Laporkan Masalah

KONSEP KHILAFAH TAQIYUDDIN AN-NABHANI DALAM PERSPEKTIF TEOLOGI PEMBEBASAN MICHAEL LOWY

DIPO ALAM, Dr. Agus Himawan Utomo M.Ag

2019 | Skripsi | S1 FILSAFAT

Khilafah Islamiyah memang selalu menjadi topik pembicaraan menarik, baik oleh kelompok yang berpegang kuat pada ajaran agama maupun golongan yang berpandangan sekuler. Ini terjadi karena konsep perjuangan Hizbut Tahrir yang dicetuskan oleh Taqiyuddin An-Nabhani disebut-sebut merupakan satu gerakan Islam yang sangat gencar menawarkan agar sistem khilafah dihidupkan kembali. Konsep khilafah sendiri menurut An-Nabhani adalah upaya membangun negara Islam dengan menekankan penerapan hukum Islam secara menyeluruh dan menjadikan hukum Islam sebagai dasar keinginan untuk membangkitkan kejayaan Islam masa lampau dalam membebaskan manusia dari ketertindasan, kebodohan, perbudakan dan diskriminasi struktur sosial. Perspektif teologi pembebasan yang dimunculkan salah satu tokoh teologi pembebasan Michael Lowy adalah upaya peneliti untuk menelaah konsep khilafah yang digagas An-Nabhani, karena tujuan penelitian ini selain untuk mengetahui konsep dan landasan pemikirannya, juga untuk menjelaskan bahwa gagasan khilafah merupakan ide gerakan pembebasan dalam Islam. Hasil penelitian ini kendati memiliki kemiripan pola pergerakan, perjuangan antara wacana Marxis dengan teologi pembebasan dalam Islam sesungguhnya berbeda, karena teologi pembebasan dalam Islam berpegang pada tauhid, sementara Marxisme tidak mengenal tauhid. Teologi pembebasan dalam Islam lebih fokus merombak paradigma berfikir mayoritas masyarakat muslim dengan menawarkan formula sistem pemerintahan Islam yang ideal.Sayangnya, proses pencarian konsep tentang sistem pemerintahan dalam Islam sendiri masih selalu berhadapan dengan dua tantangan yang saling tarik menarik, yaitu tantangan realitas politik yang harus dijawab dan tantangan idealitas agama yang harus dipahami untuk menemukan jawaban. Sepanjang diskursus yang peneleti lakukan, konsep khilafah masih terbatas pada tataran konsep ideal dalam formalisasi politik Islam. Pendekatan idealistik cenderung melakukan idealisasi terhadap sistem pemerintahan Islam yang ideal meskipun belum pernah terwujud dalam praktek nyata. Sementara dalam kenyataan obyektif, negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang ada saat ini --yang sudah mapan-- dalam bentuk nation state (negara bangsa) belum tentu rela meleburkan diri atau menjadi bagian dari negara khilafah. Dengan perkataan lain, terlepas dari setuju atau tidak, dengan melihat realitas politik yang ada sekarang, peneliti berpendapat konsep khilafah yang digagas Taqiyuddin An-Nabhani masih sulit diwujudkan.

The Islamic Khilafah is an interesting topic of discussion, both by groups that hold tight to religious teachings as well as those with secular views. The inciting point refers to the aim concept of Hizbut Tahrir triggered by Taqiyuddin An-Nabhani that is mentioned to be an Islamic movement who incessantly propose for the caliphate system to be revived. The concept of khilafah itself according to An-Nabhani is an effort to build an Islamic state byemphasizing the application of Islamic law comprehensively and to make Islamic law the basis to actualize the urge to raise the glory of Islam in the past in liberating people from oppression, idiocy, slavery and discrimination in social structure. The liberation theology perspective that was raised by Michael Lowy's,one of the theology figures of liberation is used by researcher to examine the concept of khilafah initiated by An-Nabhani, because the purpose of this study as addition to know the concepts and rationale, is also to explain that the idea of khilafah was the idea of liberation movements in Islam. The results of this study is despite for the similar patterns of movement, the struggle between Marxist discourse and the theology of liberation in Islam is actually different, because liberation theology in Islam adheres to monotheism, while Marxism does not admit monotheism. Liberation theology in Islam is more focused on overhauling the thinking paradigm of the majority of Muslim societies by offering an ideal Islamic system of government formula. Unfortunately, the process of finding a concept of a system of governance in Islam itself is always faced with two challenges that attract each other, namely the challenge of political reality that must be answered and the challenges of religious idealism that must be understood to find the answers.Throughout the research discourse, the concept of khilafah is still limited to the level of ideal concepts in the formalization of Islamic politics. The idealistic approach tends to idealize the ideal system of Islamic government even though there has never been a realization in real practice.While in objective reality, the countries with a majority amount of Muslim that exist today - which are already established - in the form of nation states are not necessarily willing to merge or become part of the khilafah state. In other words, regardless of whetherto agree or not, by looking at the current political reality, the researcher consider that the concept of khilafah initiated by Taqiyuddin An-Nabhani is still difficult to realize.

Kata Kunci : Kata kunci; Khilafah, Teologi Pembebasan, Gerakan Pembebasan.Caliphate, Theology of Liberation, Liberation Movement

  1. S1-2019-316369-Abstract.pdf  
  2. S1-2019-316369-Bibliography.pdf  
  3. S1-2019-316369-Tableofcontent.pdf  
  4. S1-2019-316369-Title.pdf