas di ruang-ruang media. Industri film dan televisi Barat mulai memproduksi acara-acara yang memunculkan tokoh-tokoh LGBTQ sebagai usaha-usaha menarasikan kelompok minoritas di ruang publik. Beberapa dari mereka sudah mendapatkan kesuksesan baik dari segi ekonomi dari penjualan film tersebut atau memenangkan penghargaan di berbagai festival film internasional. Namun, narasi tersebut masih problematik dalam menggambarkan tokoh-tokoh LGBTQ. Beberapa dari mereka menggambarkan LGBTQ sebagai tokoh yang rentan dengan penyakit dan memiliki sifat-sifat negatif ketika muncul di ruang publik dan menjadi kambing hitam atas krisis yang ada di dalam masyarakat. Masalah tersebut yang menjadi fokus utama di dalam penelitian ini dengan melihat kasus tersebut di film 120 Battements par Minute (2017) karya Robin Campillo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami politik inklusif Prancis dalam memunculkan kelompok LGBTQ di dalam media film mereka, khususnya di abad ke-21 yang banyak gerakan-gerakan sinema queer. Menggunakan teori kambing hitam oleh René Girard (1986), penelitian ini berpendapat bahwa sistem kekerasan yang ada di dalam masyarakat mengorbankan satu orang atau kelompok sebagai kambing hitam untuk keluar dari sebuah krisis. Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana multimodal untuk membaca data dalam bentuk gambar, musik, percakapan, dan gestur tubuh. Penelitian ini menunjukkan bahwa epidemi HIV/AIDS menjadi krisis utama yang digunakan narasi untuk menjustifikasi posisi kambing hitam LGBTQ karena hubungan mereka dengan stigma dan stereotip tentang penyakit tersebut. Selain itu, karena menjadi kambing hitam mereka mendapatkan hukuman-hukuman dari masyarakat baik hukuman fisik, verbal, maupun sosial.

Political movements to make LGBTQ inclusive in public arena has been rapidly expanding because the growth of discourses and ideas about this issue in medias. Western film and television industry starts to produce shows that includes LGBTQ characters as an attempt to represent minority in public sphere. Some of them already succeed in terms of Box Office number or its recognition in award seasons and international film festivals. However, some of representations are problematically portrayed. Some films portray the LGBTQ character as ill and weak person. Others portray queer people having negative personality traits when they go to the public. Therefore, society blames them as scapegoat for the sin and mistake that they don’t commit for the crisis that affects them. This issue will be the main concern in this paper by analyzing the LGBTQ portrayal in 120 Battements par Minute (2017) by Robin Campillo. The aim of this research is to understand inclusivity for LGBTQ in french medias, especially in 21st century that exists many queer cinema movements. Using scapegoat theory by René Girard (1986), this paper argues that violence running in society sacrifices one subject or community in order to be freed from the crisis. This research uses multimodal discourse analysis to read the data in the form of pictures, musics, dialogs, properties, and gestures. This paper argues that HIV/AIDS plays big role in justifying LGBTQ’s position as scapegoat because their close relation, stigma, and stereotypes around it. Also, because of scapegoat status, LGBTQ people receive physical, verbal, and social punishment from society.

Kata Kunci : HIV/AIDS, kambing hitam, narasi, LGBTQ, sinema queer

  1. S1-2019-384078-abstract.pdf  
  2. S1-2019-384078-bibliography.pdf  
  3. S1-2019-384078-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2019-384078-title.pdf