HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DALAM ARENA SASTRA DAN ARENA KEKUASAAN INDONESIA

DEDI PRAMONO, Prof. Dr. Faruk, S.U

2018 | Disertasi | S3 Sastra

Habiburrahman El Shirazy adalah salah seorang agen baru dalam arena sastra Indonesia. Kajian ini mencoba menjelaskan posisi dan legitimasi yang diperoleh agen dari produksi kulturalnya berupa novel, Ayat-ayat Cinta (2004) . Kajian ini menjadi menarik disebabkan agen hadir dari habitus santri, yang mengangkat novel populer dengan menonjolkan sastra dakwah di tengah munculnya penulisan sastra serius, sekaligus di tengah radikalisasi kelompok Islam garis keras. Keberhasilannya ditengarai sebagai akibat dari telah terjadinya perubahan pada struktur arena sastra dan arena kekuasaan di Indonesia. Permasalahan utama yang dikaji pada disertasi ini adalah posisi dan legitimasi agen dalam arena sastra dan arena kekuasaan Indonesia, serta representasi agen pada Ayat-ayat Cinta. Kajian ini memakai teori arena produksi kultural dari Pierre Bourdieu. Teori arena produksi kultural dipahami sebagai arena pergulatan bagi para agen dalam memperebutkan modal dari sumber yang terbatas. Arena produksi kultural dipengaruhi oleh arena kekuasaan yang merupakan arena kekuatan laten potensial, yang mempengaruhi setiap bagian yang masuk ke dalamnya. Metode penelitian yang digunakan adalah deskripsi-kualitatif dengan menganalisis beragam temuan yang diperoleh dari beragam teknik studi pustaka, wawancara, observasi dan dokumentasi. Kajian ini memperoleh hasil bahwa Habiburrahman El Shirazy memiliki dan mempertaruhkan modal ekonomi, sosial, dan kultural yang berbasis pada pendidikan dan agama. Strategi yang digunakan pada awalnya adalah bergabung dengan komunitas sastra, dan dalam praksis menggunakan model penceritaan secara realisme formal, dengan penguatan pada karakter agen utama cerita dan tipikalisasi latar, sesuai selera pasar. Selain itu, digunakan strategi trajektori dengan melakukan aktivitas pertemuan-diskusi dan transformasi dari novel ke bentuk film, serta strategi reproduksi novel berikutnya secara berkesinambungan. Hasil yang diperoleh adalah keuntungan finansial yang besar (modal ekonomi), luasnya jaringan sosial (modal sosial), makin kuatnya kemampuan sebagai penulis (modal kultural), dan sebutan sebagai novelis pembangun jiwa(modal simbolik). Semua hasil tersebut menempatkan agen memperoleh legitimasi penulis populer dan belum mencapai legitimasi spesifik. Dalam hal ini Habiburrahman El Shirazy tidak memiliki perhitungan seperti kalkulasi Bourdieu tentang peringkat legitimasi, agen lebih menginginkan karyanya banyak dibaca orang agar pembaca makin teguh dalam Islam, terutama makin santun dalam hubungan kemanusiaan.

Habiburrahman El Shirazy is one of the agent/authors in the field of Indonesian literature. This study attempts to explain the position and legitimacy the agency from his cultural production of the novel, Ayat-ayat Cinta (2004). This study is interesting because the agency comes from the habitus of santri -term of student of an Islamic Boarding House- which elevates popular novels by accentuating the literature of religiour proselytizing (dakwah) in the midst of the emergence of serious literary writing, as well as in the radicalization of Islamic Movements. Then his success was suspected as a result of changes in the structure of the literary field and the field of power in Indonesia. The main issues examined in this dissertation are "Habiburrahman El Shirazy's capital and strategy, and the position and legitimacy achieved in the field of literature and the field of power in Indonesia". This study uses the theory of the field of cultural production from Pierre Bourdieu. The theory is the site of struggle in which what is at stake is the power to impose the dominant definition of the writer. The holders of power in the literary field sought to position themselves as nomothete (legislators) who legitimize the new producers who enter the field. The field of cultural production is influenced by the field of power which is the field of potential latent power, which affects every part that enters into it. The research method used is descriptive-qualitative by analyzing various findings obtained from various literature study techniques, interviews, observation and document analysis. The study found that Habiburrahman El Shirazy owns and stakes economic, social, and cultural capital based on education and religion. The strategy used initially was to join the literary community, and in practice using the storytelling model in formal realism, with the reinforcement of the main agency's character of the story and the background typicalization, to the taste of the market. In addition, trajectory strategy: activities of discussion meetings and transformation from the novel to the film and reproduction strategy of the next novel on an on going basis. The results obtained are large financial gains (economic capital), the wider social network (social capital), the stronger the ability of writers (cultural capital) and the term "soul-building" novelist (symbolic capital). All these results place the agent into popular legitimacy, and have not yet reached specific legitimacy. In this case Habiburrahman El Shirazy does not have calculations such as Bourdieu's calculation of the rank of legitimacy, the agent prefers 'his work to be read by many people to make the reader more determined in Islam, specially courtesy in human relation.

Kata Kunci : Habiburrahman El Shirazy, Arena Sastra, Arena Kekuasaan, Produksi Kultural, Ayat-ayat Cinta