Konflik Kepengurusan Olahraga Taekwondo di Yogyakarta

SHAHNAZ BINTANG SERASI , Dr. Suharko

2018 | Skripsi | S1 SOSIOLOGI

Penelitian ini akan membahas permasalahan kepengurusan pada organisasi taekwondo di Yogyakarta. Saat ini Yogyakarta memiliki dua induk organisasi besar yaitu PBTI DIY dan UTI Pro DIY. Mereka saling memperebutkan kekuasaan pada jabatan PBTI dengan unjuk kekuatan melalui pertandingan-pertandingan yang mereka ikuti. Konflik yang terjadi sampai saat ini belum menemui penyelesaian, sehingga menarik untuk dibahas dengan melihat proses dan dinamika konflik yang terjadi. Penelitian ini juga akan membahas dampak yang ditimbulkan serta resolusi konflik bagi kedua belah pihak. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Informan dari penelitian ini terdiri dari semua pihak yang memahami secara mendalam peristiwa konflik antara PBTI DIY dan UTI Pro DIY. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori konflik dan resolusi konflik yang dikemukakan Johan Galtung dan dikembangkan oleh Simon Fisher dkk. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa konflik terjadi dalam tiga periode. Periode pertama saat munculnya dojang baru MTC di Sasana Hinggil, periode kedua konflik ditandai dengan pecahnya dojang-dojang di Jogja, dan puncak konflik terjadi pada peride ketiga saat terjadi pelarangan atlet dan pengurus UTI bergabung dalam PBTI. Semua kejadian konflik yang terjadi masih berkaitan dengan kekecewaan dan perebutan kekuasaan oleh masing-masing kubu. Baik pengurus dan atlet menjadi identitas yang menunjukkan kekuatan organisasi tersebut. Dinamika dalam konflik bersifat fluktuatif seiring dengan sikap dan perilaku antara dua pihak yang menimbulkan kontradiksi baru. Konflik tersebut menimbulkan dampak 1) Kerenggangan hubungan sosial 2) Penururnan prestasi atlet taekwondo 3) Ketakutan orang tua 4) Kerugian materi. Sejauh ini belum ada upaya penyelesaian konflik yang berarti oleh masing-masing ketua induk organisasi.

This research will expalain of the management problems in the taekwondo's organization in Yogyakarta. Currently Yogyakarta has two major taekwondo's organizations which is PBTI DIY and UTI Pro DIY. They are fighting over power on PBTI positions with a show of force through the matches they follow. The conflicts that have so far not met the settlement, so it is interesting to be discussed by looking at the process and the dynamics of the conflict. The study will also address the impacts as well as conflict resolution for both parties. This research uses qualitative method with descriptive approach. Informants from this study consisted of all parties who deeply understand the conflict between PBTI DIY and UTI Pro DIY. The theory used in this research is conflict resolution theory and conflict resolution proposed by Johan Galtung and developed by Simon Fisher et al. The results of this research presented who the conflict can be occurred in three period. First, the appareance of new dojang MTC in Sassana Hinggil. Second, the conflict started by breaked of the dojang's in Yogyakarta. Peak of the conflict occurred in the third period who the moment of reduction for the UTI's athlete and administrator joined PBTI. All the conflict happened still related with a disappointment and power struggle by them. Both the board and the athlete become an identity that demonstrates the strength of the organization. Dynamics in conflict are fluctuating along with attitudes and behavior between two parties that create new contradictions. The conflict has an impact 1) The relative rift of social relations 2) The decline of taekwondo athlete achievement 3) Parental fears 4) Material loss. So far there has been no significant conflict resolution effort by each chair of the parent organization.

Kata Kunci : Konflik, Kekecewaan, Kekuasaan/ Conflict, Disappointment, Power.