Perumusan Indikator Kota Layak Huni Untuk Kota Sedang di Kota Magelang

HILLARY KRISTARANI, Prof. Ir. Bakti Setiawan, M.A., Ph.D.; Ir. Agam Marsoyo, M.Sc., Ph.D.

2018 | Tesis | S2 Perencanaan Kota dan Daerah

Kota merupakan pusat kegiatan, pelayanan, dan pemerintahan. Jumlah penduduk di perkotaan yang terus meningkat serta tingkat urbanisasi yang tinggi di perkotaan menyebabkan berbagai masalah perkotaan. Masalah yang menciptakan ketidaknyamanan ini perlu ditanggulangi oleh konsep kota layak huni dimana suatu kota perlu memiliki kelayakan untuk ditinggali oleh penduduknya. Kota layak huni merupakan gambaran sebuah lingkungan dan suasana kota yang nyaman sebagai tempat tinggal dan sebagai tempat untuk beraktifitas yang dilihat dari berbagai variabel baik fisik maupun non-fisik (Wheeler, 2004). Terdapat berbagai indikator kota layak huni di lingkup dunia maupun kota-kota besar di Indonesia. Namun belum ada perumusan indikator kota layak huni untuk kota sedang seperti Kota Magelang. Kota Magelang tentunya memiliki karakteristik tersendiri dan keunikan untuk menentukan indikator kota layak huni sebagai kota sedang di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk (1) merumuskan indikator kota layak huni di Kota Magelang sebagai kota sedang dan (2) menguji hasil rumusan indikator kota layak huni diatas berdasarkan persepsi masyarakat Kota Magelang sebagai kota sedang. Penelitian ini menggunakan proses berfikir induktif kualitatif karena perumusan indikator yang baru untuk suatu kota membutuhkan wawasan baru dari berbagai pihak. Metode yang digunakan dalam perumusan indikator adalah metode delphi yang didasarkan pada komunikasi yang terstruktur oleh pakar/ahli. Proses delphi dilakukan ke dalam tiga tahap hingga memperoleh konsesnsus. Kemudian untuk menguji hasil rumusan indikator yang telah diperoleh, metode yang digunakan adalah Focus Group Discussion (FGD). FGD dilaksanakan satu kali dengan peserta masyarakat Kota Magelang. Hasil penelitian dengan metode delphi merumuskan 31 indikator kota layak huni dengan 7 kelompok indikator, yang 20 bersifat general dan 11 bersifat spesifik. Indikator general secara umum dapat digunakan di kota lain dan indikator spesifik merupakan indikator yang dihasilkan berdasarkan karakteristik Kota Magelang sebagai kota sedang. Selanjutnya, berdasarkan rumusan indikator kota layak huni yang telah diuji berdasarkan persepsi masyarakat Kota Magelang sebagai kota sedang, terdapat kaitan antara indikator yang telah dirumuskan para ahli dengan jawaban masyarakat. Indikator kota layak huni spesifik memiliki kaitan erat dengan sejarah, kondisi geografis, karakteristik, hingga pemasaran kota Kota Magelang.

The city is the center of activity, service, and government. The ever-increasing urban population as well as the high urbanization rates in urban areas lead to various urban problems. Problems that create this discomfort need to be overcome by the concept of livable city where a city needs to have the feasibility of being inhabited by its inhabitants. The livable city is a picture of a comfortable environment and city atmosphere as a place to live and as a place for activity seen from various variables both physical and non-physical (Wheeler, 2004). There are various indicators of livable cities in the world and major cities in Indonesia. But there is no formulation of livable city indicator for medium-sized cities like Magelang City. City of Magelang certainly has its own characteristics and uniqueness to determine the livable city indicators as a medium-sized city being in Indonesia. This study aims to (1) formulate the livable city indicator in Magelang city as medium-sized city and (2) to confirm the result of livable city indicator formulation based on society perception of Magelang City as medium- sized city. This study used qualitative inductive thinking process because the formulation of new indicator for a city required new insights from various parties. The method used in the formulation of indicators is a delphy method based on structured communication by experts. Delphy process was done in three stages to get consencus. Then to confirmed the results of the formulation of indicators that had been obtained, the method was Focus Group Discussion (FGD). FGD was held once with participants of the Magelang City society. The result of the research by using delphi method formulated 31 indicators of livable city with 7 groups of indicators, of which 20 are general and 11 are specific. General indicators could be used in other cities and specific indicators were generated based on the characteristics of Magelang City as a medium-sized city. Furthermore, based on the formulation of livable city indicators that had been tested based on the society perception of Magelang City as a medium city, there was a link between indicators that had been formulated by experts with society answer. Specific livable city indicators had a close relationship with the history, geographical conditions, characteristics, to the city marketing of Magelang City.

Kata Kunci : perumusan, indikator, kota layak huni, Kota Magelang