KEPENTINGAN AMERIKA SERIKAT DALAM KEBIJAKAN PENGAWASAN MASSAL TERHADAP INDONESIA PADA MASA PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
SYUKRON BAHARIS, Dr. Dafri, M.A
2018 | Tesis | MAGISTER ILMU HUBUNGAN INTERNASIONALTesis ini mengulas tentang kebijakan "Pengawasan Massal" Amerika Serikat yang terungkap pasca bocornya dokumen rahasia NSA oleh mantan kontraktornya sendiri Edward Snowden pada pertengahan tahun 2013. Dokumen tersebut mengungkapkan rangkaian kegiatan rahasia NSA terkait pengawasan yang dilakukan secara massif, menjangkau para elit global, pemimpin dunia, termasuk presiden Susilo Bambang Yudhoyono, beserta beberapa pejabat tinggi dalam lingkaran pemerintahannya. Hal itu telah memunculkan dua pertanyaan penting, yaitu bagaimana implementasi kegiatan pengawasan tersebut terhadap Indonesia, dan mengapa penting bagi Amerika Serikat untuk mengawasi Indonesia. Dengan mengacu pada teori realisme defensif yang menganggap bahwa sistem internasional telah mendorong negara untuk mengadopsi strategi defensif, moderat, dan terkendali, untuk menjamin keberlangsungan negaranya, penelitian ini menemukan bahwa: Pertama, kegiatan pengawasan Amerika Serikat terhadap Indonesia, dilakukan bersama negara mitranya yang tergabung dalam aliansi 'Five Eyes'. Selain menargetkan para elit politik, NSA juga menyusupi dua perusahaan telekomunikasi Indonesia (Indosat dan Telkomsel). Kedua, kepentingan pengawasan massal Amerika Serikat terhadap Indonesia, tidak lepas dari reorientasi kepentingan strategis Amerika Serikat dari Timur Tengah dan Eropa menuju Asia-Pasifik, selanjutnya disebut 'Pivot Asia'. Indonesia telah dianggap sebagai jangkar bagi kesuksesan kebijakan itu, oleh karena peran penting Indonesia dalam organisasi regional ASEAN dan keanggotaannya dalam kelompok ekonomi G-20.
This thesis aims to explain the United States "mass surveillance" policy revealed after the leaking of NSA's confidential documents by its former contractor Edward Snowden in mid-2013. The document revealed a series of NSA covert activities related to massive surveillance to the information, reaching global elites, world leaders, including President Susilo Bambang Yudhoyono, along with several high-ranking officials in his government circle. It has raised two important questions, that is how the implementation of that surveillance activity towards Indonesia, and why it is important for the United States to oversee Indonesia. Referring to the theory of defensive realism which assumes that the international system has encouraged states to adopt defensive, moderate, and controlled strategies, to ensure their sustainability, this study found that: First, the United States surveillance operation towards Indonesia carried out with his allies that incorporated into 'Five Eyes' alliance. Apart from targeting the political elite, NSA also infiltrated two Indonesian telecommunications companies (Indosat and Telkomsel). Secondly, the interests of US mass surveillance towards Indonesia cannot be separated from the reorientation of the US strategic interests from the Middle East and Europe to Asia-Pacific, furthermore known as 'Pivot Asia'. Indonesia has been regarded as an anchor for the success of the policy, due to Indonesia's important role in ASEAN regional organization and its membership in the G-20.
Kata Kunci : Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat, Pengawasan Massal, Dokumen Rahasia NSA, Pivot Asia.