Laporkan Masalah

PEMIKIRAN TSUDA UMEKO DALAM UPAYA KESETARAAN PENDIDIKAN PEREMPUAN JEPANG PADA TAHUN 1882-1929

ELSA NARWASTU ROSITA, Stedi Wardoyo, S.S. M.A.

2019 | Skripsi | S1 SASTRA JEPANG

elakukan perubahan dalam berbagai bidang, salah satunya pendidikan. Akibat dari diberlakukannya politik isolasi yang disebut sakoku selama kurang lebih dua ratus tahun, Jepang mengalami ketertinggalan dari berbagai negara khususnya negara Barat. Sebagai salah satu usaha untuk mengejar ketertinggalan tersebut, pemerintah mengirimkan beberapa pejabat dan pelajar ke negara Barat melalui Misi Iwakura. Dari ratusan orang yang ditugaskan melalui Misi Iwakura, Tsuda Umeko yang kala itu baru berusia enam tahun, menjadi peserta termuda. Tsuda Umeko kemudian menjadi pionir pendidikan tinggi bagi perempuan di Jepang. Kembalinya Tsuda Umeko ke Jepang dengan bekal pengetahuan dari Barat menjadi sesuatu yang sangat berbeda dari keadaan perempuan Jepang pada masa itu. Meski pemerintah sudah mengupayakan kesetaraan pendidikan bagi rakyat, pada kenyataannya perempuan masih belum bisa menempuh pendidikan tinggi layaknya laki-laki. Dari fenomena tersebut diambil sebuah permasalahan yang ingin dijawab melalui penelitian ini, yaitu bagaimana pemikiran Tsuda Umeko mengenai pendidikan perempuan Jepang pada Zaman Meiji. Pemikiran Tsuda Umeko digali lebih dalam dengan menganalisa tulisan-tulisannya. Meski tidak menerbitkan buku, pemikiran Tsuda Umeko tertuang dalam artikel, jurnal, dan surat-surat pribadi yang ia kirimkan kepada Adeline Lanman, ibu asuhnya di Amerika Serikat. Dari hasil analisa, ditemukan bahwa pemikiran Tsuda Umeko dipengaruhi oleh Kekristenan dan feminisme. Sepuluh tahun hidup di Amerika Serikat sejak masih muda pun menjauhkan Tsuda Umeko dari pengaruh Konfusianisme yang saat itu dianut masyarakat Jepang. Pengaruh budaya Barat juga termanifestasikan dalam cara Tsuda Umeko mengajar, di mana ia menggunakan metode diskusi dan kelas kecil agar masing-masing anak mendapatkan pendidikan sesuai kebutuhan dan kemampuannya.

The transition from the Tokugawa to the Meiji Period (1868-1912) marked by The Meiji Restoration (1868), represented a new start for the Japanese government to improve many sectors, including education. Due to it's isolationist sakoku politics which were enforced for more than two hundred years, Japan was playing catch up with western countries. In order to facilitate this catch up, the Japanese government recognised the need to learn from the West and sent many scholars and students abroad on the Iwakura Mission. The youngest participant amongst them was six-year-old Tsuda Umeko who would later become one the pioneers of women’s higher education in Japan. Tsuda Umeko returned to Japan bringing with her new knowledge and experiences from the West that were so alien to the conditions of Japanese women at the time. Although the government had tried to improve equality for women with regard to access to education, the fact remained that Japanese women still couldn’t access higher education as easily as a man. Based on these conditions, the question arose of how Tsuda Umeko thought about the quality in women’s education in Japan during the Meiji period. Tsuda Umeko’s thoughts were deeply explored by analysing her writings. Although she didn’t publish a book, her thoughts are contained in the articles, journals, and personal letters she sent to her American mother, Adeline Lanman. These writings reveal her ideas were influenced by Christianity and feminism. Ten years of living in the United States from a young age distanced her from Confucian ideals that were prevalent in Japanese society at the time. The influences of Western culture are also manifested in the way she taught; she used discussion methods and small classes so that each child was educated according to their individual needs.

Kata Kunci : Tsuda Umeko, pendidikan, perempuan, Zaman Meiji

  1. S1-2019-369673-abstract.pdf  
  2. S1-2019-369673-bibliography.pdf  
  3. S1-2019-369673-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2019-369673-title.pdf