Ruang publik kultural: Melacak Agenda Kebijakan Kota Yogyakarta melalui Tagar #JogjaOraDidol di Twitter
UJANG FAHMI, Dr. Subando Agus Margono. M.Si
2018 | Tesis | MAGISTER MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PUBLIKDengan menggunakan metode Topic Modelling, SNA, dan Analisis Wacana dalam kasus keberadaan tagar #JogjaOraDidol, artikel ini menawarkan pendekatan baru dalam melihat partisipasi masyarakat melalui media sosial. Alih-alih melihatnya sebagai ruang publik politik, interaktivitas di media sosial dilihat sebagai model komunikasi afektif yang dapat memunculkan ruang publik kultural yang memiliki tiga dimensi. Keberadaan dimensi struktural ruang publik di media sosial tidak hanya bergantung pada dukungan teknis web 2.0, melainkan juga pada komitmen para penggunanya. Dimensi representasional ditunjukkan oleh terbentuknya komunitas virtual yang dapat merepresentasikan sebagian dari masyarakat lokal. Dimensi interaksional dapat dilihat dari adanya wacana refleksif yang dibangun dengan narasi sederhana, simbol yang dekat dengan masyarakat, dan cenderung berasal dari pengalaman keseharian pengguna. Sebagai implikasi, data tentang partisipasi masyarakat di media sosial yang didapat dengan menggunakan parameter tertentu, khususnya tagar yang digunakan sebagai penanda gerakan sosial, dapat digunakan sebagai salah sumber data dalam menentukan agenda kebijakan. Bahkan, dalam konteks #JogjaOraDidol soft data juga dapat digunakan untuk melakukan evaluasi kebijakan secara terus menerus.
By using the topic modelling, SNA, and discourse analysis methods on the case of the #JogjaOraDidol Twitter hashtag, which is used as a public response to the development and spatial policy of Yogyakarta City government, this article offers a new approach to examining community participation within social media. Instead of perceiving it as a political public sphere, we see interactivity on social media as an affective mode of communication that can bring about a three-dimensional cultural public sphere. The public sphere's structural dimension on social media depends not only on web 2.0 technical support but also on the commitment of its users. The representational dimensions are indicated by the formation of virtual communities that can represent a subset of the local community. The interactional dimension can be seen from the existence of a reflexive discourse built with simple narratives and symbols that are close to the community and tend to originate from the user's daily experience. This implies that data on community participation on social media obtained using specific parameters, especially hashtags that are used to tag social movements, can be used as a source for determining the policy agenda. In particular, in the #JogjaOraDidol hashtag context, soft data can also be used to conduct continuous policy evaluations.
Kata Kunci : ruang publik kultural, media sosial, e-siklus kebijakan, topic modelling, SNA, analisis wacana