Laporkan Masalah

Menggugat Kasta : Politik Pemaknaan Kasta di Bali 1942-1960-an

PRIMA CAHYADI PUTU, Arif Akhyat, Drs., M. A.

2019 | Skripsi | S1 SEJARAH

Penelitian ini menjelaskan sebab dan proses konflik kasta dalam masyarakat Bali mulai tahun 1942 hingga 1960-an serta pemaknaan atas kasta di tingkat lokal setelah pemerintah kolonial Hindia-Belanda tidak lagi memegang hegemoni kultural mereka pada periode sebelumnya. Penelitian ini menunjukan bahwa pada 1950-an, pemberitaan mengenai kasta banyak menggambarkan konflik. Konflik ini, selain mengkritisi hasil penelitian yang banyak mengatakan bahwa kasta telah melebur setelah Belanda hengkang dari Bali. Fokus penelitian ini lebih menempatkan kasta sebagai bagian yang perlu diberikan definisi yang sama, seiring dengan proses penciptaan agama Hindu di Bali. Juga, melalui Pesamuhan Agung ke-2 pada 1955, yang mencoba menghancurkan kasta dan menyamaratakan masyarakat Bali menjadi sama dan tanpa tingkatan, gagal. Kasta menjadi hal yang dapat didefinisikan oleh siapapun, yang berujung pada pembentukan dan penguatan kelompok warga atau gotra, yang diwujudkan dalam iklan upacara adat di surat kabar pada 1960-an, menjadi pola konflik dalam pemaknaan kasta. Pola kerja sama terjadi ketika iklan mengenai perayaan terhadap pernikahan nyerod atau antarkasta menegaskan bahwa kasta juga dapat dimaknai sebagai sebuah sarana untuk menjalin hubungan antar dua kasta yang berada pada tingkatan yang berbeda dalam stratifikasi sosial. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kasta dan masyarakat Bali adalah dua hal yang tidak bisa dilepaskan, dan mereka gagal untuk memberikan pemaknaan yang sama atas kasta.

This study explains cause and process of caste conflict in Balinese society from 1942 until 1960s and reinterpretation about caste in local level after the fall of Dutch East Indies cultural hegemony of Bali in the last period. This study shows that in 1950s, the coverage about caste in newspapers all focused on conflict. This conflict, besides criticize former studies and arguments about caste in Bali that this already dissolved after Dutch lost his control of Bali. This study situates caste as part that needs the same and new interpretation, along with the process of creating Agama Hindu in Bali. Also, from the second Pesamuhan Agung (Great Meeting) in 1955, that tried to destroyed caste and gave them the same interpretation for everyone, which tipped on making and strengthening the warga or gotra movements, which showed from temple ceremony advertisements in local newspapers in 1960s, creating "conflict" pattern on caste reinterpretation process. Meanwhile, the "cooperation" pattern shows up when advertisements about congratulation on nyerod weddings or inter-caste marriage confirmed that caste also can interpreted as a means for interlace connection between two castes which in the different level in social stratification. This study shows up that caste and Balinese people are two things that cannot be separated, and they still fail give the same interpretation about caste.

Kata Kunci : Agama Hindu, Bali, kasta, konflik, pernikahan nyerod

  1. S1-2019-347161-abstract.pdf  
  2. S1-2019-347161-bibliography.pdf  
  3. S1-2019-347161-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2019-347161-title.pdf