Laporkan Masalah

MENUNDUKKAN PANGGUNG: Praktik Mediatisasi Body in Between dalam Arena Tari Kontemporer Indonesia

DEFIANA DEWI S, Dr. Ratna Noviani, SIP., M.Si

2018 | Tesis | S2 Kajian Budaya dan Media

Body in Between (2014) adalah karya tari kontemporer di Indonesia yang menyajikan penari di atas panggung dan teknologi media pepper's ghost. Body in Between mendapat porsi besar di pemberitaan media massa yang berperan mewacanakan karya ini sebagai avant garde. Penelitian ini membahas bagaimana praktik mediatisasi Body in Between dan kepentingan koreografer dalam arena. Penelitian ini bertujuan memahami strategi dan pertaruhan kapital berikut perjuangan meraih posisi dalam arena seni pertunjukan tari kontemporer Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode analisis tekstual dan kontekstual dalam perspektif cultural studies dengan menggunakan konsep teori arena Pierre Bourdieu. Dominasi teknologi media dalam pertunjukan tari menjadi ciri khas mediatisasi. Karya ini tidak lagi menjadikan pertunjukan tari sebagai media transmisi pesan, melainkan teknologi media telah mentransformasi tari bahkan mensubordinasi tari di hadapan teknologi media. Body in Between sebagai live performance adalah produk dari mediatisasi. Teknologi media yang integral dalam karya mengakibatkan konvensi koreografi konvensional berubah, di mana tubuh penari tidak bisa bergerak bebas atas ruang melainkan tunduk pada logika teknologi media. Selain itu mediatisasi Body in Between juga mengalami manipulasi ruang dan waktu yang disebabkan oleh teknologi media pepper's ghost. Pepper's ghost membuat penari di luar Yogyakarta seolah bergerak bersama dalam satu panggung. Karya Body in Between ini sebagai praktik kultural terkait dengan arena politis Miroto sebagai agen. Kepentingan Miroto terkait perebutan simbolik terekspresikan dalam karya. Pertarungan menuju kompetensi beyond contemporary dance dilakukan melalui pilihan teknologi media sebagai distingsi. Kapital sosial dimanfaatkan dengan melempar wacana pada media untuk melegitimasi Miroto. Strategi rekonversi dan strategi reproduksi juga dilakukan dalam rangka membangun posisi sebagai seniman seni media (tari dan teknologi). Posisi ini ia pertukarkan lagi untuk mendapatkan kapital ekonomi.

Body in Between (2014) is a contemporary dance performance in Indonesia that features dancers on stage and pepper's ghost. Body in Between gets a large portion in the mass media reporting the role of discourse this work as avant garde. This study discusses how the practice of mediatization of the body in Between and the interests of choreographer in the field. This research can be formulated strategies and bets of cotton in the struggle of contemporary dance performances arts Indonesia. This research uses the method of textual and contextual analysis in the perspective of cultural studies by using the concept of Pierre Bourdieu field theory. The dominance of media technology in dance performances is characteristic of mediatization. This work no longer makes dance performances as a medium of message transmission, the inauguration of media technology has transformed the dance event subordinate dance in the presence of media technology. Body in Between as a live performance is a product of mediatization. The media technology that is integral in the naming work can not move freely. In addition, the mediation of Body in Between also experienced the manipulation of space and time caused by media technology pepper's ghost. Dictionary ghost of pepper dancers outside Yogyakarta as it moves together in one stage. The work of the Body in Between as a cultural practice is related to Miroto's political field as an agent. Miroto's interest regarding symbolic capital struggle is expressed in the work. The battle toward power beyond contemporary dance is done through the choice of media technology as a distinction. Social capital is exploited with discourse on media to legitimize Miroto. Strategy of reconstruction and strategy is also done in order to build a position as art art media (dance and technology). This position he exchanged again to get the economic capital.

Kata Kunci : Seni Tari, Teknologi Media, Mediatisasi, Strategi, Arena.

  1. S2-2018-371537-abstract.pdf  
  2. S2-2018-371537-bibliography.pdf  
  3. S2-2018-371537-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2018-371537-title.pdf