BUDAYA MEMELIHARA BURUNG PADA MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT
CARALA ROSADI, Dr. Rer.silv. M. Ali Imron S.Hut., M.Sc ;Prof., Dr. Heddy Shri Ahimsa- Putra M.A., M.Phil
2018 | Skripsi | S1 KEHUTANANBurung memiliki peran dalam berbagai aspek kehidupan baik ekologi, ekonomi dan sosial bagi manusia dan kegiatan memelihara burung seringkali melambangkan status sosial di negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Akibatnya, praktek memelihara burung biasa ditemukan pada masyarakat kota dan desa serta meningkatkan permintaan burung di alam. Secara khusus, masyarakat yang hidup berkedatan dengan kawasan yang dilindungi memiliki aturan atau kepercayaan yang dapat mendukung upaya konservasi. Namun, pada masyarakat di Desa Cipaganti yang hidup berdampingan dengan Cagar Alam Gunung Papandayan diketahui melakukan kegiatan pemeliharaan burung sebagai bagian dari kebudayaan di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengetahuan dan persepsi mengenai satwa burung dan perilaku dalam memelihara burung pada masyarakat sekitar hutan di Desa Cipaganti, Garut, Jawa Barat serta implikasinya terhadap konservasi burung. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi yang dilakukan pada masyakarat sekitar hutan di Desa Cipaganti, Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut, Jawa Barat. Data penelitian diperoleh dengan dua metode yaitu wawancara mendalam dan observasi partisipatif. Kemudian data yang diperoleh divalidasi dengan teknik triangulasi dan dianalisis secara kualitatif deskriptif untuk menggambarkan pemaknaan burung bagi masyarakat terkait budaya memelihara burung. Hasil penelitian menunjukan pengetahuan dan persepsi masyarakat terhadap burung berupa pengenalan jenis burung dengan penamaan burung, manfaat burung, peran burung dalam cerita masyarakat dan perlindungan burung. Kemudian perilaku dalam praktek budaya memelihara burung cenderung mengadopsi konsep-konsep kesejahteraan satwa (animal welfare). Masyarakat Desa Cipaganti juga menangkap burung di alam sebagai bagian dari budaya memelihara burung dan seringkali jenis burung yang dilindungi menjadi jenis yang ditangkap. Perilaku tersebut menunjukan kurangnya pengetahuan dan persepsi masyarakat terhadap konservasi pada burung. Selain itu, pemelihara burung memberi perlakuan khusus terhadap jenis burung monogami yang tidak dilindungi untuk kepentingan ekonomi dan kontes kicau. Secara khusus, selama kegiatan kontes kicau berlangsung, pemelihara biasanya mendopping burung menggunakan obat tertentu (Metabolis) dan perlakuan tersebut terkadang dapat menyebabkan kematian pada burung. Akan tetapi, seiring meningkatkan permintaan burung untuk dipelihara, jumlah peternak pada beberapa jenis burung juga meningkat, khususnya burung untuk kegiatan kontes kicau. Masyarakat masih memiliki kepercayaan terhadap cerita mitos jenis burung yang diketahui berimplikasi positif secara tidak langsung terhadap perlindungan suatu jenis burung
Birds have many ecological, economic and social functions for humans and keeping birds as pets sometimes represented as a social symbol in countries of South-east Asia including Indonesia. As results, practices of keeping birds are commonly seen in both rural and urban areas and increasing demand on the wild birds. In particular, communities surrounding protected areas have roles to support conservation of birds. However, in fact, people in Cipaganti village, close to Papandayan reserve, also keep birds as a part of their culture. This research aims to understand the perception, knowledge, and behavior of communities in Cipaganti village on keeping birds as a pet and the implication for bird conservation. This research used ethnography approach which was implemented in Cipaganti village of Garut regency, West Java. In-depth interviews and participant observation were used to comprehend information from the community. The triangulation technique was carried out to validate data from interviews, and a qualitative description was done to understand cultural perceptions of keeping birds as pets. This study identified knowledge and perception on birds through local names which based on characteristics, utilization, roles of bird in the local fairytales or myths and also protection concept by local communities. Also, the practice of bird keeping in this community has adopted the animal welfare concept. People in this village also caught wild birds as part of their culture to keep birds which sometimes also involve catching protected species. These behaviors indicate lack of knowledge and perception on the bird conservation. In addition, people treat monogamous non-protected birds for economics and singing competition. In particular, during bird singing competition, people commonly used specific medicine (Metabolis) to dope birds which sometimes lead to lethal. However, due to demand for birds as pets, there is an increment on numbers of bird breeders for certain species, particularly for the competition. Local people also still believe in myths which also support the concept of bird protected by local communities
Kata Kunci : Memelihara burung, pengetahuan, persepsi, perilaku dan implikasi konservasi;Keeping bird as a pet, knowledge, perception, behaviour and implication to conservation