JUSTIFIKASI KEBIJAKAN SENSOR INTERNET DENGAN NARASI "CINA SEBAGAI KORBAN" PADA MASA PEMERINTAHAN HU JINTAO

BELLA VICTORIA, Dr. Nur Rachmat Yuliantoro

2018 | Skripsi | S1 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan penggunaan narasi "Cina sebagai korban" oleh pemerintahan Hu Jintao (2003-2013) dalam menjustifikasi kebijakan sensor Internet yang didorong oleh pencapaian kepentingan nasional Cina. Sensor Internet merupakan kebijakan yang digunakan pemerintah untuk mengontrol arus informasi dan globalisasi yang ditakutkan dapat mengikis budaya Cina yang berperan dalam menjaga legitimasi Partai Komunis Cina (PKC) dan sebagai sumber kekuatan lunak Cina. Namun begitu, praktik sensor dipandang oleh masyarakat global sebagai tekanan terhadap demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM). Dengan kepentingan nasional di ranah domestik maupun internasional, pemerintah berusaha untuk mempertahankan kebijakan tersebut sekaligus meningkatkan kontrolnya seiring dengan meningkatnya perkembangan teknologi. Pembenaran diperlukan oleh pemerintahan Hu mengingat pada masa tersebut praktik sensor Internet semakin digencarkan serta meningkatnya pandangan Cina sebagai ancaman dan ancaman perpecahan dari dalam masyarakat Cina. Narasi "Cina sebagai korban" digunakan oleh pemerintah dengan membingkai sensor Internet sebagai respon dari tatanan internasional yang opresif terhadap Cina. Pembingkaian tersebut diharapkan mendorong pandangan yang lebih positif dari masyarakat global terhadap sensor Internet Cina serta meningkatkan integrasi masyarakat Cina dalam melawan opresi kekuatan asing.

This thesis aims to explain the use of "China as a victim" narrative by the Hu Jintao government (2003-2013) in justifying Internet censorship policy driven by the achievement of China's national interests. Internet censorship is used by the government to control the flow of information and globalization which is feared to erode Chinese culture, which plays a role in maintaining the legitimacy of the Chinese Communist Party (CCP) and as a source of Chinese soft power. However, the practice of censorship is seen by the global community as a pressure on democracy and human rights. With its national and international interests, the government is trying to maintain this policy while increasing its control along with technological developments. Justification is needed by the Hu government considering that at that time the practice of Internet censorship was intensified and the view of China as a threat as well as disharmonizing trends within the Chinese society were increasing. The "China as a victim" narrative is used by the government by framing the censorship of the Internet in response to the oppressive international order against China. The framing is expected to encourage a more positive view of the global community towards the censorship as well as to increase the integration of Chinese society in countering the oppression of foreign powers.

Kata Kunci : Sensor Internet; Hu Jintao; "narasi korban". / Internet censorship; Hu Jintao; "victim narrative".