ANALISA KONSEP KEMAJEMUKAN INDONESIA PASCA REFORMASI DENGAN PERSPEKTIF EPISTEMOLOGI GEORGE SOROS
YAKOBUS FAHIK, Dr. Rizal Mustansyir
2019 | Tesis | MAGISTER FILSAFATABSTRAK Epistemologi Soros adalah salah satu epistemologi yang tepat untuk memahami kemajekuman Indonesia. Falibilitas menyatakan bahwa segala capaian manusia ada kemungkinan salahnya dan refleksivitas menyatakan manusia adalah individu yang terbebani artinya individu yang tidak bisa terlepas dari individu yang lain melainkan terhubung dan bergantung pada yang lain. Untuk itu, tujuan dari penelitian ini adalah menawarkan cara merawat kemajemukan Indonesia dengan membentuk konstruksi berpikir manusia Indonesia. Dalam mencapai tujuan tersebut, metode yang dipakai adalah metode penelitian pemikiran tokoh dengan menitikberatkan pada pendekatan deskripsi-fenomenologis, mencari koherensi internal, melakukan analisa hermeneutika, dan refleksi guna menemukan sebuah heuristika dari pemikiran Soros dalam memahami kemajemukan yang ada dan hidup di Indonesia. Analisa kemajemukan dengan epistemologi Soros, dapat dikemukakan beberapa temuan berikut: Pertama, realitas Indonesia adalah majemuk. Kemajemukan tersebut haruslah dipahami dengan mengkonstruksi epistemologi manusianya sehingga kemajemukan tersebut bisa menjadi berkat dan bukan ancaman. Perspektif reformasi untuk membangun masyarakat madani mengandaikan konstruksi berpikir manusia mendapat prioritas untuk dibentuk. Konflik horisontal yang sering terjadi sejatinya karena masih menguatnya konstruksi berpikir manusia Indonesia bahwa kelompoknya adalah yang paling benar. Kedua, epistemologi Soros yakni falibilitas membongkar rasa congkak dalam setiap kelompok, komunitas atau individu dengan menyatakan bahwa segala capaian manusia ada kemungkinan salah. Adapun refleksivitas menyatakan antarindividu atau kelompok saling terhubung secara timbal balik dan antarindividu atau kelompok tetap menghidupi keunikannya.
ABSTRACT Soros's epistemology is one of the right epistemologies to understand the plurality of Indonesia. Fallibility states that all human achievements are likely to be wrong and reflexivity states that humans are burdened individuals, meaning individuals who cannot be separated from other individuals but are connected and dependent on others. For this reason, the purpose of this study is to offer a way to treat Indonesia's pluralism by forming the construction of Indonesian human thinking. In achieving these objectives, the method used is the method of character research by focusing on the phenomenological description approach, seeking internal coherence, conducting hermeneutic analysis, and reflection in order to find a heuristics from Soros's thinking in understanding the existing diversity and life in Indonesia. The plurality analysis with Soros epistemology can be presented with the following findings: First, the reality of Indonesia is pluralism. Pluralism must be understood by constructing the human epistemology so that pluralism can be a blessing and not a threat. The reform perspective for building civil society presupposes the construction of thinking that humans have priority to be formed. Horizontal conflicts that often occur actually because of the strength of the construction of Indonesian human thinking that the group is the most correct. Secondly, Soros's epistemology namely fallibility reveals pride in every group, community or individual by stating that all human achievements are likely wrong. Reflexivity states that individuals or groups are interconnected mutually and between individuals or groups while living their uniqueness.
Kata Kunci : Kemajemukan, Falibilitas, Refleksivitas/ Pluralism, Fallibility, Reflection