PRANATA MANGSA JAWA (Sebuah Kajian Etnolinguistik)
ALI BADRUDIN, S.S.,M.A., Prof. Dr. Soepomo Poedjosoedarmo
2018 | Disertasi | S3 LinguistikPenelitian ini mengkaji tentang pranata mangsa Jawa dari perspektif etnolinguistik. Penelitian ini adalah menelaah data-data kebahasaan yang terkait dengan pranata mangsa Jawa yang meliputi: a) menjelaskan istilah waktu beserta maknanya dan format pembagian waktu pada masyarakat Jawa; b) deskripsi satuan kebahasaan yang menandai pranata mangsa beserta hal-hal yang terkait; dan c) menjelaskan sistem pengetahuan kolektif/pola pikir etnik Jawa mengenai dunia tani dan pertanian yang tecermin dalam pranata mangsa sebagai cara mereka memandang dan memahami alam dan lingkungan. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu (1) pengumpulan, pengklasifikasian dan pengkategorisasian data, (2) penganalisisan data. dan (3) penyajian hasil penelitian. Pengumpulan data kepustakaan pada penelitian ini dilakukan di beberapa tempat di antaranya perpustakaan-perpustakaan PT, buku-buku dan artikel terkait serta juga internet. Analisis data menggunakan metode linguistik-antropologi atau etnolinguistik. Pendekatan ini fokus mengungkapkan prinsip-prinsip pengklasifikasian pranata mangsa menurut sistem pengetahuan (kognisi) yang menjadi milik kolektif masyarakat Jawa. Penyajian hasil analisis dilakukan dengan metode deskriptif analitik. 1) Dari hasil analisis data diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: Masyarakat Jawa memiliki cara pandang dalam mengidentifikasi waktu sangat detail. Penggunaan angka waktu dalam menandai waktu dianggap kurang estetis dan kurang memahami makna dan fungsi waktu tersebut. Masyarakat Jawa memberikan istilah yang berbeda-beda pada rentangan siklus waktu dalam 24 jam atau sehari semalam. Istilah tersebut disesuaikan dengan fungsi dan bentuk aktifitas serta tanda alam yang terjadi pada saat tersebut. 2) Pranata mangsa Jawa pada tataran besarnya hanya dibedakan menjadi dua lingkaran waktu yang mencakup mangsa Rendheng dan Ketiga. Dari satuan lingkar waktu yang besar, selanjutnya satuan kebahasaannya di bagi menjadi 4 klasifikasi berdasarkan mangsa yang lebih sederhana antara lain: a) Mangsa Ketiga; b) Mangsa Labuh; c) Rendheng; serta d) Mareng. 3) Dalam hal penggunaan pilihan bahasa pada satuan kebahasaan yang terdapat pada pranata mangsa Jawa, ditemukan bahasa Kawi yang menggambarkan: (a) alam/bumi; (b) tubuh/bagian tubuh manusia; (c) angin; (d) Suara; (e) perhiasan; (f) air; dan (g) hubungan kekeluargaan. Alasan penggunaan bahasa Kawi untuk menchandrakan karakteristik pranata mangsa antara lain: (a) bahasa Kawi memiliki nilai kecendekiawan; (b) Bahasa Kawi memiliki nilai rasa yang tinggi; (c) Bahasa Kawi memiliki aspek estetika yang lebih; dan (d) Bahasa Kawi memiliki biasa digunakan sebagai bahasa susastra dalam kesusasteraan Jawa. 4) Melalui pranata mangsa juga dapat disimpulkan bahwa masyarakat Jawa memiliki konsepsi dalam memandang makrokosmos dan mikrokosmos. Konsepsi Jawa pada pranata mangsa Jawa tersebut antara lain: (a) konsepsi tentang tuhan; (b) konsepsi tentang alam/bumi; dan (c) konsepsi tentang ruang dan waktu. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan informan ditemukan adanya pemahaman masyarakat Jawa tentang siklus pertanian yang dipercayai. Kepercayaan terhadapa siklus ini didasari pada ilmu Titen (simakan) dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga siklus di atas, mulai dari petikus ke pengapus dan sampai ke pitulus selalu mengalami perulangan dengan durasi lama per siklus dua tahunan. Mereka juga memiliki pengetahuan kolektif survivalitas yang tinggi melalui pemahaman terhadap lahan pertanian. Pengetahuan kolektif survivalitas tersebut adalah dengan mempertahankan konsep pranata mangsa Jawa sebagai pedoman dalam aktifitas sehari-hari
This research analysis the Javanese pranata mangsa from an ethnolinguistic perspective. This research is studying linguistic data related to Javanese pranatamangsa including: a) explaining the time and its meanings, and time-sharing format in Javanese society; b) description of linguistic units marking the order of pranata mangsa and its related things; and c) describing the Javanese collective / ethnic knowledge system of farming and agriculture that is reflected in the pranata mangsa as their point of view, and understanding nature and the environment. This research is done through several steps, there are (1) collecting, classifying and categorizing data, (2) analyzing data. and (3) presentingthe research results. The collecting of bibliography data in this research is done in several places such asuniversity libraries, books and related articles as well as internet. The data analysis uses linguistic-anthropology or etnolinguistic method. The approach focuses on revealing the principles of classifying pranata mangsabased on the knowledge system (cognition) that belongs to the collective Javanese society. The presentation of study�s result is done by analytical descriptive method. The data analysis results obtained some conclusions as follows: The Java community has a very detailed way of identifying time. The use of time in marking time is considered less aesthetic. Moreover, it less understands the meaning and function of the time. The Javanese people give different terms to the span of time cycles in 24 hours or a day a night. The term is adapted to the functions and forms of activities and natural signs that occur at that time. 2) In its large scale, Javanese pranata mangsais only distinguished into two time circles: Rendheng and Ketiga. From a large time-circle unit, the next set of language is divided into 4 more simple classifications: a) Mangsa Ketiga; b) Mangsa Labuh; c) Rendheng; and d) Mareng. 3) In terms of language dictions in Javanese pranata mangsa, there are some Kawi language found. They describe: (a) nature / earth; (b) the body / parts of the human body; (c) wind; (d) Sound; (e) jewelry; (f) water; and (g) familial relations. The reasons for the use of Kawi language to strengthen the characteristics of pranata mangsa including: (a) Kawi language has the value of intellectuals; (b) Kawi language has a high value; (c) Kawi language has more aesthetic aspects; and (d) Kawi language has commonly been used as a literary language in Javanese literature. 4) Through the pranata mangsa, it can also be concluded that the Javanese society has a conception in viewing the macrocosm and microcosm. The Javanese prejudices of pranata mangsa include: (a) the conception of the god; (b) conception of nature / earth; and (c) the conception of space and time. In addition, based on the results of interviews with informants,there is an understanding of the Javanese community about the believed cultivation of farming. Belief in this cycle is based on the science of Titen (simakan) in everyday life. The above three cycles, range from the petikus to pengapus and lately to the pitulus are always looped with long duration per biennial cycle. They also have a high collective knowledge of survival through understanding of agricultural land. The collective knowledge of survival is to maintain the concept of Javanese pranata mangsa as a guideline in daily activities.
Kata Kunci : mangsa, bahasa, budaya, masyarakat, dan Jawa