FASE PERKEMBANGAN PARIWISATA DI DESA WISATA MOJO KABUPATEN GUNUG KIDUL
WA ODE DIAN AFRIANA, Dr. Ambar Widianingrum, MA.
2018 | Tesis | MAGISTER ILMU ADMINISTRASI PUBLIKKabupaten Gunung Kidul yang kini sedang mengalami perkempabangan pesat dalam bidang pariwisata. Salah satunya adalah desa wiata, Kabupaten Gunung Kidul memiliki 12 desa wisata seperti Desa Wisata Nglanggeran, Desa Wisata Bejiharjo dan Desa Wisata Bleberan yang berhasil menarik minat wisatawan dan berkembang, namun dari 12 desa wisata yang berada di Kabupaten Gunung Kidul tidak semua berkembang , salah satunya adalah Desa wisata Mojo. Desa Wisata Mojo desa Ngeposari memiliki potensi pariwisata seperti kerajinan batu ukir, kebudayaan, Embung dan goa namun tidak berkembang sehingga masih kurang menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis aspek-aspek yang menyebabkan tidak berkembangnya Desa Wisata Mojo Desa Ngeposari Kabupaten Gunung Kidul. Penelitan ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan eksploratif untuk memetakan objek secara mendalam tentang aspek penghambat perkembangan pariwisaata yang terjadi. Data-data yang dikumpilkan dalam penelitian ini adalah melalui observasi, wawancara, hingga pengumpulan dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penyebab tidak berkembangnya Desa Wisata Mojo Desa Ngeposari berdasarkan teori fase perkembangan secara garis besar desa wisata Mojo masih berada pada fase 1. Hal ini disebabkan oleh aspek fasilitas, transportasi dan pihak-pihak yang terlibat, dimana masih banyaknya fasilitas penunjang pariwisaat yang belum dimiliki oleh desa wisata hingga ssat ini. Aspek transportasi cukup lama dalam keadaan stagnan, hal ini diakibatkan belum adanya bantuan dalam menyediakan transportasi yang terintegrasi pada moda transportasi. Aspek pihak-pihak yang terlibat belum berperan banyak sejak desa wisata diresmikan. Kurangnya peran pemerintah dalam peningkatan kualitas fasilitas penunjang pariwisata berupa jaringan jalan, pengadaan toilet umum hingga pemeliharaan terhadap objek wisata dan promosi desa wisata mojo dengan menggunakan media cetak maupun media elektronik. Selain pemerintah masih kurangnya peran masyarakat sebagai bagian dari pengelolaan pariwisata. Baik pemerintah dan masyarakat belum memiliki inovasi dalam mengembangkan atraksi-atraksi wisata yang baru yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung dan bertahan lama di desa wisata serta sebagaian masyarakat belum memiliki penmahaman tentang pariwisata yang dapat menumbuhkan perekonomian dan menciptakan peluang kerja di sekitar objek wisata.
Gunung Kidul Regency is now experiencing a rapid development in the field of tourism. One of them is a tourist village, Gunung Kidul Regency has 12 tourist villages such as Nglanggeran Tourism Village, Bejiharjo Tourism Village and Bleberan Tourism Village that successfully developed and attract tourists. However, from 12 tourist villages located in Gunung Kidul Regency, some are not well developed, one of them is Mojo tourist village. Mojo Tourism Village Ngeposari village has a tourism potential such as carving stone crafts, culture, Embung and cave however they are not being developed yet, therefore there are still a less attraction of tourists to visit the place. This study aims to determine and analyze the aspects which adresses the development of Mojo Tourism Village Ngeposari Village Gunung Kidul Regency. This research was used qualitative method with explorative approach to map the object in depth about the obstacle aspect of tourism development that happened. The data collected in this research was through observation, interview, and the phase that need to do some collection of documents related to the research. The results of this study indicated that the cause was not the development of Mojo tourist at Ngeposari. Development phase theory which is outlined within some phases that 1. This is caused by the aspects of resorts, transportation and host, where there were still many tourism support and adequate facilities which have not been owned yet by these tourist village. 2. The transport aspect was long enough in a stagnant state, in this case there was no assistance in providing integrated transportation in the mode of transportation. 3.The host aspect has not very much played an important role since the tourist village was inaugurated. 4. The lack of government role in improving the quality of tourism supporting facilities in the form of road network, public toilet, 5. provision to maintenance of tourism object and promotion of mojo tourist village by using print media and electronic media. Additionally, there was still a lack of public role as part of tourism management. Both the government and the public have not had the innovation in developing new tourist attractions that can attract tourists to visit and survive in the village of tourism as well as lack of understanding of tourism that can grow, establish the economy and create job opportunities around the tourist attraction.
Kata Kunci : Pariwisata, Desa Wisata, Fase Perkembangan, Gunung Kidul.