Kajian Potensi Biotik dan Kualitas Kelapa (Cocos nucifera L. tanda petik tunggalTall Typetanda petik tunggal) Pada Budaya Sasi di Kabupaten Buru Selatan

EVELIN TUHUMURI, Prof. Dr. AH. Bambang Setiaji. M.Sc; Prof. Dr. Sunyoto Usman, M.A.

2018 | Disertasi | DOKTOR BIOLOGI

Sasi kelapa adalah larangan mengambil hasil kelapa selama periode waktu tertentu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi habitat dan kerapatan tanaman kelapa, mengungkapkan pengaruh perlakuan tidak sasi tidak pupuk, sasi dan sasi dengan pemberian pupuk terhadap potensi biotik kelapa yaitu jumlah bunga betina dan jumlah buah yang dihasilkan, kualitas buah kelapa dan kualitas kopra serta mengungkapkan nilai-nilai dan norma yang terdapat dalam budaya sasi kelapa yang memengaruhi kehidupan petani kelapa di Kabupaten Buru Selatan. Penelitian dilakukan dengan beberapa metode yaitu survei, eksperimen lapangan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak, observasi lapangan dan wawancara terhadap sejumlah narasumber kunci. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapansasi kelapadi Buru Selatan dilakukan melalui sasi gereja dan sasi adat. Sebagian besar petani memberlakukan masa sasi selama enam bulan. Faktor iklim yaitu jumlah curah hujan tidak memenuhi kebutuhan optimum untuk kelapa. Kesuburan tanah dan kerapatan tanaman kelapa bervariasi disetiap lokasi. Perlakuan tidak sasi tidak pupuk, sasi dan sasi dengan pemberian pupuk belum dapat dilihat pengaruhnya terhadap jumlah bunga betina pada kelapa di Waenalut, namun perlakuan sasi pada tanaman umur16-25 tahun berpengaruh positif meningkatkan jumlah bunga betina pada kelapa di Namrole. Umur pohon >30 tahun berpengaruh terhadap jumlah buah kelapa yang dihasilkan di Waenalut dan Namrole. Jumlah buah pada kelompok umur pohon >30 tahun lebih banyak dibandingkan kelompok umur lainnya. Penerapan sasi selama enam bulan menghasilkan panenan kelapa dengan umur buah yang bervariasi antara 8-18 bulan, dengan tiga tingkat kemasakan buah yaitu belum masak (<12 bulan), masak (12-14 bulan) dan terlalu masak (>14 bulan). Berat buah, berat endosperma, tebal endosperma dan volume air kelapa menurun setelah buah masak. Kopra yang dikeringkan dengan cara asar, memiliki kualitas yang rendah dan tidak memenuhi syarat mutu SNI. Produktivitas tanaman kelapa yang tidak disasi tidak pupuk lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kelapa yang disasi dan disasi dengn diberi pupuk. Penerapan sasi kelapa selama enam bulan merugikan petani. Pengetahuan petani yang terbatas mengenai tanaman kelapa mengakibatkan pengelolaan kebun dan hasil panen masih bersifat tradisional. Harga kopra yang fluktuatif dan minimnya sarana dan prasarana pertanian, transportasi dan komunikasi memengaruhi kondisi sosial ekonomi petani. Sasi kelapa dan komoditas kelapa perlu dikembangkan untuk keberlanjutan sasi kelapa, meningkatkan potensi biotik kelapa, memperbaiki kualitas hasil panen dan meningkatkan nilai jual kopra.

Sasi kelapa is a prohibition on harvesting coconut in certain period of time. The purpose of this study is finding out the condition of habitat and the density of coconut trees (tall type), the effect of no sasi and no fertilizer treatment, sasi and sasi and fertilizer to the biotic potential that is the number of female flower and the number of resulting coconut fruit,the quality of harvest, the quality of copra and the values and norms in the culture of sasi kelapa and its affect on the life of coconut farmers in South Buru. The research was conducted using some methods that is survey, field experiment with randomized complete block design, field observation and interview with a number of key informants. The results showed that there are two common methods of the sasi kelapa, that is sasi gereja and sasi adat. The majority of the farmers implement the sasi period of six months. Climatic condition, that is rainfall, does not reach the optimum level of coconut need. The fertility of soil and the density of the coconut trees varies among the locations of the research. No sasi and no fertilizer treatment, sasi and sasi and fertilizer on the coconut trees in Waenalut village has not given an obvious impact on the number of female flowers, but sasi treatment has positive impact on the coconut trees of 16-25 years old because it can increase the number of female flowers in Namrole. The tree group aged >30 years has significant impact on the number of the resulting coconut fruits in Waenalut and Namrole. The number of fruits on the tree group aged >30 years is more than the other group. The coconut fruit harvested on the implementation of the sasi kelapa for six months period vary in age from 8-18 months, and there are three maturity levels of fruit: unripe (<12 months), ripe (12-14 months), and overripe (>14 months). The weight of the fruits, the weight of the endosperm, the thickness of the endosperm and the volume of the coconut water decrease after the coconut fruits are ripe. The copra made by asar method has low quality and do not meet the SNI quality requirement for the copra. The coconut trees with no sasi and no fertilizer have higher productivity than the coconut trees with sasi and with sasi and fertilizer. The application of sasi kelapa for six months not profitable for the farmers. The limited knowledge about the coconut plant becomes the reason why the farmers process their plantation traditionally. The unstable market price of the copra and the existing minimal agricultural, transportation and communication structures and infrastructures effect the condition of social economic life of the farmer. The sasi kelapa and coconut commodities need to further develop for the sustainability of the sasi kelapa, increase the biotic potential of coconut trees, improve the quality of coconut harvest and increase the selling price of the copra.

Kata Kunci : Sasi kelapa, potensi biotik, kualitas buah, kualitas kopra