Laporkan Masalah

DAMPAK PENURUNAN TARIF BEA MASUK PREFERENSI INDONESIA DALAM RANGKA PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS ACFTA, AIFTA, DAN AANZFTA PADA TAHUN 2018 TERHADAP PERUBAHAN NERACA PERDAGANGAN, OUTPUT, DAN KESEJAHTERAAN INDONESIA

SATYA TAMYAWAN, Prof. Tri Widodo, M.Ec.Dev., Ph.D.

2018 | Tesis | MAGISTER SAINS ILMU EKONOMI

Keikutsertaan Indonesia dalam ACFTA, AIFTA, dan AANZFTA mengharuskan Indonesia menurunkan tarif bea masuk preferensi secara bertahap menujua nol persen. Tujuan umum FTA untuk menghilangkan hambatan perdagangan secara empiris telah terbukti berdampak postif maupun negatif terhadap anggota-anggotanya. Dengan berkurangnya halangan perdagangan tersebut, keikutsertaan Indonesia dalam berbagai FTA diharapkan dapat meningkatkan ekspor dan pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati dampak kebijakan penurunan tarif preferensi Indonesia pada tahun 2018 dalam rangka ACFTA, AIFTA, dan AANZFTA terhadap perubahan neraca perdagangan, output nasional, dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Data tarif riil Indonesia dan data skema penurunan tarif China, India, Australia, dan New Zealand digunakan dalam simulasi model CGE sebagai shock pada alat analisis static GTAP. Agregasi terhadap data tarif tersebut menggunakan metode simple average dan weighted average sebagai pembanding. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa kebijakan penurunan tarif preferensi pada ketiga FTA di tahun 2018 memberikan dampak negatif pada total neraca perdagangan Indonesia. Sementara itu kebijakan tersebut menghasilkan dampak positif pada output nasional dan kesejahteraan masyarakat. Dalam simulasi yang dilakukan, produk pertambangan mentah merupakan komoditas yang menyumbang ekspor terbesar yang juga berdampak pada peningkatan output nasional dan kesejahteraan. Sementara itu Indonesia memiliki potensi besar pada produk minyak nabati yang harus dioptimalkan ekspornya. Selain Indonesia, kebijakan tersebut memberikan keuntungan yang lebih besar pada China. Komoditas di China yang mengalami peningkatan ekspor antara lain bahan kimia, plastik, dan logam.

By participating in the ACFTA, AIFTA and AANZFTA, Indonesia is required to gradually reduce its preferential import duty to zero percent. The general objective of FTAs to eliminate trade barriers has empirically shown positive and negative impacts on its members. With the reduction in trade barriers, Indonesia's participation in various FTAs is expected to increase its exports and national economic growth. This study aims to observe the impact of Indonesia's preferential tariff reduction policies in 2018 in regards to ACFTA, AIFTA and AANZFTA towards the changes in its trade balance, national output, and welfare. Indonesian real tariff data and China, India, Australia, and New Zealand tariff reduction schemes are used in CGE model simulations as shock on GTAP static analysis tools. The aggregation of tariff data uses simple average and also weighted average method for comparison. This study concludes that the preferential tariff reduction policy in the three FTAs in 2018 had a negative impact on Indonesia's trade balance. Meanwhile the policy showed a positive impact on national output and public welfare. In the simulations carried out, raw mining products were the commodities that contribute the largest exports which also had an impact on increasing national output and welfare. Meanwhile Indonesia has great potential for vegetable oil products in which exports should be optimized. Besides Indonesia, the policy had greater benefit for China. Chemical, plastic, and metal products were the commodities of which China’s export gained more.

Kata Kunci : perdagangan internasional, FTA, CGE, GTAP

  1. S2-2018-402502-abstract.pdf  
  2. S2-2018-402502-bibliography.pdf  
  3. S2-2018-402502-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2018-402502-title.pdf