Laporkan Masalah

AGENSI DAN MAKNA NYANYIAN GREGORIAN: STUDI KASUS KELOMPOK GREGORIAN DI GAMPING, YOGYAKARTA

AGUSTINUS PAULUS U T, Prof. Dr. Victor Ganap, M. Ed. ; Dr. phil. Vissia Ita Yulianto

2018 | Tesis | MAGISTER PENGKAJIAN SENI PERTUNJUKAN DAN SENI RUPA

Nyanyian Gregorian merupakan seni musik vokal kuna yang telah ada sejak ratusan tahun lalu. Diawali dengan praktik pelantunannya secara lisan dan mengandalkan ingatan, nyanyian tersebut kemudian terobjektivikasi dalam bentuk tulisan-tulisan yang dalam perkembangannya direkonstruksi kembali oleh para rahib Solesmes. Pasca Konsili Vatikan II, proses inkulturasi di Yogyakarta terjadi sedemikian kuat sehingga menyebabkan berkurangnya penggunaan nyanyian Gregorian, bahkan hampir hilang. Meskipun demikian, masih ada kelompok-kelompok yang secara rutin berlatih dan menyanyikan nyanyian Gregorian dalam bahasa Latin dengan notasi ‘kotak’. Fakta ini menunjukkan bahwa seni Nyanyian Gregorian yang dinyanyikan oleh kelompok tersebut memiliki agensi dan makna yang menggerakkan anggota kelompok tersebut untuk terus menyanyikannya. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif pada kelompok Gregorian di Gamping, Yogyakarta dengan tujuan mendalami agensi dan makna yang menggerakkan kelompok tersebut untuk terus berlatih dan menyanyikan nyanyian Gregorian secara berkala dalam upacara keagamaan di Gereja Katolik. Teori Alfred Gell mengenai seni dan agensi serta teori Halbswach dan Jan Assmann mengenai memori kolektif menjadi panduan dalam menelaah agensi dan makna nyanyian Gregorian bagi kelompok Gregorian di Gamping. Hasil penelitian menunjukkan bahwa memori kolektif pengalaman masa lalu anggota kelompok terhadap nyanyian Gregorian memiliki peranan dalam proses terjadinya agensi dan makna nyanyian Gregorian bagi kelompok Gregorian di Gamping. Agensi dan makna dari nyanyian Gregorian berinteraksi dan berkelindan satu sama lain. Agensi nyanyian Gregorian bagi kelompok yang ada di Gamping menyebabkan kehadiran makna bagi anggota kelompok Gregorian Gamping. Sebaliknya, tanpa makna yang diberikan oleh kelompok Gregorian pada nyanyian Gregorian, agensi tidak terjadi. Keberadaan kelompok Gregorian seperti yang ada di Gamping pun menjadi penting karena menjadi institusi yang merawat, menjaga dan menghidupkan kembali memori kolektif nyanyian Gregorian yang kultural secara komunikatif di tengah arus inkulturasi di Yogyakarta.

Gregorian chant is an ancient chant that has existed for hundreds of years. Beginning with the practice of singing verbally and relying on memories, the chant was then objectified in the form of writings which in its development were reconstructed again by the monks of Solesmes. In Yogyakarta, the inculturation process caused the reduced use of the Gregorian chant, even the chant almost disappeared. Nevertheless, there are still groups that routinely practice and sing Gregorian chant in Latin with 'square' notation. This fact shows that the Gregorian chant sung by the group has agency and meaning that trigger the group members to keep singing it. This research used qualitative method to probe the agency and meaning that motivated the Gregorian group in Gamping, Yogyakarta to continue practicing and singing Gregorian chants regularly. Alfred Gell's theory of art and agency and the theory of Halbswach and Jan Assmann on collective memory became a guide in examining the agency and meaning of Gregorian chant for the Gregorian group in Gamping. The results show that the collective memory about Gregorian chant has role in the process of the occurrence of the agency and meaning of Gregorian chant for the Gregorian group in Gamping. The agency and meaning of the Gregorian chants interact and intertwine with each other. The existence of Gregorian groups such as those in Gamping became important because it became an institution that nurtured, guarded and revived the cultural collective memory of Gregorian chant communicatively in the midst of inculturation in Yogyakarta.

Kata Kunci : nyanyian gregorian, agensi, makna, memori kolektif