TANTANGAN ASEAN AGREEMENT ON DISASTER MANAGEMENT AND EMERGENCY RESPONSE (AADMER) SEBAGAI REZIM PENANGGULANGAN BENCANA DI KAWASAN ASIA TENGGARA

WENI YASINTA HUBY, Prof. Dr. Mohammad Mohtar Mas'oed, M.A

2019 | Tesis | MAGISTER ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

ASEAN melalui (ASEAN Committee on Disaster Management/ACDM) membentuk ASEAN Agreement on Disaster Management and Emergency Response (AADMER) sebagai rezim penanggulangan bencana di Kawasan Asia Tenggara. AADMER terbentuk pada tahun 2005 dan mulai beroprasi pada tahun 2009. AADMER adalah kerangka kerja regional proaktif dalam kerjasama, koordinasi, bantuan teknis dan mobilisasi sumber daya dalam semua aspek manajemen bencana. Penelitian ini akan melihat bagaimana perkembangan AADMER menurut Teori Martha Finnemore dan Kathryn Sikkink dalam tulisannya "The Norm 'Life Cycle'". Siklus Norma menjelaskan bahwa tahap internalisasi norma sehingga dapat diterima sebagai sebuah norma internasioanl terdiri dari tiga (3) tahap yaitu (1) Norm Emergence; (2) Norm Cascade; dan (3) Internalization. Hasil penelitian menunjukan bahwa tantangan AADMER sebagai rezim muncul pada fase ke-dua, yaitu fase norm cascasde. Jika pada fase sebelumnya AADMR tidak mengalami kendala yang berarti, pada fase ini AADMER menghadapai kendala mengenai pastisipasi negara-negara anggota ASEAN yang minim sehingga menjadi tantangan bagi AADMER untuk menjaga dan meningkatkan eksistensinya. AADMER belum dapat mencapai pada tahap fase beritkutnya, yaitu Internalization dikarenakan pada tahap ini sebuah norma atau rezim harus telah mengakar pada diri aktor-aktor yang berperan dan menjadi norma atau rezim yang taken for granted. Upaya untuk mencapai pada fase tersebut dilakukan AADMER dengan melibatkan perwakilan masing-masing negara anggota ASEAN pada pusat koordinasi AHA Centre dan ASEAN-ERAT. Selain itu AADMER terus berkomitmen untuk melaksanakan ASEAN Regional Disaster Emergency Response Simulation Exercise (ARDEX) dua tahun sekali.

ASEAN through (ASEAN Committee on Disaster Management/ACDM) established the ASEAN Agreement on Disaster Management and Emergency Response (AADMER) as a disaster management regime in the Southeast Asia Region. AADMER was formed in 2005 and started operating in 2009. AADMER is a proactive regional framework in collaboration, coordination, technical assistance and resource mobilization in all aspects of disaster management. This research will look at how the development of AADMER according to the Theory of Martha Finnemore and Kathryn Sikkink in their writing "The Norm 'Life Cycle'". The Norm Cycle explains that the internalization stage of the norm so that it can be accepted as an international norm consists of three (3) stages, they are (1) Norm Emergence; (2) Cascade Norm; and (3) Internalization. The results showed that the challenge of AADMER as a regime emerged in the second phase, it is the cascade norm phase. If in the previous phase AADMR did not experience significant obstacles, in this phase AADMER faced obstacles regarding the minimal participation of ASEAN member countries, which made it a challenge for AADMER to maintain and increase its existence. AADMER has not been able to reach the phase of its reporting phase, it is the Internalization because at this stage a norm or regime must take root in the actors who play a role and become the norm or a regime that is "taken for granted". The effort to reach this phase was carried out by AADMER by involving representatives of each ASEAN member country at the AHA Center and ASEAN-ERAT coordination center. In addition, AADMER continues to be committed to implementing the ASEAN Regional Disaster Emergency Response Simulation (ARDEX) every two years.

Kata Kunci : Rezim Kawasan, AADMER, Penanggulangan Bencana, Asia Tenggara, Norm Cascade