HUBUNGAN ANTARA LEBAR JALUR HIJAU DENGAN KEMIRINGAN PANTAI DI KAWASAN HUTAN ALAM MANGROVE SPTN 1 KEMUJAN TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA
ANISSA FATAYATI SANDRA P. D., Prof. Dr. Erny Poedjirahajoe, M.P.
2018 | Skripsi | S1 KEHUTANANLebar jalur hijau secara ekologis merupakan habitat mangrove yang efektif. Oleh karena itu perlu dilakukan pemantauan setiap saat agar tidak menyusut akibat pemanfaatan mangrove yang kurang terkendali, sehingga semakin lama dapat menyebabkan kerusakan ekosistem mangrove, baik penurunan dari segi kualitas maupun kuantitas. Lebar jalur hijau sangat dipengaruhi oleh kemiringan pantai. Jika kemiringan pantai tinggi, maka lebar jalur hijau menjadi sempit, dan sebaliknya. Penelitian ini dilakukan di SPTN 1 Kemujan Taman Nasional Karimunjawa dengan membagi kawasan menjadi empat blok. Penelitian dilakukan dengan cara menentukan kawasan yang mempunyai kemiringan pantai yang berbeda secara signifikan (Poedjirahajoe, 2005). Kemudian dilakukan pengukuran terhadap lebar jalur hijau secara faktual, yaitu mengukur jarak antara pasang tertinggi dan surut terendah, dan diulangi sepuluh kali. Setelah itu dilakukan pula pengukuran terhadap tebal mangrove ke arah darat serta ketebalan lumpurnya. Selanjutnya dilakukan analisis korelasi regresi sederhana menggunakan software SPSS 17.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan rata-rata kemiringan pantai sebesar 0,87%, dan rata-rata lebar jalur hijau sebesar 87,78 meter. Hasil analisis regresi menunjukkan adanya hubungan yang erat dan sifatnya berbanding negatif antara lebar jalur hijau dengan kemiringan pantai. Artinya semakin landai gradient suatu pantai (X) maka lebar jalur hijau yang dihasilkan akan semakin luas (Y), atau sebaliknya.
Ecologically, greenbelt width is an effective mangrove habitat. Therefore, it is necessary to monitor the greenbelt width any time in order to not shrink due to uncontrolled utilizations cause of mangrove area, uncontrolled utilizations cause damage of the quality and quantity of mangrove ecosystem. Greenbelt width is strongly influenced by the coastal slope. If the coastal slope is high, the greenbelt width becomes narrow. The research was conducted in SPTN 1 Kemujan, Karimunjawa National Park by dividing into four blocks. The research was determined by choosing the area mangrove which has significantly different coastal slope (Poedjiraharjoe, 2005). The greenbelt width was measured from the lowest low tide field into the land and repeated for ten times. The mangrove thickness and mud thickness were also measured. Regression correlation analysis was perfomed using software SPSS 17.0. The results showed the average of coastal slope about 0,87% and the average of greenbelt width 87,78 meter. The result of Regression analysis showed tight correlation and inverse relationship between coastal slope and greenbelt width, which means the more sloping coastal slope gradient (X), the wider greenbelt width (Y).
Kata Kunci : Mangrove, Lebar Jalur Hijau, Kemiringan Pantai, TNKJ;Mangrove, Greenbelt Width, Coastal Slope, Karimunjawa National Park